Wednesday, October 9, 2013

MEDIA MASSA & WANITA

PERANAN MEDIA MASSA DALAM MEREPRESENTASIKAN KECANTIKAN WANITA INDONESIA DALAM IKLAN HAND BODY CITRA DAN MARINA

Sae Panggalih
Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS-UNNES

PENDAHULUAN

S
elama ini , mayoritas masyarakat Indonesia selalu mengatakan bahwa kecantikan wanita Indonesia itu akan terpancar melalui penampilan fisiknya yang sempurna dari ujung rambut hingga ujung kaki . Pendapat-pendapat yang muncul tentang kriteria wanita cantik, pada akhirnya mengakibatkan para wanita Indonesia berlomba-lomba untuk mempercantik diri mereka agar sesuai dengan kriteria kecantikan yang diharapkan oleh masyarakat. Dan salah satu kriteria kecantikan yang dinginkan sebagian besar wanita Indonesia adalah memiliki kulit putih bersih yang dianggap dapat membuat rasa percaya diri para wanita menjadi meningkat akibat pujian dari masyarakat luas yang mengagumi keindahan kulit putih mereka .
Sebenarnya, representasi kecantikan wanita Indonesia seperti yang tercantum dalam pendapat diatas telah berkembang dalam kehidupan masyarakat sejak lama akibat adanya penerimaan sistem pemaknaan kecantikan yang diwariskan dari masa ke masa oleh nenek moyang kita. Pemaknaan mengenai citra kecantikan wanita Indonesia , di dalam struktur sosial masyarakat berkembang melalui tataran nilai-nilai budaya yang telah dianut lama, seperti tradisi, adat, norma, nilai-nilai feodal dan sebagainya.  Misalnya saja dalam budaya jawa, Para leluhur orang Jawa telah menciptakan istilah-istilah Panyandra yang berisi kumpulan kalimat pujian yang digunakan  untuk menggambarkan kecantikan wanita Jawa yang sesuai dengan harapan masyarakat Jawa pada umumnya, misalnya saja muncul istilah: Pakulitane ngulit langsep yang berarti kulitnya memiliki warna kekuningan yang indah , Rikmane ngembang bakung yang berarti rambutnya lebat dan bagus, irunge ngundup melathi yang berarti hidungnya mancung, serta istilah-istilah lainnya yang berorientasi untuk menggambarkan kecantikan ideal wanita Jawa tempo itu yang diibaratkan sebagai Bidadari Surga yang sempurna tanpa cacat fisik.
Namun dalam sejarah perkembangannya, representasi dari kecantikan wanita Indonesia tersebut terus mengalami gerak pergeseran dan perubahan yang tidak pasti seiring dengan kemajuan Zaman. Misalnya saja, di era zaman kejayaan kerajaan Jawa, Seorang perempuan dapat dikatakan cantik apabila memiliki warna kulit yang kuning langsat atau yang dalam istilah Jawanya disebut Pakulitane ngulit langsep . Tetapi di era modern kini, pendapat tentang keindahan warna kulit yang kuning langsat mulai bergeser akibat munculnya presepsi terbaru dari media yang mengungkapan bahwa kecantikan wanita Indonesia itu terpancar dari keindahan warna kulit putih bersihnya yang dapat menarik perhatian kaum Adam. Dari Pergeseran makna cantik yang selalu berubah mengikuti perkembangan jaman tersebut, menunjukkan adanya perubahan konstruksi mengenai kecantikan wanita ideal akibat adanya perkembangan industri media massa yang sangat berperan besar dalam menyampaikan pesan yang dikomunikasikannya kepada khalayak (wanita) tentang kriteria kecantikan wanita Indonesia masa kini.
Keberadaan media massa yang ada dalam kehidupan masyarakat, memang mengajarkan kepada masyarakat terutama wanita dalam pembahasan kali ini, untuk selalu memperbaiki kekurangan dirinya agar bisa berpenampilan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh media massa melalui iklan produk. Kecenderungan seseorang untuk menemukan kekurangan pada dirinya adalah suatu hal yang sangat memungkinkan. Artinya, seseorang akan melihat dirinya serba kekurangan. Fenomena inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh kalangan pembuat iklan untuk memasuki wilayah bawah sadar seseorang. Beberapa produk perawatan tubuh ditawarkan untuk mengeliminir kekurangan-kekurangan itu. Sehingga jika berbicara tentang tubuh perempuan, tidak terlepas dari perdebatan ragam rekayasa citra. Citra terhadap permainan tubuh merupakan sebuah permainan yang rapi dan terancang amat baik. Dalam konteks ini, pembuat iklanlah yang menjadi dalang utama.  Berbagai janji ditawarkan lewat iklan yang dirancang. Mulai dari pemaparan argumen, persuasi, hingga visual yang seolah-olah sangat menawarkan janji nyata dan terbukti kebenarannya untuk para konsumen wanita yang menggunakannya.
Seperti halnya yang digambarkan dalam iklan Hand Body Citra dan Marina yang berusaha untuk membuat visualisasi iklan semenarik mungkin di televisi dengan sama-sama menampilkan model gadis cantik yang memiliki kulit putih bersih untuk mempromosikan produk mereka agar dapat diterima masyarakat. Diharapkan dengan ditampilkannya model iklan yang memiliki kriteria kecantikan yang sesuai dengan asumsi publik, maka minat para konsumen wanita Indonesia untuk membeli kedua produk hand body tersebut bisa didapatkan dengan mudah oleh produsen dikarenakan semua wanita yang melihat iklan tersebut, seakan-akan terbius dengan pesona gadis cantik yang ditampilkan dalam iklan dan memutuskan untuk membeli produk yang sma seperti di tayangan iklan dikarenakan ingin memenuhi kriteria nilai kecantikan yang sempurna seperti yang ditampilkan para model cantik dalam iklan hand body . 
Dengan sedikit paparan di atas, memunculkan dua pertanyaan yang cukup menarik bagi Peneliti yaitu tentang :
1.     Bagaimanakah peranan media yang terwujud dalam iklan Hand Body Citra dan Marina dalam menetukan dan mengajarkan nilai-nilai kecantikan fisik pada perempuan Indonesia ?
2.      Bagaimanakah sikap yang seharusnya diambil oleh para perempuan Indonesia dalam menanggapi konsep fana dan realita yang disajikan dalam iklan produk kecantikan ?

