PERANAN MEDIA MASSA DALAM MEREPRESENTASIKAN KECANTIKAN
WANITA INDONESIA DALAM IKLAN HAND BODY CITRA DAN MARINA
Sae Panggalih
Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS-UNNES
PENDAHULUAN
S
|
elama ini , mayoritas
masyarakat Indonesia
selalu mengatakan bahwa kecantikan wanita Indonesia
itu akan terpancar melalui penampilan fisiknya yang sempurna dari ujung rambut
hingga ujung kaki . Pendapat-pendapat yang muncul tentang kriteria wanita
cantik, pada akhirnya mengakibatkan para wanita Indonesia
berlomba-lomba untuk mempercantik diri mereka agar sesuai dengan kriteria
kecantikan yang diharapkan oleh masyarakat. Dan salah satu kriteria kecantikan
yang dinginkan sebagian besar wanita Indonesia
adalah memiliki kulit putih bersih yang dianggap dapat membuat rasa percaya diri
para wanita menjadi meningkat akibat pujian dari masyarakat luas yang mengagumi
keindahan kulit putih mereka .
Sebenarnya, representasi kecantikan wanita Indonesia
seperti yang tercantum dalam pendapat diatas telah berkembang dalam kehidupan
masyarakat sejak lama akibat adanya penerimaan sistem pemaknaan kecantikan yang
diwariskan dari masa ke masa oleh nenek moyang kita. Pemaknaan mengenai citra
kecantikan wanita Indonesia
, di dalam struktur sosial masyarakat berkembang melalui tataran nilai-nilai budaya
yang telah dianut lama, seperti tradisi, adat, norma, nilai-nilai feodal dan
sebagainya. Misalnya saja dalam budaya jawa, Para leluhur orang Jawa
telah menciptakan istilah-istilah Panyandra
yang berisi kumpulan kalimat pujian yang digunakan untuk menggambarkan kecantikan wanita Jawa
yang sesuai dengan harapan masyarakat Jawa pada umumnya, misalnya saja muncul
istilah: Pakulitane ngulit langsep
yang berarti kulitnya memiliki warna kekuningan yang indah , Rikmane ngembang bakung yang berarti
rambutnya lebat dan bagus, irunge ngundup
melathi yang berarti hidungnya mancung, serta istilah-istilah lainnya yang
berorientasi untuk menggambarkan kecantikan ideal wanita Jawa tempo itu yang diibaratkan
sebagai Bidadari Surga yang sempurna tanpa cacat fisik.
Namun dalam sejarah perkembangannya, representasi dari kecantikan wanita Indonesia
tersebut terus mengalami gerak pergeseran dan perubahan yang tidak pasti seiring
dengan kemajuan Zaman. Misalnya saja, di era zaman kejayaan kerajaan Jawa,
Seorang perempuan dapat dikatakan cantik apabila memiliki warna kulit yang
kuning langsat atau yang dalam istilah Jawanya disebut Pakulitane ngulit langsep . Tetapi di era modern kini, pendapat
tentang keindahan warna kulit yang kuning langsat mulai bergeser akibat
munculnya presepsi terbaru dari media yang mengungkapan bahwa kecantikan wanita
Indonesia itu terpancar
dari keindahan warna kulit putih bersihnya yang dapat menarik perhatian kaum Adam.
Dari Pergeseran makna cantik yang selalu berubah mengikuti perkembangan jaman tersebut,
menunjukkan adanya perubahan konstruksi mengenai kecantikan wanita ideal akibat
adanya perkembangan industri media massa
yang sangat berperan besar dalam menyampaikan pesan yang dikomunikasikannya
kepada khalayak (wanita) tentang kriteria kecantikan wanita Indonesia
masa kini.
Keberadaan media massa yang ada dalam kehidupan masyarakat, memang mengajarkan
kepada masyarakat terutama wanita dalam pembahasan kali ini, untuk selalu
memperbaiki kekurangan dirinya agar bisa berpenampilan sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan oleh media massa melalui iklan produk. Kecenderungan seseorang untuk
menemukan kekurangan pada dirinya adalah suatu hal yang sangat memungkinkan.
