Motif Warak Khas Batik Semarangan
KOMPAS.com - Ketika membahas tentang batik di Jawa, khususnya Jawa
Tengah, orang mungkin hanya akan teringat pada batik yogyakarta, batik solo,
batik pekalongan, batik lasem, atau batik kudus. Padahal, saat Anda beranjak ke
ibukota Jawa Tengah, yaitu Semarang , Anda akan mendapatkan
batik semarangan.
Popularitas batik semarang memang masih kalah
dibandingkan kawasan lain di Jawa Tengah. Hal ini disebabkan batik semarang sempat menghilang akibat
penjajahan Jepang. Batik tulis juga kalah bersaing dari batikprinting dari segi harga, menyebabkan
regenerasi jadi terhenti. Baru sekitar tujuh tahun terakhir batik semarang diaktifkan kembali.
Untuk
menemukan pusat batik semarangan berikut bengkel kerjanya, Anda bisa berkunjung
ke jalan Batik di kawasan Gedong, Bubakan, Semarang . Di sini terdapat
Kampung Batik Semarang, di mana rumah-rumah penduduk dijadikan showroom sekaligus bengkel kerja. Kampung batik
ini belum sebesar sentra pembuatan batik di kawasan lain, sebutlah di
Pekalongan. Di sini hanya ada delapan perajin batik.
Meski begitu,
Anda tetap dapat membeli kain atau busana batik, melihat proses pembuatannya,
sekaligus mendapatkan informasi mengenai riwayat batik semarangan. Sayangnya,
Eko Hariyanto, pengusaha sekaligus koordinator perajin batik semarangan, sedang
tak berada di perkampungan ini ketika rombongan trip "Enchanting
IndOriental Beauty Journey" dari Martha Tilaar Group berkunjung, awal
Desember lalu.
Bagaimana corak khas batik semarang?
Seperti pada umumnya kota pesisir utara Jawa Tengah,
batik semarang juga dipengaruhi oleh budaya China. Motif-motif flora dan fauna
khas China peranakan seperti merak, ikan, kupu-kupu, ayam jago, bambu,
cendrawasih, atau bangau, bisa ditemukan di sini. Dalam pengembangannya, batik
semarang juga memiliki motif khas seperti Gedung Lawang Sewu dan Tugu Muda yang
menjadi landmark kota Semarang, dan pohon asem yang
banyak ditemukan di Semarang.
"Motif asem dan lawang sewu itu baru ada setelah
batik semarang hidup lagi, dan dibuat untuk memperkaya motif semarangan,"
papar Iin Winda Cahyani, salah satu perajin batik semarangan. Menurutnya, motif
dengan ikon Semarang lebih banyak dituangkan ke dalam batik cap. "Kalau di
batik tulis pasti diprotes oleh penggemar batik, karena mereka tahu motif batik
semarang itu ya gaya pesisiran."
Selain itu ada pula motif warak. Warak tak lain binatang
yang menjadi simbol kota Semarang. Binatang legenda ini melambangkan tiga ikon
Semarang yang menyatukan tiga etnis, China, Jawa, dan Arab. Bentuknya adalah
binatang berkepala naga (simbol China), bertubuh bouraq atau kuda bersayap (Arab), dan berkaki
kambing (Jawa).
Banyak
dari motif khas Semarang ini yang melambangkan regenerasi dan kemampuan untuk
bertahan. Misalnya seperti motif warak ngendog (warak bertelur) dan kupu-kupu
(binatang yang menyebarkan serbuk sari). Bangau adalah binatang yang hidup di
air dan di darat, sehingga dapat hidup di mana saja. Bunga cempaka sekali
dipetik tidak mudah layu, ranting mawar memiliki duri yang memberikan
perlindungan, sedangkan bambu sekali ditancapkan akan tetap kokoh.
Dari
sisi warna, batik semarang cenderung berwarna oranye kemerahan. "Warnanya
cenderung cerah. Tetapi makin ke arah barat, Cirebon, lebih soft dan lebih berwarna-warni," imbuh
Iin, yang memiliki 15 pegawai.
Tidak ada standar harga untuk batik semarang, karena
harga yang dipajang memang tergantung perajin. Untuk koleksi batiknya sendiri,
Iin menjual dengan harga mulai Rp 500.000 hingga Rp 1 juta. Itu pun hanya
dibuat beberapa potong saja. "Untuk harga Rp 1 juta ke atas saya hanya
bikin satu potong, karena pembuatannya lama," ujar Iin, yang memproduksi
sendiri batik-batiknya.
Iin
mengatakan, harga batik memang dinilai dari kualitas bahan, motif, dan lama
pengerjaannya. Jika sudah memahami faktor-faktor tersebut, menurutnya para
penggemar batik umumnya sudah dapat menerka harganya sendiri.
No comments:
Post a Comment