METODE ANALISIS

Y
ang peneliti lakukan untuk menyelesaikan tugas mid semester ini, adalah dengan cara mengamati segala macam bentuk gerakan, tanda, maupun dialog-dialog persuasif dalam iklan yang tervisualisasikan ke dalam produk iklan kecantikan yang dianggap sangat merepresentasikan kehidupan wanita Indonesia . Pengamatan dilakukan dengan cara melihat video-video iklan produk kecantikan yang ada di situs You Tube. Kemudian dari semua iklan yang disaksikan, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap iklan Hand Body Citra dan Marina yang dianggap peneliti sebagai salah satu produk iklan yang sangat merepresentasikan kehidupan wanita Indonesia masa kini yang dianggap sangat peduli terhadap kegiatan perawatan tubuh agar kecantikan mereka dapat terpancar .
Setelah melakukan pengamatan terhadap kedua iklan tersebut yang masing-masing berdurasi tiga puluh detik selama satu jam masa pengamatan, maka penulis mulai dapat mengetahui dan melakukan analisis lanjutan tentang perilaku wanita Indonesia yang tercermin akibat adanya pengaruh dari iklan produk kecantikan yang seakan-akan menghipnotis para kaum hawa .

PERANAN IKLAN DALAM MEREPRESENTASIKAN WANITA INDONESIA

D
i Indonesia, media massa sangatlah berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Sebagai media komunikasi antara masyarakat dan dunia luar, media massa harus tetap bertahan. Media massa dapat bertahan karena adanya iklan. Iklan, yang biasanya dikeluarkan oleh perusahaan dan instansi , menjadi pemasukan utama bagi media massa. Sebaliknya, perusahaan atau instansi yang harus mempromosikan sesuatu kepada masyarakat menganggap media massa sebagai tempat yang tepat untuk memasang iklan . Adanya hubungan saling ketergantungan ini membuat banyak sekali iklan yang muncul dalam media massa, baik elektronik maupun cetak.
Hal itu juga diperkuat oleh sejarah iklan yang sebelumnya berupa iklan lisan yang sudah ada sejak 5000 tahun sebelum masehi . Menurut Widyatama , Pada saat itu manusia saling menukar barang yang mereka miliki dengan saling berkomunikasi melalui komunikasi lisan . Tetapi pada perkembangan beerikutnya , iklan sudah berbentuk tulisan dan visual gambar yang tampil di berbagai media massa seperti di era kekinian .
Sedangkan definisi dari representasi sendiri adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan, dan konsep lama mengenai representasi ini didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang sebenarnya digambarkan. Dan apabila kita meminjam definisi diatas untuk merumuskan tentang representasi iklan produk kecantikan, maka dapat kita jelaskan bahwa iklan kecantikan memang dibuat  untuk mendapatkan pemaknaan dari para penonton tentang kriteria kecantikan yang divisualisasikan dalam produk kecantikan di televisi. Padahal dalam dunia nyata, para konsumen wanita tidak semuanya bisa mewujudkan kriteria kecantikan yang digambarkan di iklan dikarenakan dunia yang ada dalam iklan kebanyakan hanyalah terkesan seperti dunia fantasi yang memang sengaja dibuat oleh para pembuat iklan dengan janji-janji yang dikomunikasikan lewat kata-kata yang meyakinkan guna menarik minat konsumen untuk membeli produk kecantikan yang ditawarkan.
Dan salah satu dari banyaknya iklan fantasi yang tersebar di media massa adalah iklan produk kecantikan Hand Body Citra dan Marina yang mendominasi konten iklan televisi untuk kategori produk perawatan kulit di Indonesia. Berdasarkan isi iklan produk kecantikan Hand body Citra dan Marina ini, cara yang digunakan pembuat iklan untuk merepresentasikan perempuan Indonesia yang sesuai dengan presepsi ideal masyarakat Indonesia, dibagi menjadi 3 adegan ( pertama, adegan pengenalan model yang berarti pihak iklan memulai isi iklan dengan menampilkan model perempuan dengan segala aktivitas hariannya dan masalah perawatan kecantikan tubuh yang Ia hadapi akibat aktivitas hariannya. Kedua, adegan pengenalan produk yang berisi tentang identitas dan kelebihan yang coba di tawarkan oleh produk kecantikan untuk mengatasi masalah si perempuan, dan yang terakhir adalah adegan himbauan persuasif yang biasanya berisi kalimat-kalimat ajakan yang meyakinkan untuk mempengaruhi para konsumen wanitayang coba untuk tersampaikan dalam durasi waktu yang telah ada dalam iklan. Sedangkan untuk pemilihan tema iklan , kedua produk hand body ini ternyata memiliki konsep yang sama dalam menggambarkan pesona kecantikan kulit putih perempuan Indonesia, tetapi yang membedakannya hanyalah dari alur adengan yang dibuat dan kalimat persuasif iklan yang diusung.
Dalam iklan hand body citra versi gadis kampus yang berdurasi 30 detik, Representasi tentang kecantikan perempuan Indonesia ingin dideskripsikan menjadi empat adegan utuh : 
Pertama, pembuat iklan Hand body Citra berusaha ingin merepresentasikan bahwa kecantikan kulit putih seorang wanita Indonesia sangat diperlukan untuk menarik perhatian lawan jenisnya, Hal itu dapat terlihat jelas pada adegan ketika banyak para pria yang melihat kecantikan gadis kampus menjadi salah tingkah dan memusatkan pandangan mereka terhadap keindahan kulit sang gadis kampus yang lewat di depannya.
   Kedua, muncul sebuah representasi iklan bahwa sisi feminim dari seorang wanita harus tetap diperhatikan di segala situasi, Dalam adegan iklan, Kefeminiman gadis kampus itu tercermin dari caranya berjalan dan melalui pemilihan warna bajunya yang merah jambu atau pink yang seakan-akan menjadi simbol warna kegemaran para wanita kebanyakan.
  Ketiga, pihak Hand Body Citra berusaha untuk merepresentasikan bahwa bagi perempuan Indonesia, kecantikan tampilan fisik adalah segalanya dan sangat penting bagi kehidupan perempuan, Hal itu dibuktikan dengan adanya adegan ketika gadis kampus berusaha untuk melakukan perawatan kulit bersama teman-temannya hingga didapat warna kulit yang sesuai dengan presepsi orang kebanyakan. 
   Keempat, Pihak Hand body Citra ingin merepresentasikan bahwa dalam kehidupan perempuan Indonesia, penilaian dari orang lain itu sangatlah penting dan dapat meningkatkan rasa percaya diri. Hal itu dibuktikan dengan adegan ketika kedua teman dari sang gadis kampus memberikan penilaian positif terhadap keindahan kulit sang gadis kampus yang berwarna putih berkilau seperti mutiara.
  
