Tembok Benteng Kota Lama Semarang Ditemukan
Gedung Lawangsewu. TEMPO/Budi Purwanto
TEMPO.CO , Jakarta: Tim peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta menemukan tembok benteng Kota Lama Semarang, setelah penggalian yang dilakukan dalam beberapa waktu ini.
Keberadaan tembok kuno yang diduga telah dibangun pada 1760 itu, tepat di bawah tembok pembatas lahan milik Perum DAMRI dan PT Perusahaan Gas Nasional di kampung Sleko, Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara.
"Ditemukan kedalaman 60 centi meter, kami yakin itu tembok benteng karena bata lebih besar di bagian atas dilepa dan dicat hitam. Itu ciri khas Belanda," kata Ketua tim penelitian kota lama Semarang dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Novida Abbas, Selasa 9 September 2014.(Baca : Benteng Kota LamaSemarang Pernah Ada )
Dengan temuan itu tim peneliti akan lebih mudah menemukan salah satu sudut benteng atau bastion yang disebut de smits yang selama ini menjadi target penelitian. Catatan balai arkeologi Yogyakarta menunjukan benteng kota yang perekat bangunanya menggunakan tanah kapur itu, dilengkapi enam sudut atau bastion. Masing-masing bastion de zee, de hersteller, ceylon asterdam, ijzer dan de smits.
"Namun dari sudut benteng itu hanya bastion de smits yang berada di tanah kosong, sedangkan lima lainya berada di lahan yang telah dibangun gudang, dealer mobil, taman kota dan terminal angkot," kata Novida menambahkan.
Novida memperkirakan, sudut benteng yang sedang dilacak itu berada ke arah timur, mengikuti alur tembok. Sedangkan tembok benteng sendiri dimanfaatkan untuk fondasi bangunan pada peradaban berikutnya.
Selain menemukan tembok bangunan tim penggali benteng, juga menemukan sejumlah alat makan berupa pecahan keramik kuno dan logam yang diduga berasal dari dinasti Cing masa abad ke 18. Jumlah temuan pecahan keramik itu mencapai ratusan fragmen dalam bentuk logam, tembikar, dan tulang binatang.
Ia memperkirakan, benda itu sebagai alat kebutuhan makan yang dibuang di sekitar lokasi tembok benteng. Analisa itu berdasarkan kesamaan temuan pada penggalian tahun 2013. "Kemungkinan kelengkapan makan yang tak terpakai dan dibuang, karena benteng telah dirobohkan sendiri oleh Belanda," katanya.
Menurut Novida penggalian untuk menemukan bastion de smith benteng tua itu terus dilanjutkan sebelum obyek penelitian benar-benar ditemukan.
Sementara itu arkeolog dari Universitas Diponegoro Semarang, Eko Punto Hendro menilai, benteng kota lama di Semarang itu sebagai bangunan yang dulu, ketika konsep pertahanan kota berubah jadi pertahanan teritorial.
"Benteng kota tak lagi efektif, sejak Daendles memimpin pada awal abad 18, akhirnya dirobohkan," kata Eko Puntohendro.
Menurut Eko, benteng kota lama di Semarang bentuknya hmapir sama dengan sejumlah daerah di Jawa yang ssaat itu menghadapi perlawanan Diponegoro.
Ia menilai, keberadaan sisa bangunan benteng yang telah terpendam itu merupakan tinggalan sejarah yang harus dimaknai memori masa lalu yang tak terputus. "Apalagi kota lama semarang itu unik dan diakui dunia. Tapi pengelolaan tak baik,"katanya.
EDI FAISOL
Keberadaan tembok kuno yang diduga telah dibangun pada 1760 itu, tepat di bawah tembok pembatas lahan milik Perum DAMRI dan PT Perusahaan Gas Nasional di kampung Sleko, Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara.
"Ditemukan kedalaman 60 centi meter, kami yakin itu tembok benteng karena bata lebih besar di bagian atas dilepa dan dicat hitam. Itu ciri khas Belanda," kata Ketua tim penelitian kota lama Semarang dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Novida Abbas, Selasa 9 September 2014.(Baca : Benteng Kota LamaSemarang Pernah Ada )
Dengan temuan itu tim peneliti akan lebih mudah menemukan salah satu sudut benteng atau bastion yang disebut de smits yang selama ini menjadi target penelitian. Catatan balai arkeologi Yogyakarta menunjukan benteng kota yang perekat bangunanya menggunakan tanah kapur itu, dilengkapi enam sudut atau bastion. Masing-masing bastion de zee, de hersteller, ceylon asterdam, ijzer dan de smits.
"Namun dari sudut benteng itu hanya bastion de smits yang berada di tanah kosong, sedangkan lima lainya berada di lahan yang telah dibangun gudang, dealer mobil, taman kota dan terminal angkot," kata Novida menambahkan.
Novida memperkirakan, sudut benteng yang sedang dilacak itu berada ke arah timur, mengikuti alur tembok. Sedangkan tembok benteng sendiri dimanfaatkan untuk fondasi bangunan pada peradaban berikutnya.
Selain menemukan tembok bangunan tim penggali benteng, juga menemukan sejumlah alat makan berupa pecahan keramik kuno dan logam yang diduga berasal dari dinasti Cing masa abad ke 18. Jumlah temuan pecahan keramik itu mencapai ratusan fragmen dalam bentuk logam, tembikar, dan tulang binatang.
Ia memperkirakan, benda itu sebagai alat kebutuhan makan yang dibuang di sekitar lokasi tembok benteng. Analisa itu berdasarkan kesamaan temuan pada penggalian tahun 2013. "Kemungkinan kelengkapan makan yang tak terpakai dan dibuang, karena benteng telah dirobohkan sendiri oleh Belanda," katanya.
Menurut Novida penggalian untuk menemukan bastion de smith benteng tua itu terus dilanjutkan sebelum obyek penelitian benar-benar ditemukan.
Sementara itu arkeolog dari Universitas Diponegoro Semarang, Eko Punto Hendro menilai, benteng kota lama di Semarang itu sebagai bangunan yang dulu, ketika konsep pertahanan kota berubah jadi pertahanan teritorial.
"Benteng kota tak lagi efektif, sejak Daendles memimpin pada awal abad 18, akhirnya dirobohkan," kata Eko Puntohendro.
Menurut Eko, benteng kota lama di Semarang bentuknya hmapir sama dengan sejumlah daerah di Jawa yang ssaat itu menghadapi perlawanan Diponegoro.
Ia menilai, keberadaan sisa bangunan benteng yang telah terpendam itu merupakan tinggalan sejarah yang harus dimaknai memori masa lalu yang tak terputus. "Apalagi kota lama semarang itu unik dan diakui dunia. Tapi pengelolaan tak baik,"katanya.
EDI FAISOL