Friday, May 31, 2013

HE'EH IK.... PIYEJAL NDA????

BOSO JOWO LOGAT SEMARANGAN


HE’EH IK PIYEJAL NDA?? PADAHAL AKU WIS NGENTENI DEKNENE NDOK BANGJO JOHAR NANGING WONGE RA TEKO-TEKO LAN MALAH MARAI EMOSI LAN GEGAWE SIRAH DADI MUMET……..

Mungkin contoh  kalimat diatas merupakan salah satu contoh kalimat yang dapat menggambarkan dialeg Bahasa Jawa dengan Logat Semarangan yang kerap diucapkan oleh sebagian besar orang asli Semarang yang memang benar-benar dilahirkan di bumi lumpia ini , Lalu sebenarnya bagaimanakah cara mengetahui bahwa Bahasa Jawa yang diucapkan merupakan Gaya Semarangan atau tidak, dan untuk lebih jelasnya mengenai perkembangan bahasa Jawa Logat Semarangan dapat dilihat pada penjelasan yang lebih rinci di bawah ini :
Bahasa Jawa Semarang  adalah sebuah dialek bahasa Jawa yang dituturkan di  wilayah Karesidenan Semarang. Dialek ini tak banyak berbeda dengan dialek di daerah Jawa lainnya. Semarang termasuk daerah pesisir Jawa bagian utara, maka tak beda dengan daerah lainnya, Yogyakarta, Solo, Boyolali dan Salatiga. Walau letak daerah Semarang yang heterogan dari pesisir (Pekalongan/Weleri, Kudus/Demak/Purwodadi) dan dari daerah bagian selatan/pegunungan membuat dialek yang dipakai memiliki kata ngoko, ngoko andhap dan madya di Semarang ada di zaman sekarang.
o       Frasa: "Yo ora.." (Ya tidak) dalam dialek semarang menjadi "Yo orak too ". Kata ini sudah menjadi dialek sehari-hari para penduduk Semarang.
o       Contoh lain: " kuwi ugo" (itu juga) dalam dialek Semarang menjadi "kuwi barang" ("barang" diucapkan sampai sengau memakai huruf h "bharhang").
Para pemakai dialek Semarang juga senang menyingkat frasa, misalnya Lampu abang ijo (lampu lalu lintas) menjadi "Bang-Jo", Limang rupiah (5 rupiah) menjadi "mang-pi", kebun binatang menjadi "Bon-bin", seratus (100) menjadi "nyatus", dan sebagainya. Namun tak semua frasa bisa disingkat, sebab tergantung kepada kesepakatan dan minat para penduduk Semarang mengenai frasa mana yang disingkat. Jadi contohnya "Taman lele" tak bisa disingkat "Tam-lel" juga Gedung Batu tak bisa menjadi "Ge-bat", dsb.
Namun ada juga kalimat-kalimat yang disingkat, contohnya; "Kau lho pak mu Nadri" artinya "Itu lho pamanmu dari Wanadri". "Arep numpak Kijang kol" artinya akan menumpang omprengan. Zaman dulu kendaraan omprengan biasa menggunakan mobil merk "Colt", disebut "kol" maka setelah diganti "Toyota Kijang" menjadi Kijang-kol. Apa lacur kini ada yang menjadi "mercy-kol".
Adanya kebudayaan yang heterogen dari budaya yang dibawa oleh para penduduk Semarang ( Jawa, Tiongkok, Arab, Pakistan/India) juga memiliki pengaruh terhadap penambahan kosakata dan dialektik Semarang di kemudian hari. Adanya bahasa Jawa yang dipergunakan tetap mengganggu bahasa Jawa yang baku, sama dengan di daerah Solo. Artinya, jika orang Kudus, Pekalongan, Boyolali pergi ke kota Semarang akan gampang dan komunikatif berkomunikasi dengan penduduknya.
Dialek Semarang memiliki kata-kata yang khas yang sering diucapkan penuturnya dan menjadi ciri tersendiri yang membdakan dengan dialek Jawa lainnya. Orang Semarang suka mengucapkan kata-kata seperti "Piye, jal?" (=Bagaimana, coba?) dan "Yo, mesti!". Orang semarang lebih suka menggunakan kata "He'e" daripada "Yo" atau "Ya".
Orang Semarang juga lebih banyak menggunakan partikel "ik" untuk mengungkapkan kekaguman atau kekecewaan yang sebenarnya tidak dimiliki oleh bahasa Jawa. Misalnya untuk menyatakan kekaguman :"Alangkah indahnya!", orang Semarang berkata: "Apik,ik!". Contoh lain untuk menyatakan kekecewaan: "Sayang, orangnya pergi!", orang Semarang berkata: "Wonge lungo, ik"!.
Partikel "ik" kemungkinan berasal dari kata "iku" yang berarti "itu' dalam bahasa Jawa, sehingga untuk mengungkapkan kesungguhan orang Semarang mengucapkan "He'e, ik!" atau "Yo, ik".
Beberapa kosakata khas Semarang adalah: "semeh" Yang berarti "ibu" dan "sebeh" yang berarti "ayah", yang dalam dialek Jawa yang lain, "sebeh" sering dipakai dalam arti "mantra" atau "guna-guna"
Sumber : Wikipedia
KAMUS BOSO JOWO LOGAT SEMARANGAN
Salah satu yang unik dari Semarang adalah bahasanya. Bahasa Semarangan pada mulanya berkembang di daerah Semarang bagian utara dan sekitaran sungai banjir kanal, kemudian menyebar ke seluruh Semarang dan sekitarnya. Meskipun menggunakan bahasa Jawa seperti kebanyakan orang, ada kosakata yang tidak ditemukan di daerah lain. Dan yang lebih unuk lagi, bahasanya dikenal sem(b)arangan. Berikut adalah sebagian dari bahasa sem(b)arangan yang diperoleh dari berbagai sumber;


