Thursday, January 28, 2016

RINDU SUASANA SEMARANGKU TEMPO DOELOE...

   Berbeda Zaman Berbeda Pula Kendaraannya (diabad 20 pedati dan trem masih mendominasi)    
                                 
Sebulan yang lalu, tepatnya di bulan Desember 2015..Mas Blogger sempat mengunjungi acara bazar buku tingkat Kotamadya Semarang yang berjuluk "semarak sejuta Buku untuk Semarangku Tercinta" di Gedung Wanita Semarang...Iseng-iseng cari buku murah yang berkualitas dan menarik untuk dibaca, soalnya kalau hunting buku di Gramedia terus, bisa-bisa kantong Si Mas jadi bolong dan dompetku akan menjadi pepesan kosong tak berpenghuni..ha..ha..ha...,Setelah hunting buku-buku bagus ke beberapa stand di lokasi bazar yang telah berlangsungmeriah (karena bertepatan pula dengan agenda Semarang Great Sale 2015) , tiba-tiba langkah kaki Saya berhenti sejenak di depan stand khusus yang dikelola oleh Badan Arsip Daerah Kota Semarang yang menyuguhkan potret jadul lawang Sewu Tempo Doeloe sebagai Poster penarik bagi para pengunjung untuk mampir sejenak ke stand tersebut...mumpung lagi ada stand yang menarik sepasang mata bola Saya , akhirnya Mas Blogger mampir ke Stand milik pemkot tersebut, didalam stand Saya tidak hanya disuguhi oleh deretan foto-foto Kota Semarang tempo dulu yang berasal dari zaman Kolonial hingga tahun 1990-an yang terasa ngangeni (membuat kangen) dan terkesan berbeda (karena terkadang lokasi ada bangunan kuno yang ada difoto sudah beralih fungsi atau mungkin sudah tegusur kemajuan zaman) ..melainkan Saya juga melihat arsip-arsip video KLIV tanpa suara (film bisu) buatan ahli dokumenter Hindia Belanda yang berkisah tentang suasana Kota Atlas di abad 20-an...

 
    Taman Diponegoro RS Elisabeth abad 20 sebelum terpapar polusi kendaraan 
 
Ternyata sangat berbeda sekali dengan semarangku di tahun 2016 kini, tak ada lagi pedati yang ditarik oleh Sapi yang melintas di depan Gedung Lawang Sewu..melainkan sudah digantikan oleh bisingnya asap knalpot kendaraan bermotor dari berbagai merk terkemuka yang kerap hilir mudik didepan gedung kuno yang konon berpintu seribu tersebut....Selain itu, di masa sekarang-pun Gunung Ungaran yang terlihat membiru dari kejauhan tak begitu bisa terlihat jelas lagi dari Taman Diponegoro (Depan Rumah Sakit Elisabeth) yang sangat tenar di era kolonial karena kesohoran lokasinya yangberhawa sejuk dan dapat melihat panorama Gunung Ungaran dari tempat ini.....Memang kini Semarangku sudah bertransformasi untuk "SETARA" seperti kota-kota lain di Indonesia..Tapi Saya hanya ingin menitip Pesan kepada Bapak Hendi dan Ibu Ita selaku Walikota dan Wakil Walikota periode sekarang agar aset bangunan cagar budaya yang ada di Kota Atlas jangan banyak yang dirobohkan atau dimusnahkan hanya karena ingin dijadikan bangunan baru..karena sejatinya, Kota Semarang yang Sekarang ada karena sejarah perkembangan dari Kota Semarang yang dulu...jadi jangan sekali-sekali untuk menghapus kerinduan kami sebagai warga Semarang akan suasana Kota Semarang Tempo Doeloe yang masih tersisa di beberapa sudut jalan di Kota Atlas Tercinta ( Seperti halnya Kawasan Pecinan Gang Lombok, Kota Lama, hingga ratusan rumah arab kuno di Kampung Kauman)......
 
                                          Pesona Kota Lama Semarang tak lekang dimakan waktu.......
  

No comments:

Post a Comment