Saturday, October 25, 2014

NGESTI PANDHOWONE SEPI, GARENG'NGE NGUNGSI ( NING NDI ? ).....

Aksi tokoh Gareng Ngesti Pandhowo dalam sebuah acara pagelaran wayang kulit....

Ngesti Pandawa Sepi, Gareng Sumarbagyo Solo Karier
Semarang, CyberNews. Bagi penonton setia Ngesti Pandawa, kemunculan Sumarbagyo (42) dalam pentas kolaborasi dengan Sanggar Titah Nareswari Surakarta tak ubahnya kejutan menyenangkan. Betapa tak? Pemeran tokoh Gareng yang telah menjadi ikon kelompok wayang orang itu sudah setahun menghilang dari pentas rutin di Gedung Ki Narto Sabdho.
Maka, ketika dalam adegan gara-gara, Sumarbagyo tampil dengan dhapukan-nya yang sejati, penonton bertempik riuh. Dagelan yang dia mainkan bersama tokoh punakawan lain pun disambut ger-geran. Selama ini ke mana saja Mas Bagyo? ''Ya nih, saya lagi sibuk ngupaya upa,'' tuturnya.
 Ngupaya upa yang dia maksud adalah mencari tambahan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dengan bisnis lain kah? Tidak tidak. Sumarbagyo tetap memanfaatkan kemampuannya di atas panggung. Dia mengaku selama ini berkeliling dari satu kota ke kota lain, namun lebih sering pentas di daerah selatan Jawa Timur, seperti Kediri, Tulungagung, Madiun, Blitar, dan Malang.
Dia tak tampil sendirian, melainkan berkolaborasi dengan dalang wayang kulit. Selain Ki Djoko Hadiwijoyo, suami Yayuk (40) itu kerap sepertunjukkan dengan Ki Anom Suroto, Ki Manteb Sudarsono, Ki Purbo Asmoro, Ki Warseno Slenk, dan Ki Enthus Soesmono.
Tidakkah aksi solo kariernya itu mendapat tentangan dari Ngesti Pandawa--kelompok yang membesarkannya? ''Secara langsung tidak. Tapi saya tetap merasa apa yang saya lakukan bisa menimbulkan kecemburuan. Memang susah, di satu sisi saya harus memenuhi kewajiban organisasi, tapi di sisi lain juga harus memenuhi kewajiban sebagai kepala keluarga.''
Dengan jujur, Sumarbagyo memaparkan bahwa Ngesti Pandawa tak bisa dijadikan sebagai gantungan. Untuk menghidupi istri dan dua anaknya Ajrin (12) dan Atha (10), dia harus mencari penghasilan tambahan.
Untuk mengurangi rasa bersalahnya terhadap Ngesti Pandawa, dia memberikan kontribusi lain. Namun Sumarbagyo enggan menjelaskan perihal kontribusi yang dimaksud. Selain itu dia tetap menerakan Ngesti Pandawa di belakang sebutan namanya.
Ya, lelaki kelahiran Semarang, 28 Juni 1965 itu sadar betul, bahwa Ngesti Pandawa lah yang membesarkan namanya. Semenjak kecil dia telah akrab dengan kelompok wayang orang itu. Maklum Sumarbagyo adalah putra bungsu Ki Marno Sabdho, eks dalang Ngesti Pandawa.
Tokoh Gareng telah dia mainkan sejak usia remaja. Namun menjadi Gareng utama baru pada 1986, setelah ayahnya meninggal dunia. Sumarbagyo berupaya total memerankan Gareng. Untuk itu dia tanggalkan atributnya yang lain seperti sebagai penabuh atau niyaga.

( rukardi/cn05 )

No comments:

Post a Comment