A
Asem ki, Asem ik umpatan tentang sesuatu yang tidak diharapkan
Aeng-aeng, banyak maunya
Aleman, manja
Ambung, cium
Ameh, akan, mau, hampir
Atis berarti dingin untuk minuman atau sejuk untuk hawa
Atos berarti keras (benda), sinis (omongan)

B
Badhek, bau tidak sedap
Bak-buk artinya Impas, Aku ngilangke motormu, saiki kowe ngrusakake laptopku… wis to … bak-buk to. Artinya Aku ngilangin motormu, kamu ngrusak laptop ku ya udah, impas.
Bajindul, ungkapan kesal khas Semarang
Banger Bau tidak sedap seperti bau amis/ sampah
Blaik suatu ungkapan tentang kekagetan
Blanggem, Pohung goring
Blasak, kesasar, sesat
Blumbang, jurang
Blusuk, ungkapan kesal khas Semarang
Bekah-bekuh berarti mengeluh
Belgedes, ungkapan kesal khas Semarang
Bentengan sejenis permainan kejar-kejaran anak, di daerah lain ada yang bernama jek-jekan
Benthik sejenis permainan anak, di daerah lain ada yang menamakannya Pathil Lele
Bobor berarti tidak laku
Bongkrek, tempe basi
Boro-boro, ungkapan khas semarang. mis, "boro-boro wes digarapke"
Brei artinya dewasa
Brom pit artinya sepeda motor

C
Cah berarti bocah, pangilan khas Semarang
Congyang sejenis minuman keras khas Semarang
Ceng ceng po sahabat kental
Ciamik sesuatu yang artinya mirip dengan hebât
Ciak artinya makan
Ciblek Cilik-cilik betah Melek, istilah untuk kupu-kupu malam ABG
Coa artinya ngomong besar, rasah coa kowe!
Coa-Coa menggosip, ngomong membesarkan/ menyebarkan isu atau fitnah.

D
Datsu sejenis angkutan kota, aslinya merupakan kependekn dari merk kendaraan Daihatsu
Damu artinya tiup
Dapuran, ungkapan kasar pada kelakuan orang "dapuranmu...", sama artinya raimu
Deknen dia
Demit setan/hantu
Denok mbak, gadis dewasa
Denyom berarti perempuan, atau gadis
Dol putus/rusak
Dikedhuk diaduk
Dilimpe dibantai/ dihajar
Ditekak-tekuk diperbaiki dengan berbagai cara
Dhit, uang
Dlongop, melamun
Dudukan, galian