Sedangkan dalam iklan Hand Body Marina versi tulusnya berbagi yang berdurasi 31 detik, sosok perempuan Indonesia lebih direpresentasikan sebagai sosok perempuan cantik yang sangat peduli dan aktif dalam aktivitas sosial di sekitar lingkungan mereka, hal itu dibuktikan dengan adanya adegan ketika para gadis cantik yang telah usai bersepeda, berhenti di sebuah rumah singgah untuk membantu para anak-anak jalanan binaan rumah singgah untuk membuat kerajinan tangan. Dari deskripsi adegan iklan hand body Marina diatas, Pembuat iklan tampak sekali ingin merepresentasikan bahwa sosok perempuan Indonesia itu memiliki jiwa kepekaan sosial lebih tinggi dibanding dengan pria yang cenderung acuh dengan aktivitas yang berhubungan dengan kepedulian sosial . Dan presepsi kepekaan sosial diatas sangatlah sesuai dengan presepsi umum masyarakat kebanyakan, yang dalam kehidupan nyata memang selalu mengkaitkan bahwa jiwa kepekaan sosial memang identik dengan kaum hawa .
  
Dari contoh kedua iklan hand body diatas, dengan jelas kita dapat melihat bahwa perkembangan media massa sangatlah berperan besar dalam menentukan dan mengajarkan tentang representasi perempuan Indonesia yang sesuai dengan harapan kebanyakan kaum hawa, yaitu bahwa perempuan Indonesia itu harus feminim , memiliki kulit putih bersih, selalu memikirkan hasil penilaian orang lain terhadap dirinya, selalu dipresepsikan sebagai sosok yang terampil dalam perawatan tubuh demi alasan kecantikan serta menarik perhatian lawan jenisnya, dan sosok yang peka terhadap aktivitas sosial. Menurut peneliti, Munculnya kelima anggapan yang terepresentasikan dalam iklan diatas, sangatlah berkaitan dengan prinsip Institusi Gender (Gender Institution) yang berusaha untuk membuat standar tentang bagaimanakah seharusnya menjadi seorang wanita yang sesuai dengan presepsi masyarakat dan media massa kebanyakan.


