Tuesday, November 12, 2013

Sedekah bumi dusun Ampel

Sedekah Bumi Dusun Ampel Gading

Sumber : Harian Semarang 
(Muhammad Syukron/JBSM/17)
KALISEGORO-Gending lagu -lagu khas Semarangan pun mulai mengalun dari sebuah VCD yang diputar oleh pemilik sound system yang ada di samping panggung. Berulang kali, seorang lelaki bertubuh gemuk yang telah memakai berkap lengkap dengan jarik bermotif batik itu terus memanggil warga untuk berkumpul melalui pengeras suara dengan bahasa Jawa Kromo Inggil.

Beberapa saat kemudian, warga pun berduyun-duyun merapat di depan panggung dan mengitari dua tumpeng besar yang berisi buah-buahan seperti melon, pisang, durian, mangga, wortel, semangka, sayuran, ketela, kacang tanah, dan umbi-umbian lainnya. 

Deru suara drum band yang dimainkan oleh siswa MTs Al Asror Gunungpati pun memancing warga untuk terus berdatangan. Setelah dilakukan prosesi penyerahan keris Kyai Kabluk, prosesi arak-arakan dalam rangka sedekah bumi warga Dusun Ampel Gading itu pun dimulai, Sabtu (29/9) siang. 

Dua kuda yang ditumpangi Lurah Kalisegoro Ganefo Sodri Anwar dan Ketua Panitia Sedekah Bumi Sudarmono berada di barisan terdepan, disusul drum band, barisan prajurit lengkap dengan bambu runcing, pembawa gunungan dan penderek dengan pakaian beskap hijau semarangan. 

Mereka berjalan pelan mengelilingi kampung sejauh dua kilometer lebih. Sampai di depan panggung, warga yang telah berkumpul pun langsung menyerbu dua gunungan. 

“Saya hanya mendapat ketela saja, karena harus berdesak-desakan dengan yang lebih muda,” tutur Karmani (62).
Sesepuh Dusun Ampel Gading, Desa Kalisegoro Marsidi (85) menuturkan, acara Sedekah Bumi Kyai dan Nyai Kabluk itu dilakukan dalam rangka wujud rasa syukur masyarakat atas hasil panen durian, jagung, ketela, rambutan yang setiap tahun terus mengalami peningkatan. 

Dijelaskan, Dusun Ampel Gading yang dahulu kala merupakan hutan belantara menjadi pemukiman berkat jasa Kyai Kabluk dan Nyai Kabluk. Kedua tokoh yang dimakamkan tidak jauh dari kampung itu pada zaman dahulu melakukan babat alas dan menjadikan kawasan yang dahulu merupakan hutan belantara menjadi permukiman.

“Harapan warga tentunya hasil panen terus meningkat setiap tahun, karena di kampung ini dikenal sebagai sentra durian dan rambutan. Selain itu, kami juga berharap, kehidupan masyarakat tetap tenteram, damai dan rukun,” imbuh Sudarmono yang ditunjuk oleh warga sebagai ketua panitia kegiatan. 

Usai arak-arakan, seluruh warga pun makan bersama di depan panggung sambil dihibur musik dangdut. Selanjutnya, pada malam hari, digelar wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Joko Prasojo atau yang terkenal dengan sebutan Ki Dalang Joko Edan Hadiwijoyo. 

No comments:

Post a Comment