Artinya, seseorang akan melihat dirinya serba kekurangan. Fenomena inilah yang
kemudian dimanfaatkan oleh kalangan pembuat iklan untuk memasuki wilayah bawah
sadar seseorang. Beberapa produk perawatan tubuh ditawarkan untuk mengeliminir
kekurangan-kekurangan itu. Sehingga jika berbicara tentang tubuh perempuan,
tidak terlepas dari perdebatan ragam rekayasa citra. Citra terhadap permainan
tubuh merupakan sebuah permainan yang rapi dan terancang amat baik. Dalam
konteks ini, pembuat iklanlah yang menjadi dalang utama. Berbagai janji
ditawarkan lewat iklan yang dirancang. Mulai dari pemaparan argumen, persuasi,
hingga visual yang seolah-olah sangat menawarkan janji nyata dan terbukti
kebenarannya untuk para konsumen wanita yang menggunakannya.
Seperti halnya yang digambarkan dalam iklan
Hand Body Citra dan Marina yang berusaha untuk membuat visualisasi iklan semenarik
mungkin di televisi dengan sama-sama menampilkan model gadis cantik yang
memiliki kulit putih bersih untuk mempromosikan produk mereka agar dapat
diterima masyarakat. Diharapkan dengan ditampilkannya model iklan yang memiliki
kriteria kecantikan yang sesuai dengan asumsi publik, maka minat para konsumen
wanita Indonesia untuk membeli kedua produk hand body tersebut bisa didapatkan
dengan mudah oleh produsen dikarenakan semua wanita yang melihat iklan
tersebut, seakan-akan terbius dengan pesona gadis cantik yang ditampilkan dalam
iklan dan memutuskan untuk membeli produk yang sma seperti di tayangan iklan
dikarenakan ingin memenuhi kriteria nilai kecantikan yang sempurna seperti yang
ditampilkan para model cantik dalam iklan hand body .
Dengan sedikit
paparan di atas, memunculkan dua pertanyaan yang cukup menarik bagi Peneliti
yaitu tentang :
1. Bagaimanakah peranan media
yang terwujud dalam iklan Hand Body Citra dan Marina dalam menetukan dan mengajarkan
nilai-nilai kecantikan fisik pada perempuan Indonesia ?
2. Bagaimanakah sikap yang
seharusnya diambil oleh para perempuan Indonesia dalam menanggapi konsep fana dan
realita yang disajikan dalam iklan produk kecantikan ?
METODE ANALISIS
Y
|
ang peneliti lakukan untuk menyelesaikan
tugas mid semester ini, adalah dengan cara mengamati segala macam bentuk
gerakan, tanda, maupun dialog-dialog persuasif dalam iklan yang
tervisualisasikan ke dalam produk iklan kecantikan yang dianggap sangat
merepresentasikan kehidupan wanita Indonesia . Pengamatan dilakukan dengan cara
melihat video-video iklan produk kecantikan yang ada di situs You Tube.
Kemudian dari semua iklan yang disaksikan, peneliti memutuskan untuk melakukan
penelitian terhadap iklan Hand Body Citra dan Marina yang dianggap peneliti sebagai salah satu
produk iklan yang sangat merepresentasikan kehidupan wanita Indonesia masa kini yang dianggap sangat peduli
terhadap kegiatan perawatan tubuh agar kecantikan mereka dapat terpancar .
Setelah melakukan pengamatan
terhadap kedua iklan tersebut yang masing-masing berdurasi tiga puluh detik
selama satu jam masa pengamatan, maka penulis mulai dapat mengetahui dan
melakukan analisis lanjutan tentang perilaku wanita Indonesia yang tercermin
akibat adanya pengaruh dari iklan produk kecantikan yang seakan-akan
menghipnotis para kaum hawa .
