SEJENAK MENGENANG KAMPUNG KULITAN SEMARANG
Tempo
dulu Kampung Kulitan merupakan kampung terkenal di Semarang. Kampung
yang terletak di bilangan Jl Mataram itu menjadi tempat kediaman Tasripien,
tuan tanah dengan jumlah kekayaan tak berbilang. Seiring meredupnya pamor
dinasti Tasripien, popularitas Kulitan berangsur surut. Kini, kampung tersebut
membangun reputasi baru. Bersama
Kampung Gandhekan, Kulitan menjadi pangkalan gilo-gilo terbesar di Kota
Semarang. Tak kurang dari 60 orang pedagang tinggal di kedua kampung yang
bersebelahan itu. Mengunjungi Kulitan dan Gandhekan pada pagi hari, kita akan
melihat sebuah kegairahan. Kaum ibu membuat penganan. Para pedagang menyiapkan
dasaran, mulai dari merajang buah, membersihkan gerobak dan mengisinya dengan
aneka makanan. Gerobak-gerobak itu berjajar memenuhi jalan kampung yang tak
seberapa lebar. Beranjak siang, satu per satu mereka turun ke jalan. Keberadaan
pedagang gilo-gilo di Kampung Kulitan dan Gandhekan ada sejak tahun 1960-an. Mula-mula
hanya beberapa orang. Mereka yang hampir seluruhnya perantau asal Sukoharjo dan
Klaten menjual gilo-gilo menggunakan pikulan. Memasuki 1970-an, jumlah pedagang
gilo-gilo di Kulitan dan Gandhekan bertambah. Selain kaum boro, warga asli
kampung tersebut juga ikut-kutan berjualan. Pada masa itu, penjual gilo-gilo
mulai mengganti pikulannya dengan gerobak. Kondisi jalan kampung yang relatif
baik menjadi pemicu peralihan tersebut.
No comments:
Post a Comment