ANTARA FANA DAN REALITA DALAM IKLAN PRODUK KECANTIKAN
K
ecenderungan seseorang perempuan untuk menemukan kekurangan pada dirinya merupakan suatu fenomena yang dimanfaatkan oleh kalangan pembuat iklan kosmetik untuk memasuki wilayah bawah sadar seseorang perempuan. Artinya, seseorang wanita akan melihat dirinya serba kekurangan dan membutuhkan suatu produk kosmetik andalan yang dapat memecahkan masalah yang menghambat pancaran kecantikannya. Kekurangan tersebutlah yang pada akhirnya membuat beberapa produk hand body lotion yang tidak lagi didominasi hanya oleh satu atau dua nama merek produk seperti halnya Citra dan Marina. Tetapi juga didominasi oleh merek produk-produk hand body lain, seperti Vaseline, Nivea, Shinzui, dan lain sebagainya untuk saling berlomba-lomba dalam menarik minat konsumen dengan ragam rekayasa citra yang dibuat semenarik mungkin oleh pembuat iklan untuk meyakinkan para konsumen wanita agar membeli produk yang dimaksud .  
Padahal semua konsep pencitraan wanita yang coba untuk direpresentasikan dalam iklan kebanyakan hanyalah berisi kefanaan belaka yang sangat sulit untuk diwujudkan dalam realita kehidupan nyata wanita Indonesia . Semua yang ada dalam iklan itu seolah-olah hanya dimanfaatkan oleh para pembuat iklan untuk memasarkan produknya agar laku di pasaran tanpa memandang dampak negatifnya bagi para konsumen produk kecantikan tersebut.
Kefanaan tersebut misalnya tampak dari model-model dan bintang-bintang wanita dalam iklan tersebut yang kebanyakan di dominasi oleh perempuan Indo. Sehingga warna kulit yang putih adalah tema yang muncul berulang-ulang untuk mendefinisikan kecantikan dan feminitas perempuan Indonesia . Padahal dalam realitas yang ada, ras dari perempuan Indonesia adalah ras Malayan Mongoloid yang memiliki kulit tidak putih dan tidak hitam (seperti konsep dikotomi hitam dan putih di barat), tetapi mereka menyebut kulit mereka dengan sebutan terang atau sawo matang, Sehingga sangat mustahil bagi perempuan Indonesia untuk memiliki warna kulit putih terang seperti model dalam iklan hand body yang dimaksud dan bias pula jika dikatakan bahwa orang Indonesia masuk ke dalam kategori campuran seperti yang digambarkan oleh para model cantik yang kebanyakan didominasi oleh perempuan Indo Amerika atau Eropa yang notabene memang memiliki ras kulit putih yang berasal dari pemberian Tuhan .
  Sejatinya, Proses rekayasa dalam iklan untuk perempuan, seperti yang dapat diamati dalam contoh fenomena diatas, sudah sedemikian kuatnya pengaruhnya bagi para konsumen wanita yang kini cenderung tidak bisa lagi membedakan antara konsep kefanaan yang ada dalam kehidupan iklan dan konsep realita di kehidupan nyata, Lebih parahnya lagi, mereka justru menggunakan kefanaan yang ada dalam iklan produk kecantikan sebagai acuan untuk berperilaku sehari-hari.