E
Enggok-enggokan berarti tikungan

G
Gacuk andalan, modal
Gali artinya preman pasar
Galap artinya balap, pit galap artinya sepeda balap…
Gamdho (banyak uang)
Gamjet bokek
Gembeng, orang yang suka menangis/ tidak berani
Gemblek, selingkuhan
Gentho Orang yang memegang suatu kawasan.
Genjot mengayuh, tapi perhatikan konotasi lainnya : digenjot = dipukuli tanpa ampun
Gerang artinya dewasa
Gilo-Gilo penjual aneka jajanan pasar yang didorong dengan gerobak dorong.
Githik, dipukul
Gondes berarti Geblek (lebih halus dari goblog), namun konotasinya lebih berarti kepala batu, atau keras kepala, atau ‘tidak bisa dibilangi atau dinasihati’ Secara nasional, akhirnya menjadi akronim dari Gondrong Ndeso.
Gombal Mukiyo artinya ngomong gombal alias bohong
Gothek, perahu
Grak-grek, berbuat macam macam
Grapyak, mudah bergaul
Growang, berlubang
Gundul pecengis sejenis hantu yang menyerupai potongan kepala manusia yang sedang meringis…. (didaerah lain disebut gundul pringis)

H
He eh Iya atau mengiyakan

I
Ijik
…. ik akhiran yang menegaskan tentang sesuatu, misal: asem, malah lungo ‘ik
Ita-itu berbuat macam macam… ra mang ita itu kowe = jangan macam-macam
Itir-itir
Iwak

J
Jare, katanya
Jarke, dibiarkan
Jan, ungkapan kesal " wes jan jan"
Jeblog artinya berlumpur atau jelek (nilai)
Jebule, padahal
Jembet artinya penakut, tidak berani
Jeng-jeng artinya jalan-jalan, contoh,wah nek ngono kudu “jeng-jeng” (jalan-jalan) neng nJohar Jes semacam Toss, khas semarang
Jipungan, permainan petak umpat
Jirih, sama halnya dengan gembeng, tidak berani
Jogjig kendaraan untuk menghaluskan jalan yang sedang diaspal. Bisanya disebut Selender.
Jon

K
Kacung, pembantu
Kakeane artinya semacam makian yang artinya **an
Kaliren berarti Kelaparan
Kandani ok, tanggapan mengiyakan ungkapan orang lain
Kapiran, kelaparan
Kas panggilan atau sapaan akrab
Katut, terbawa
Keblondrok, membeli sesuatu tapi tidak sesuai harapan
Kecelik tertipu
Kei, kasih
Kelebon, kemasukkan
Kemaki artinya sombong, besar kepala
Kemayu, ungkapan bagi perempuan yang suka bergaya
Kementus sama seperti Kemaki berarti sombong
Kemlinthi artinya tengil, nakal dan nyebelin. Gayane kemlinthi, gayanya tengil
Kempling mengkilap, seperti baru
Kenang Mas, Perjaka Dewasa
Kenthip berarti jauh banget, mabuk
Keplek, main kartu
Kesuwen, kelamaan
Ketar-ketir artinya waswas atau khawatir
Klowor artinya nggak rapih. Biasanya digunakan untuk cara berpakaian.
Kolir berarti miskin, tak bias makan
Komble pelacur
Konangan, dipergoki
Kongkow berarti nongkrong. Bahasa Indonesia juga tapi sangat familiar digunakan orang Semarang
Kopen, terpelihara
Koplak berarti goblog atau bodoh, den koplak berarti raden goblog
Kopros, sebutan bagi orang yang berpenampilan urakan/ tidak rapi
Kopyor, pecah " waduh kopyor ndas ku"
Koya berarti banyak omong tapi gak berani berbuat seperti yang diomongkan (yah semacam Jarkoni, wani ujar ra wani nglakoni)
Kota-kota berarti jalan-jalan ke kota.
Krenyeh artinya kualitas rendah untuk suatu barang, bisa disamakan dengan ecek-ecek.
Kukut, tutup jualan

L
Lautan istirahat jam 12 siang buat pekerja
Leda-lede, sama halnya grakgrek atau itaitu
Lha, ungkapan khas semarang, biasanya mengawali perkataan
Lheb berarti hebat dan ok, kadang ditekankan jadi Lheb ghodek
Lib/cup artinya mengincar (ngecing) seperti kalau ada sesuatu yang diincar “dolanan kuwi wis tak lib/cup lho”
Lik, sebutan bagi orang yang berjualan
Lungset artinya tidak rapi (belum digosok), klambi ku lungset
Luweh
 artinya lebih atau biar

