Tradisi ’Angon Putu’ ke Pasar
Written By enggar ervanto on Senin, 21 Januari 2013 | 09.13
Semua
anak, cucu dan bahkan buyut digiring ke pasar tradisional. Dengan membawa
cambuk, sang eyang mengajak anak cucu dan buyut keliling pasar. Membeli jajajan
pasar, lalu minum es dawet sebelum kemudian diajak bermain di lapangan.
Itulah
yang terjadi ketika keluarga besar trah Morocarito asal Dukuh Karangrejo, Desa
Sukorame, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali menggelar acara tradisi angon
putu. Acara tradisi masyarakat Jawa yang cukup menarik tersebut diselenggarakan
di Pasar Sunggingan, Boyolali, Minggu (20/1) pagi.
''Cucu
saya sudah banyak, bahkan sudah ada buyut. Jadi sudah saatnya saya menggelar
acara angon putu,'' kata Sumarmi Morocarito selaku eyang.
Dari
perkawinannya dengan Morocarito (almarhum), Sumarmi dikaruniai 10 anak, 21 cucu
dan 9 buyut. Ditambah dengan menantu, jumlah keturunan perempuan berusia 71
tahun tersebut ada 50 orang. Semua anak, cucu dan buyut itu hadir mengikuti
acara tradisi angon putu.
''Saya
menyelenggarakan acara ini untuk melestarikan tradisi nenek moyang kami.
Sekaligus untuk mengajak kepada anak cucu untuk mencintai budayanya sendiri,''
ujarnya.
Acara
dimulai pada pukul 09.00. Diawali dengan eyang Sumarmi Morocarito membawa
putra, cucu dan buyut dari Dukuh Karangrejo ke Pasar Sunggingan. Di pasar, dia
kemudian memohon ijin lurah pasar Sriyanto. Setelah memperoleh ijin, eyang
Sumarmi mengajak rombongan keliling pasar. Dia lalu membelikan jajanan pasar
kepada para cucu dan buyut.
Dengan
jumlah yang mencapai puluhan, tak urung kehadiran rombongan menarik perhatian
masyarakat yang sedang berada di pasar. Apalagi anak cucu dan buyut yang
laki-laki mengenakan seragam khusus lengkap dengan udeng sebagai ikat
kepalanya. Sementara eyang putri membawa cambuk dalam mengiringinya.
Setelah
keliling pasar, rombongan kemudian menuju ke lapangan Sunggingan di timur
pasar. Di sana anak cucu dan buyut dibelikan dawet yang juga menjadi ciri khas
dari angon putu. Setelah minum dawet selesai, acara dilanjutkan dengan hiburan.
Yakni membeli kado di pasar dengan harga tidak boleh lebih dari Rp 5000.
Kemeriahan kemudian mengemuka saat kado
saling ditukar. Sebab kadonya ternyata berupa barang-barang
yang murah tapi menarik. Ada yang mendapatkan kuas untuk mengecat, ada yang
mendapat uleg-uleg untuk membuat sambal dan ada juga yang mendapat
mobil-mobilan dari plastik.
''Kami mendukung keinginan dari ibu kami yang
tercinta. Harapannya agar ibu bisa senang dan bahagia. Kami berdoa semoga ibu
selalu diberikan kesehatan, panjang usia untuk menunggui anak cucu,'' tandas
Edi Cahyono (54) mewakili anak.
Sementara malam sebelumnya, Sabtu (19/1)
malam, sesuai tradisi juga dilakukan acara sungkeman dan melepaskan kupat luar.
acara tersebut dilakukan di rumah eyang sumarmi. Kecuali menghadirkan handai
taulan, acara juga dimeriahkan dengan pergelaran seni karawitan.(Wisnu Kisawa,
Setyo Wiyono/SMNetwork/njs)
No comments:
Post a Comment