Hal diatas dapat terjadi karena selama ini masyarakat kita memiliki pola pikir, rasa dan penilaian berdasarkan apa yang pernah mereka lihat di televisi.  Dalam menilai komunitas dirinyapun, televisi dijadikan referensi utama. Artinya, apa yang sesuai dengan televisi dianggapnya baik dan apa yang tidak sesuai dengan televisi dianggapnya tidak baik.  Dengan ini jelas bahwa masyarakat Indonesia mudah terpengaruh oleh apa yang terpampang di media. Sehingga sangat mudah untuk pembuat iklan, untuk melahirkan konsep kecantikan yang ada pada iklan untuk dapat diterima dan diterapkan pada kehidupan masyarakat.
Selain itu, Menurut Giaccardi (1995), iklan adalah acuan. Artinya iklan adalah diskursus tentang realitas yang menggambarkan, memproyeksikan dan menstimuli suatu dunia mimpi yang hiper realistik . Iklan tidak menghadirkan realitas sosial yang sesungguhnya. Apa yang nampak hadir dalam repetoir iklan tidak lebih sebuah ilusi belaka atau rayuan terapetis yang tidak mencerminkan realitas yang sesungguhnya. Iklan tidak bercerita bohong, tapi juga tidak bercerita sesuatu yang benar. 
Sebagai salah satu media produksi tanda-tanda untuk sarana komunikasi, iklan dipandang berhasil apabila mampu menarik minat pembaca untuk terlibat dalam memahami pesan yang disampaikan dalam iklan tersebut (Tamagola, 1990). Partisipasi yang dimaksud bisa dipengaruhi baik oleh iklan itu sendiri maupun oleh kelompok sasarannya . Karena media massa di Indonesia pada umumnya dan iklan produk kecantikan khususnya lebih diperuntukkan bagi masyarakat menengah ke atas, maka sudah barang tentu cultural nations yang dimanipulasikan dalam iklan di majalah tersebut adalah nilai-nilai dan aspirasi golongan tersebut.
Jadi untuk menyikapi fenomena diatas, seharusnya para perempuan Indonesia yang menjadi konsumen produk kecantikan harus mulai sadar dan memikirkan bahwa semua representasi kecantikan tentang perempuan Indonesia yang ada dalam iklan produk Hand body lotion tidak sepenuhnya nyata dan lebih banyak berisi kefanaan yang mengeksploitasi kemolekan tubuh gadis cantik sebagai model iklan untuk menarik minat para konsumen di dunia nyata. Hal ini juga senada dengan konsep yang mengatakan bahwa pada beberapa jenis iklan kecantikan, representasi yang terbentuk pada perempuan bahkan lebih kuat unsur eksploitasi tubuhnya dari pada mengekspresikan kelebihan produk yang dimaksud. Kesan tersebut dapat dibentuk dari berbagai komponen iklan, misalnya unsur verbal (ucapan atau teks iklan) dan unsur visual atau gambar. Dalam unsur visual misalnya konstruksi makna sebagai ekspresi cita rasa, lebih banyak mengeksploitasi tubuh perempuan sebagai alat manipulasi, yang ditujukan sebagai tanda dari simbol-simbol tertentu yang stereotipe ada pada diri perempuan. Misalnya keanggunan, kelembutan, kelincahan dan keibuan yang diusahakan untuk semenarik mungkin agar dapat mendapatkan tempat di hati konsumen perempuan agar terpengaruh  dengan iklan tersebut yang berupaya merepresentasikan kenyataan yang hidup dalam masyarakat melalui tanda-tanda tertentu, sehingga mampu menghidupkan impresi dalam benak konsumen bahwa citra produk yang ditampilkan adalah juga bagian dari kesadaran budayanya; meskipun yang terjadi hanya ilusi belaka.

KESIMPULAN

Saat ini masyarakat (khususnya wanita) dibanjiri bermacam iklan produk yang hadir melalui televisi, radio, maupun media lainnya. Bermacam produk saling berlomba dalam melakukan penetrasi ruang bawah sadar masyarakat dengan beragam trik persuasi, hand body Citra, Marina , maupun produk-produk kecantikan merupakan produk-produk yang membanjiri iklan dengan menawarkan perubahan warna kulit, terstruktur, dan sebagainya yang pada akhirnya membuat wanita (calon konsumen yang melihat iklan) menjadi tertarik untuk menggunakan produk tersebut.  Ketertarikan para wanita tersebut terjadi dikarenakan terdapat pengaruh besar dari media massa berupa iklan produk kecantikan yang mengajarkan kepada para wanita tentang nilai-nilai kecantikan yang harus mereka miliki sesuai dengan representasi kecantikan standar yang telah divisualisasikan ke dalam iklan. Walaupun dalam realitasnya, semua janji yang ditawarkan dalam iklan kecantikan hanyalah berisi kefanaan belaka yang berasal dari pemanfaatan kecantikan fisik tubuh perempuan Indo yang memang memiliki ras kulit putih terang .
Konsep pemanfaatan tubuh tersebut senada dengan yang diungkapkan Irawan Abdullah ”tubuh perempuan tak lagi menjadi bagian yang privat dari kehidupan perempuan karena campur tangan ”orang luar’ (iklan) sudah sedemikian kuat”. Kapitalisme telah terlibat begitu dalam dan sangat menentukan cara pengelolaan tubuh dan kecantikan wanita. Maka, perempuan menjadi alat distribusi produk sekaligus sebagai sasaran pasar yang sangat potensial bagi kapitalisme.
Selain itu, efektivitas iklan dalam mempengaruhi perilaku konsumen sangat tergantung pada kondisi masyarakatnya. Menurut Tamrin Tamagola, masyarakat barat cenderung kritis, sehingga iklan hanya menampilkan perempuan cantik tapi tidak informatf dianggap tidak menarik. Tetapi, Di Indonesia iklan yang menggunakan wanita cantik justru sering dianggap efektif dan sukses karena masyarakat menerimanya sebagai proses identifikasi diri. Maka, bukannya ”Kalau saya beli, saya mendapat apa?” melainkan ”Kalau saya beli, saya jadi siapa?”. artinya, motivasi membeli lebih didorong kepentingan eksitensinya atau gengsi daripada manfaat atau fungsi yang diperoleh dari produk yang ditawarkan.
 Jadi kesimpulan akhirnya, Media massa berupa iklan pada khususnya memang sangat berperan besar dalam menentukan dan mengajarkan perilaku gender . seperti halnya yang diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang menyatakan bahwa iklan tv merupakan pengabadian penstereotipan laki-laki terhadap peran tradisional perempuan. Laki-laki dan perempuan yang digambarkan dalam iklan mempunyai kegiatan dan memutuskan hal-hal yang berbeda, yaitu Perempuan lebih cenderung peduli dengan rumah tangga dan suka dipuji penampilan kecantikan fisiknya ( seperti yang terjadi dalam produk iklan kecantikan). Sedangkan laki-laki lebih cenderung peduli pekerjaan ,bisnis ,olahraga , urusan publik, dan sebagainya. Ironisnya, banyak (perempuan) yang tidak menyadarinya, bahkan menanggapinya sebagai sesuatu yang ”normal” dan ”sudah seharusnya terjadi kepada mereka”.

DAFTAR PUSTAKA
Bajari, atwar. 2008. Wanita dan iklan tv ketidakadilan gender .http: atwarbajari.wordpress.com. ( Di akses pada 05/05/2013 ).
              , 2009.Bias gender dalam iklan tv .http://klipinglp3y.files.wordpress.com ( Di akses pada 05/05/2013).
Nugroho, Ahmad. 2008. Pendidikan Gender dalam iklan. http://www.suaramerdeka.com( Di akses pada 05/05/2013).
Agung, Arief. 2010. Hubungan gender dalam representasi iklan televisi. http://puslit.petra.ac.id ( Di akses pada 07/05/2013).
Dwi dayanti, Liestianingsih. 2009. Potret kekerasan gender dalam sinetron komedi di televisi. Jurnal Unair ( Di akses pada 07/05/2013).

Alimi, M.Y. 2013. Kompilasi Bacaan Sosiologi Gender.              .

No comments:

Post a Comment