M
Madani, menyamakan
Mbeling, berarti nakal atau bandel.
Mbengok, teriak
Mberung, marah
Mbesengek, ungkapan kesal
Mbois bergaya sok, gemagus
Mbuh artinya tidak tau
Mentu maksudnya metu (keluar)
Mlencing berarti mengambil barang orang tanpa bayar
Mlengse artinya meleset atau tidak tepat sasaran, tendangane mlengse
Mlocot - Mlonyot
Moci Minum wedang poci, tapi kalo moci di Simpang 5 bisa punya konotasi negative
Modhar berarti hancur (kasar)
Munggah suatu sebutan untuk menyatakan tujuan ke kota atas, seperti srondol, ngesrep dan Banyumanik.
Mudun sebutan orang yang tinggal di Candi, Banyumanik, maupun Srondol yang mau ke kota.

N
Namatke artinya melihat dengan seksama
Naming, namun
Nas semacam pause atau time out untuk permainan anak-anak
Nda sapaan khas semarang, penghalusan dari Ndes
Ndaho artinya sohor/ termasyur
Ndak Iya menanyakan Apa iya?’
Ndas Kepala
Ndes sapaan khas semarang, singkatan dari Gondes
Ndesit kata halus dari kata umpatan ndeso. Sebetulnya artinya kampungan atau nggak punya sopan-santun.
Ndobol kurang lebih sama seperti Gombal Mukiyo, tapi lebih kasar
Ndolor, berakal
Ndoyong A Jong Sikap ndoyong yang diperagakan ala Suhu A Jong, jago kungfu jaman dulu dari Semarang.
Ndoyong sesuatu yang miring atau tidak stabil. Rawan jatuh. Bisa untuk orang (karena mabuk), atau benda.
Ndrawasi, mengkhawatirkan
Ndredeg, berdebar debar
Ndul, sapaan  seperti halnya ndes
Necis berarti berpakaian rapi
Ngarahku berarti Menurut pendapat saya
Ngasi, ungkapan khas " jo ngasi"
Ngece mengejek
Ngeleh sartinya luwe atau lapar
Ngengkrengan cara orang Semarang untuk menyebut perkiraan biaya. Contoh: Kanggo ngedegake omah aku wis duwe ngengkrengane (Untuk membangun rumah saya sudah punya perkiraan biayanya)
Ngeper, merasa rendah
Ngerek, artinya main sinetron silat, Asti Ananta kuwi mulai ngerek jenenge.
Ngenthos artinya menunggu lama sekali. Buah kelapa itu jika sudah tua di dalamnya akan tumbuh biji yang disebut kentos. Ngentos, dari asal kata Kentos. Mbok nganti Ngentos, bis’e ra bakal lewat kene, Wong dalane ditutup. Biar ditunggu sampai lama, bisnya nggak bakal lewat, karena jalannya di tutup.
Ngincim, mengancam
Nginguk, melihat
Nggambus artinya omong kosong, nggedabrus atau bohong
Nggambleh artinya ngomong tong kosong tapi sampai berbusa-busa. Lha Mbok nggambleh sak modare ra bakal dirungokne, biar omong sampai berbusa, sampai mati nggak bakal didengerin.
Nggapleki dari kata dasar gaplek, makanan dari ketela. Intinya tentang makian tentang sesuatu yang berarti telo, atau makanan orang desa, bisa juga artinya kampungan.
Nggasruh artinya ngawur
Nggedebus artinya omong kosong atau jagoan omong kosong
Nggonduk artinya sama dengan gondok atau dongkol
Ngobrok buang air besar (maaf) di celana
Ngoce minum, tapi lebih dikonotasikan untuk minuman keras
Ngepek artinya mencontek
Nggathaki sama dengan ‘nggambus’ berarti membohongi
Nggateli dari kata Gatel, artinya menyebalkan
Nggendera artinya ngetop dan kondang abizz
Nggragas rakus
Nggreges panas dingin
Ngiras suka jajan
Nglayap keluar rumah jalan jalan
Ngreyen mencoba/menjajal sesuatu yang baru. Semacam Test Drive lah buat motor.
Ngothek berarti bicara lantang, ngothek-ngothek
Nyamari mengkhawatirkan
Nyebahi dari kata sebah, artinya menjengkelkan
Nyegrik berarti bersikap tidak menyenangkan
Nyeleneh, tidak sesuai aturan
Mbatik artinya menyalin dalam hal ini pekerjaan rumah (PR) sebelum jam pelajaran mulai
Mbojo artinya pacaran
Njedul, muncul
Njeplak artinya asal ngomong
Njembling artinya buncit. Wetenge njembling= perutnya buncit
Njlimet berarti rumit
Ntes, barusan
Nyamari keadaan smar. antara kelihatan dan tidak kelihatan namun membahayakan. konteks membahayakan sangat lekat pada arti kata ini. “Ati-ati nda, lewat dalan kono, tikungan ro tanjakane nyamari…”
Nyetut berarti mengambil barang orang tanpa ijin
…ok akhiran untuk menegaskan sesuatu yang telah dilakukan. Misalnya, Aku wis bali ‘ok.