PERANAN IKLAN DALAM MEREPRESENTASIKAN WANITA INDONESIA
D
|
i Indonesia , media massa
sangatlah berperan penting dalam kehidupan masyarakat. Sebagai media komunikasi antara
masyarakat dan dunia luar, media massa harus tetap bertahan. Media massa dapat
bertahan karena adanya iklan. Iklan, yang biasanya dikeluarkan oleh perusahaan
dan instansi , menjadi pemasukan utama bagi media massa. Sebaliknya, perusahaan
atau instansi yang harus mempromosikan sesuatu kepada masyarakat menganggap
media massa sebagai tempat yang tepat untuk memasang iklan . Adanya hubungan
saling ketergantungan ini membuat banyak sekali iklan yang muncul dalam media
massa, baik elektronik maupun cetak.
Hal itu juga diperkuat oleh sejarah
iklan yang sebelumnya berupa iklan lisan yang sudah ada sejak 5000 tahun
sebelum masehi . Menurut Widyatama , Pada saat itu manusia saling menukar
barang yang mereka miliki dengan saling berkomunikasi melalui komunikasi lisan .
Tetapi pada perkembangan beerikutnya , iklan sudah berbentuk tulisan dan visual
gambar yang tampil di berbagai media massa seperti di era kekinian .
Sedangkan definisi
dari representasi sendiri adalah sebuah cara dimana memaknai apa yang diberikan
pada benda yang digambarkan, dan konsep lama mengenai representasi ini
didasarkan pada premis bahwa ada sebuah gap representasi yang menjelaskan
perbedaan antara makna yang diberikan oleh representasi dan arti benda yang
sebenarnya digambarkan. Dan apabila kita meminjam definisi diatas untuk
merumuskan tentang representasi iklan produk kecantikan, maka dapat kita
jelaskan bahwa iklan kecantikan memang dibuat untuk mendapatkan pemaknaan dari para penonton
tentang kriteria kecantikan yang divisualisasikan dalam produk kecantikan di
televisi. Padahal dalam dunia nyata, para konsumen wanita tidak semuanya bisa
mewujudkan kriteria kecantikan yang digambarkan di iklan dikarenakan dunia yang
ada dalam iklan kebanyakan hanyalah terkesan seperti dunia fantasi yang memang
sengaja dibuat oleh para pembuat iklan dengan janji-janji yang dikomunikasikan
lewat kata-kata yang meyakinkan guna menarik minat konsumen untuk membeli
produk kecantikan yang ditawarkan.
Dan salah satu dari banyaknya iklan fantasi yang tersebar di media massa adalah
iklan produk kecantikan Hand Body Citra
dan Marina yang mendominasi konten iklan televisi untuk kategori produk
perawatan kulit di Indonesia. Berdasarkan isi iklan produk kecantikan Hand body
Citra dan Marina ini, cara yang digunakan pembuat iklan untuk merepresentasikan
perempuan Indonesia yang sesuai dengan presepsi ideal masyarakat Indonesia,
dibagi menjadi 3 adegan ( pertama, adegan
pengenalan model yang berarti pihak iklan memulai isi iklan dengan menampilkan
model perempuan dengan segala aktivitas hariannya dan masalah perawatan kecantikan
tubuh yang Ia hadapi akibat aktivitas hariannya. Kedua, adegan pengenalan
produk yang berisi tentang identitas dan kelebihan yang coba di tawarkan oleh produk
kecantikan untuk mengatasi masalah si perempuan, dan yang terakhir adalah
adegan himbauan persuasif yang biasanya berisi kalimat-kalimat ajakan yang
meyakinkan untuk mempengaruhi para konsumen wanita ) yang coba untuk tersampaikan dalam durasi waktu yang
telah ada dalam iklan. Sedangkan untuk pemilihan tema iklan , kedua produk hand body ini ternyata memiliki
konsep yang sama dalam menggambarkan pesona kecantikan kulit putih perempuan
Indonesia, tetapi yang membedakannya hanyalah dari alur adengan yang dibuat dan
kalimat persuasif iklan yang diusung.
Dalam iklan hand body citra versi gadis kampus yang berdurasi 30 detik, Representasi
tentang kecantikan perempuan Indonesia ingin dideskripsikan menjadi empat
adegan utuh :
Pertama, pembuat iklan Hand body Citra berusaha ingin
merepresentasikan bahwa kecantikan kulit putih seorang wanita Indonesia sangat
diperlukan untuk menarik perhatian lawan jenisnya, Hal itu dapat terlihat jelas
pada adegan ketika banyak para pria yang melihat kecantikan gadis kampus
menjadi salah tingkah dan memusatkan pandangan mereka terhadap keindahan kulit sang
gadis kampus yang lewat di depannya.
Kedua, muncul sebuah representasi iklan bahwa sisi
feminim dari seorang wanita harus tetap diperhatikan di segala situasi, Dalam
adegan iklan, Kefeminiman gadis kampus itu tercermin dari caranya berjalan dan
melalui pemilihan warna bajunya yang merah jambu atau pink yang seakan-akan
menjadi simbol warna kegemaran para wanita kebanyakan.
Ketiga, pihak Hand Body Citra berusaha untuk
merepresentasikan bahwa bagi perempuan Indonesia, kecantikan tampilan fisik
adalah segalanya dan sangat penting bagi kehidupan perempuan, Hal itu
dibuktikan dengan adanya adegan ketika gadis kampus berusaha untuk melakukan
perawatan kulit bersama teman-temannya hingga didapat warna kulit yang sesuai
dengan presepsi orang kebanyakan.
Keempat, Pihak Hand body Citra ingin merepresentasikan bahwa
dalam kehidupan perempuan Indonesia, penilaian dari orang lain itu sangatlah
penting dan dapat meningkatkan rasa percaya diri. Hal itu dibuktikan dengan
adegan ketika kedua teman dari sang gadis kampus memberikan penilaian positif
terhadap keindahan kulit sang gadis kampus yang berwarna putih berkilau seperti
mutiara.
Sedangkan dalam iklan Hand Body Marina
versi tulusnya berbagi yang berdurasi
31 detik, sosok perempuan Indonesia lebih direpresentasikan sebagai sosok perempuan
cantik yang sangat peduli dan aktif dalam aktivitas sosial di sekitar
lingkungan mereka, hal itu dibuktikan dengan adanya adegan ketika para gadis
cantik yang telah usai bersepeda, berhenti di sebuah rumah singgah untuk
membantu para anak-anak jalanan binaan rumah singgah untuk membuat kerajinan
tangan. Dari deskripsi adegan iklan hand body Marina diatas, Pembuat iklan
tampak sekali ingin merepresentasikan bahwa sosok perempuan Indonesia itu
memiliki jiwa kepekaan sosial lebih tinggi dibanding dengan pria yang cenderung
acuh dengan aktivitas yang berhubungan dengan kepedulian sosial . Dan presepsi
kepekaan sosial diatas sangatlah sesuai dengan presepsi umum masyarakat
kebanyakan, yang dalam kehidupan nyata memang selalu mengkaitkan bahwa jiwa
kepekaan sosial memang identik dengan kaum hawa .
Dari contoh kedua iklan hand body diatas,
dengan jelas kita dapat melihat bahwa perkembangan media massa sangatlah
berperan besar dalam menentukan dan mengajarkan tentang representasi perempuan
Indonesia yang sesuai dengan harapan kebanyakan kaum hawa, yaitu bahwa perempuan Indonesia itu harus feminim , memiliki kulit
putih bersih, selalu memikirkan hasil penilaian orang lain terhadap dirinya,
selalu dipresepsikan sebagai sosok yang terampil dalam perawatan tubuh demi
alasan kecantikan serta menarik perhatian lawan jenisnya, dan sosok yang peka
terhadap aktivitas sosial. Menurut peneliti, Munculnya kelima anggapan yang
terepresentasikan dalam iklan diatas, sangatlah berkaitan dengan prinsip
Institusi Gender (Gender Institution)
yang berusaha untuk membuat standar tentang bagaimanakah seharusnya menjadi seorang
wanita yang sesuai dengan presepsi masyarakat dan media massa kebanyakan.
ANTARA FANA DAN REALITA
DALAM IKLAN PRODUK KECANTIKAN
K
|
ecenderungan seseorang perempuan untuk menemukan
kekurangan pada dirinya merupakan suatu fenomena yang dimanfaatkan oleh
kalangan pembuat iklan kosmetik untuk memasuki wilayah bawah sadar seseorang
perempuan. Artinya, seseorang wanita akan melihat dirinya serba kekurangan dan
membutuhkan suatu produk kosmetik andalan yang dapat memecahkan masalah yang
menghambat pancaran kecantikannya. Kekurangan tersebutlah yang pada akhirnya
membuat beberapa produk hand body lotion yang tidak lagi didominasi hanya oleh
satu atau dua nama merek produk seperti halnya Citra dan Marina. Tetapi
juga didominasi oleh merek produk-produk hand body lain, seperti Vaseline, Nivea,
Shinzui, dan lain sebagainya untuk saling berlomba-lomba dalam menarik minat
konsumen dengan ragam rekayasa citra yang dibuat semenarik mungkin oleh pembuat
iklan untuk meyakinkan para konsumen wanita agar membeli produk yang dimaksud .
Padahal semua konsep pencitraan
wanita yang coba untuk direpresentasikan dalam iklan kebanyakan hanyalah berisi
kefanaan belaka yang sangat sulit untuk diwujudkan dalam realita kehidupan
nyata wanita Indonesia . Semua yang ada dalam iklan itu seolah-olah hanya
dimanfaatkan oleh para pembuat iklan untuk memasarkan produknya agar laku di
pasaran tanpa memandang dampak negatifnya bagi para konsumen produk kecantikan
tersebut.
Kefanaan tersebut misalnya
tampak dari model-model dan bintang-bintang wanita
dalam iklan tersebut yang kebanyakan di dominasi oleh perempuan Indo. Sehingga
warna kulit yang putih adalah tema yang muncul berulang-ulang untuk
mendefinisikan kecantikan dan feminitas perempuan Indonesia . Padahal dalam realitas
yang ada, ras dari perempuan Indonesia adalah ras Malayan Mongoloid yang memiliki
kulit tidak putih dan tidak hitam (seperti konsep dikotomi hitam dan putih di
barat), tetapi mereka menyebut kulit mereka dengan sebutan terang atau sawo
matang, Sehingga sangat mustahil bagi perempuan Indonesia untuk memiliki warna
kulit putih terang seperti model dalam iklan hand body yang dimaksud dan bias
pula jika dikatakan bahwa orang Indonesia masuk ke dalam kategori campuran
seperti yang digambarkan oleh para model cantik yang kebanyakan didominasi oleh
perempuan Indo Amerika atau Eropa yang notabene memang memiliki ras kulit putih
yang berasal dari pemberian Tuhan .
Sejatinya, Proses
rekayasa dalam iklan untuk perempuan, seperti yang dapat diamati dalam contoh
fenomena diatas, sudah sedemikian kuatnya pengaruhnya bagi para konsumen wanita
yang kini cenderung tidak bisa lagi membedakan antara konsep kefanaan yang ada
dalam kehidupan iklan dan konsep realita di kehidupan nyata, Lebih parahnya
lagi, mereka justru menggunakan kefanaan yang ada dalam iklan produk kecantikan
sebagai acuan untuk berperilaku sehari-hari.
Hal diatas dapat
terjadi karena selama ini masyarakat kita memiliki pola pikir, rasa dan
penilaian berdasarkan apa yang pernah mereka lihat di televisi. Dalam
menilai komunitas dirinyapun, televisi dijadikan referensi utama. Artinya, apa
yang sesuai dengan televisi dianggapnya baik dan apa yang tidak sesuai dengan
televisi dianggapnya tidak baik. Dengan ini jelas bahwa masyarakat
Indonesia mudah terpengaruh oleh apa yang terpampang di media. Sehingga sangat
mudah untuk pembuat iklan, untuk melahirkan konsep kecantikan yang ada pada
iklan untuk dapat diterima dan diterapkan pada kehidupan masyarakat.
Selain itu, Menurut
Giaccardi (1995), iklan adalah acuan. Artinya iklan adalah diskursus tentang
realitas yang menggambarkan, memproyeksikan dan menstimuli suatu dunia mimpi
yang hiper realistik . Iklan tidak menghadirkan realitas sosial yang
sesungguhnya. Apa yang nampak hadir dalam repetoir iklan tidak lebih sebuah
ilusi belaka atau rayuan terapetis yang tidak mencerminkan realitas yang
sesungguhnya. Iklan tidak bercerita bohong, tapi juga tidak bercerita sesuatu
yang benar.
Sebagai salah satu media produksi tanda-tanda
untuk sarana komunikasi, iklan dipandang berhasil apabila mampu menarik minat
pembaca untuk terlibat dalam memahami pesan yang disampaikan dalam iklan
tersebut (Tamagola, 1990). Partisipasi yang dimaksud bisa dipengaruhi baik oleh iklan itu sendiri
maupun oleh kelompok sasarannya . Karena media massa di Indonesia pada umumnya
dan iklan produk kecantikan khususnya lebih diperuntukkan bagi masyarakat
menengah ke atas, maka sudah barang tentu cultural nations yang dimanipulasikan
dalam iklan di majalah tersebut adalah nilai-nilai dan aspirasi golongan
tersebut.
Jadi untuk
menyikapi fenomena diatas, seharusnya para perempuan Indonesia yang menjadi
konsumen produk kecantikan harus mulai sadar dan memikirkan bahwa semua
representasi kecantikan tentang perempuan Indonesia yang ada dalam iklan produk
Hand body lotion tidak sepenuhnya nyata dan lebih banyak berisi kefanaan yang
mengeksploitasi kemolekan tubuh gadis cantik sebagai model iklan untuk menarik
minat para konsumen di dunia nyata. Hal ini juga senada dengan konsep yang
mengatakan bahwa pada beberapa jenis iklan kecantikan, representasi yang
terbentuk pada perempuan bahkan lebih kuat unsur eksploitasi tubuhnya dari pada
mengekspresikan kelebihan produk yang dimaksud. Kesan tersebut dapat dibentuk
dari berbagai komponen iklan, misalnya unsur verbal (ucapan atau teks iklan)
dan unsur visual atau gambar. Dalam unsur visual misalnya konstruksi makna
sebagai ekspresi cita rasa, lebih banyak mengeksploitasi tubuh perempuan
sebagai alat manipulasi, yang ditujukan sebagai tanda dari simbol-simbol
tertentu yang stereotipe ada pada diri perempuan. Misalnya keanggunan,
kelembutan, kelincahan dan keibuan yang diusahakan untuk semenarik mungkin agar
dapat mendapatkan tempat di hati konsumen perempuan agar terpengaruh dengan iklan tersebut yang berupaya merepresentasikan
kenyataan yang hidup dalam masyarakat melalui tanda-tanda tertentu, sehingga
mampu menghidupkan impresi dalam benak konsumen bahwa citra produk yang
ditampilkan adalah juga bagian dari kesadaran budayanya; meskipun yang terjadi
hanya ilusi belaka.
KESIMPULAN
Saat ini masyarakat (khususnya
wanita) dibanjiri bermacam iklan produk yang hadir melalui televisi, radio,
maupun media lainnya. Bermacam produk saling berlomba dalam melakukan penetrasi
ruang bawah sadar masyarakat dengan beragam trik persuasi, hand body Citra, Marina
, maupun produk-produk kecantikan merupakan produk-produk yang membanjiri iklan
dengan menawarkan perubahan warna kulit, terstruktur, dan sebagainya yang pada
akhirnya membuat wanita (calon konsumen yang melihat iklan) menjadi tertarik
untuk menggunakan produk tersebut. Ketertarikan para wanita tersebut
terjadi dikarenakan terdapat pengaruh besar dari media massa berupa iklan
produk kecantikan yang mengajarkan kepada para wanita tentang nilai-nilai
kecantikan yang harus mereka miliki sesuai dengan representasi kecantikan
standar yang telah divisualisasikan ke dalam iklan. Walaupun dalam realitasnya,
semua janji yang ditawarkan dalam iklan kecantikan hanyalah berisi kefanaan
belaka yang berasal dari pemanfaatan kecantikan fisik tubuh perempuan Indo yang
memang memiliki ras kulit putih terang .
Konsep pemanfaatan tubuh
tersebut senada dengan yang diungkapkan Irawan Abdullah ”tubuh perempuan tak lagi menjadi bagian yang privat dari kehidupan
perempuan karena campur tangan ”orang luar’ (iklan) sudah sedemikian kuat”. Kapitalisme
telah terlibat begitu dalam dan sangat menentukan cara pengelolaan tubuh dan
kecantikan wanita. Maka, perempuan menjadi alat distribusi produk sekaligus
sebagai sasaran pasar yang sangat potensial bagi kapitalisme.
Selain itu, efektivitas iklan
dalam mempengaruhi perilaku konsumen sangat tergantung pada kondisi masyarakatnya.
Menurut Tamrin Tamagola, masyarakat barat cenderung kritis, sehingga iklan
hanya menampilkan perempuan cantik tapi tidak informatf dianggap tidak menarik.
Tetapi, Di Indonesia iklan yang menggunakan wanita cantik justru sering
dianggap efektif dan sukses karena masyarakat menerimanya sebagai proses
identifikasi diri. Maka, bukannya ”Kalau
saya beli, saya mendapat apa?” melainkan ”Kalau saya beli, saya jadi siapa?”. artinya,
motivasi membeli lebih didorong kepentingan eksitensinya atau gengsi daripada
manfaat atau fungsi yang diperoleh dari produk yang ditawarkan.
Jadi kesimpulan
akhirnya, Media massa berupa iklan pada khususnya memang sangat berperan besar
dalam menentukan dan mengajarkan perilaku gender . seperti halnya yang
diungkapkan oleh Deddy Mulyana yang menyatakan bahwa iklan tv merupakan
pengabadian penstereotipan laki-laki terhadap peran tradisional perempuan. Laki-laki dan perempuan yang digambarkan dalam iklan
mempunyai kegiatan dan memutuskan hal-hal yang berbeda, yaitu Perempuan lebih
cenderung peduli dengan rumah tangga dan suka dipuji penampilan kecantikan fisiknya
( seperti yang terjadi dalam produk iklan kecantikan). Sedangkan laki-laki
lebih cenderung peduli pekerjaan ,bisnis ,olahraga , urusan publik, dan
sebagainya. Ironisnya, banyak (perempuan) yang tidak menyadarinya, bahkan
menanggapinya sebagai sesuatu yang ”normal” dan ”sudah seharusnya terjadi
kepada mereka”.
DAFTAR PUSTAKA
Bajari, atwar. 2008. Wanita dan iklan tv ketidakadilan gender .http: atwarbajari.wordpress.com.
( Di akses pada 05/05/2013 ).
, 2009.Bias gender dalam iklan tv .http://klipinglp3y.files.wordpress.com ( Di akses pada 05/05/2013).
Nugroho, Ahmad. 2008. Pendidikan Gender dalam iklan.
http://www.suaramerdeka.com( Di akses pada 05/05/2013).
Agung, Arief. 2010. Hubungan gender dalam representasi iklan
televisi. http://puslit.petra.ac.id ( Di akses pada 07/05/2013).
Dwi dayanti, Liestianingsih.
2009. Potret kekerasan gender dalam
sinetron komedi di televisi. Jurnal Unair ( Di akses pada 07/05/2013).
Alimi, M.Y. 2013. Kompilasi Bacaan Sosiologi Gender.
.
No comments:
Post a Comment