O
OT Omong Tok artinya bisanya bicara saja tidak bias melakukannya

P
Pak sapaan khas semarang. singkatan dari Bapak (untuk menghormati teman akrab dan menganggap diri sama-sama dewasa).
Pathang berarti laki-laki atau cowok
Pating Tlecek, ungkapan  untuk sesuatu yang banyak 
Patiya, terlalu
Peceren, air kotor/got
Pedhot berarti putus atau kalah bersaing
Pekok bodoh
Pemes artinya pisau silet
Petengseng, banyak polah
Pit kebo sepeda onthel yang udah tua
Piye jal bagaimana coba. Bahasa Jawa biasa yang seringkali digunakan orang semarang.
Plengeh sebutan orang yang tidak bisa apa apa
Plinteng berarti ketapel
Pongkring berarti gering atau kurus
Precil kecil-kecil
Prek cletukan untuk dibiarkan

R Ra mang bararti Tidak usah –> ramang wedi = tidak usah takut
Rak Wis menyimpulkan suatu cara yang sebetulnya mudah (mempermudah masalah). Mulih Rak Wis (Pulang aja deh), Diculke rak wis (dilepaskan aja kan beres)
Ratan berarti Jalan raya
Reka rekae pura-puranya.
Rempon dikeroyok
Reti ngerti (singkatan dari ngerti), ora reti aku.
Rewo-Rewo Rame-rame… nggruduk… (biasanya untuk konteks seneng-senang, misalnya makan-makan)
RW Rica Waung, Rica Anjing (wah ini haram banget loh)

S
Sakbajek artinya sangat banyak
Sakjose, ungkapan sesuatu yang paling, " weh kae ayune sakjose nda"
Sak-Sake sembarangan
Sali berarti juga kaya
Sangar berarti menakutkan. Dalam bahasa Indonesia kata ini juga dikenal, tapi disemarang digunakan lebih familiar.
Sanggong menunggu… — sumbangan pak Wardiman
Sarakke karena
Sebeh semeh berarti bapak dan ibu
Sebehan suatu ilmu hitam, lebih berarti jimat
Seje hanya itu
Semawis sebutan halus untuk kota Semarang. Istilahnya bahasa krama nya… Semarang dari kata Aseme Arang, Semawis dari Aseme Awis (Awis berarti mahal/larang atau juga jarang)
Semok berarti seksi dan montok
Semprul ungkapan kesal
Senep ungkapan tidak suka pada orang lain
Sengak bisa berarti berbau apek, bisa juga berarti “ketus” , contoh: “Cah kuwi omongane sengak!”
Sengit ungkapan benci pada sesorang
Senthet artinya retak, tidak waras
Shonji, Mantra, dishonji dimantrai
Singsot artinya bersiul
Songsro, gerobak dorong
Sontoloyo ungkapan kesal pada sesorang
Stin berarti kelereng, Stinan berarti bermain kelereng
Stut artinya sabuk
Surungan minuman penghantar makanan (dalam hal ini digunakan para pemabuk untuk minum-minuman keras sebagai surungan/ mendorong makanan mereka yaitu Rica Waung)
Suk Suk Peng sejenis permainan anak. 2 kelompok anak duduk berjejeran dalam sebuah bangku panjang. Kedua kelompok duduk dalam posisi saling membelakangi. Lalu pada saat yang ditentukan, keduanya mendorong ke arah lawan/ ke belakang. Kelompok yang paling banyak jatuh dari bangku adalah kelompok yang kalah. Suk Suk Peng dari kata di suk (ditekan/berdesakan) gepeng (penyet), karena kedua kelompok saling berdesakan dan yang duduk di tengah/ diantara dua kelompok jadi gepeng.

T
Tek ke” artinya utekke (Utek ke)…, otaknya. Ungkapan terhadap sesuatu yang tidak masuk akal untuk dilakukan.
Temangsang
Tepu dari kata tipu, artinya omong bohong
Tese, ungkapan lebih halus dati tekke
Thetek Bengek, berbagai macamnya
Thok, cap/stempel
Tho Ya… artinya sama dengan “dong” dalam dialek Betawi. Contoh: Sandhale dicopot ta ya… (Sandalnya dilepas dong…)
Tikel artinya kelipatan. Wis tak bayar tikel telu… ya kudune bakbuk to ya… kok nagih terus… (sudah saya bayar tiga kali lipat, seharusnya impas, kok malah kamu tagih terus)
Tok berarti hanya
Trek-trekan kebut kebutan
Tumplek bleg, semua campur jadi satu

U
Udud, merokok
Ujug-ujug, tiba-tiba
Ujung-ujung, keliling bersilatuahmi
Umbul mainan gambar dari semacam kertas karton yang cara mainnya dilempar ke atas (diumbulke)
Undha-undhi artinya hampir sama. Contoh: Aku karo Cah Katro kae umure undha-undhi (Aku dengan anak Katro itu umurnya hampir sama), bisa juga dipakai dalam hal ‘kemungkinan’, MU karo Arsenal yo undha-undhi ndes…
Urun, ikut serta
Usum musim

W
Walah, ungkapan khas dari aduh
Waung artinya adalah anjing
Wagu, sesuatu yang dianggap nggak oke, dan cenderung katrok. Nah Wagu ini adalah kosa asli dari kata Katrok di Semarang.
Wedhus Balap, sama seperti waung.

Y
Yisto Singkatan dari Yo wis to

               BOSO SEMARANGAN DI DADEKNO BUKU...... KOYOKE KEREN YO NDA .....

SEMARANG, suaramerdeka.com - Dua buku "Halah Pokokmen: Kupas Tuntas Dialek Semarangan" dan "Rame Kondhe" akan diluncurkan di Rumah Makan Semarang, Jalan Gajahmada, Sabtu (27/4) besok pukul 10.00. Keduanya, karya wartawan Suara Merdeka Hartono Samdijan.
Acara hasil kerjasama Penerbit Mimbar, OZ Organizer, Bank Jateng, Pemkot Semarang dan Suara Merdeka ini menghadirkan dua pembicara. Yakni Kepala Balai Bahasa Jateng Drs Pardi MHum serta Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Unnes Sucipto Hadi Purnomo. Sebagai moderator ialah sastrawan Triyanto Triwikromo.
Ketua Panitia Tavifrudy mengatakan, acara akan dihadiri Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dan KH Mustofa dari Ponpes Ahbabul Mustofa Mranggen, Demak. Hadirin akan dihibur penampilan grup keroncong Javasera dan mendapatkan buku Halah Pokokmen: Kupas Tuntas Dialek Semarangan secara gratis.
"Buku masih dicetak terbatas dan belum dilempar ke toko buku. Beberapa statmen dalam diskusi nanti akan dimasukkan sebagai testimoni pada buku yang akan dicetak untuk toko buku," katanya.
Hartono Samidjan adalah pria asli Semarang kelahiran 1965. Ia belajar memahami Semarang secara otodidak sejak kecil maupun semasa melakukan tugas jurnalistik selama lebih adri 20 tahun.
Sejak Maret 2009, Suara Merdeka mempercayainya mengampu rubrik Rame Kondhe yang terbit setiap Senin di halaman Semarang Metro. Rame Kondhe mengisahkan problematika warga kota yang ditulis dalam bahasa Jawa dialek semarangan.
Dua buku tersebut, lanjut Tavif adalah peluncuran kedua dan ketiga dari Penerbit Mimbar pada bulan April 2013. Peluncuran pertama ialah buku "50 Tahun Bank Jateng" pada 7 April di Kantor Bank Jateng, Jalan Pemuda Semarang.

                                                                                                      Sumber : Suara Merdeka.com 





2 comments: