BENTANG ALAM, SOSIAL, DAN BUDAYA
DESA SUSUKAN
KABUPATEN SEMARANG
Oleh : Sae Panggalih
Salah
satu kecamatan di dalam wilayah administrasi kabupaten semarang yang termasuk
wilayah kecamatan yang baru adalah kecamatan ungaran timur. wilayah kecamatan
ungaran timur dahulu merupakan bagian dari kecamatan ungaran. Lalu, pada tahun
2005 kecamatan ungaran yang terdiri dari 21 desa dipecah menjadi dua kecamatan
yaitu kecamatan ungaran barat yang terdiri dari 11 desa dan kecamatan ungaran
timur yang terdiri dari 10 desa. kecamatan ungaran timur secara geografis
terletak di ujung barat kabupaten semarang yang berbatasan langsung dengan dua
kabupaten/kota yaitu kabupaten demak dan kota semarang. di sebelah selatan
kecamatan ungaran timur berbatasan dengan kecamatan pringapus dan di sebelah
barat berbatasan dengan kecamatan ungaran barat. kecamatan ungaran timur
membentang seluas 37,99 km 2 , yang terdiri atas sepuluh 10 desa, yaitu desa
beji , leyangan ,kalongan , kawengen ,kalikayen ,mluweh ,susukan ,kalirejo ,
sidomulyo , dan gedangan
Dari sepuluh desa yang sudah
disebutkan diatas, penulis sendiri tinggal di Desa Susukan yang masih menjadi
bagian dari wilayah kecamatan Ungaran Timur. Di Desa Susukan, bentang alam dari
wilayahnya sebagian besar didominasi oleh areal dataran dan perbukitan. Untuk
wilayah dataran terdiri atas daerah pertanian yang meliputi sawah dan tegalan.
Sedangkan untuk kawasan perbukitannya lebih didominasi oleh kawasan hutan pinus
Cemara Sewu serta Penggaron yang tersebar di beberapa titik area Desa Susukan. Selain
itu , untuk daerah pemukiman dan pekarangan sebagian besar warga juga dibagi
menjadi dua wilayah, yaitu ada penduduk desa yang menempati daerah datar ( penduduk mayoritas)
dan ada sebagian penduduk yang tinggal di lahan perbukitan, seperti halnya yang
terjadi pada warga desa Susukan yang tingggal di kawasan bukit “ Gunung Kalong
“ yang berkontur wilayah khas lahan perbukitan
.
Sedangkan Jika dilihat dari kondisi desanya, kawasan Desa Susukan dapat
digolongkan kedalam kategori Desa Maju atau yang biasa disebut juga sebagai
Desa Swasembada, Hal itu dibuktikan dengan mata pencaharian masyarakatnya yang
mulai beragam ( Pegawai negeri,
Wirausahawan, Petani, dan Sektor swasta ) dan kondisi desanya yang sudah
cukup modern serta dilengkapi dengan berbagai macam sarana prasarana yang
lumayan lengkap dan memadai untuk memenuhi kehidupan warganya, misalnya saja
adanya fasilitas sekolah dasar negeri ( SDN) Susukan , Taman kanak-kanak
Pamardisiwi , Mts dan SMK Miftaful Ulum
( MU), Tempat peribadatan (Gereja, Masjid dan Musholla, serta Wihara) , Kelompok
Bermain atau Play Group Tunas Bangsa, minimarket, beberapa tenaga bidan sebagai
sarana penunjang kesehatan warga , dan wahana rekreasi keluarga berupa kawasan
hutan wisata Penggaron.
Dibalik fasilitas penunjang kehidupan yang lengkap bagi warganya,
Ternyata ada sisi lain dari kawasan desa Susukan yang menarik untuk dibahas, yaitu
tentang aktivitas social dan budaya yang masih dipertahankan warga hingga kini
. untuk sisi aktivitas sosial , masih dapat kita lihat dari beberapa macam
kegiatan sosial yang sering diadakan oleh seluruh warga diberbagai jenjang usia,
misalnya saja : Pengajian warga yang diadakan setiap seminggu sekali di Masjid
Desa , Kegiatan arisan PKK dan Dawis yang diadakan oleh ibu-ibu setiap bulan,
kegiatan Layanan Posyandu , arisan bapak-bapak, kegiatan karang taruna ,
Kegiatan Perkumpulan remaja, kegitan kerja bakti atau gugur gunung yang selalu
diadakan menjelang event-event atau peristiwa tertentu.
Jika melihat dari banyaknya aktivitas social yang ada, kita
dapat mengetahui bahwa aktivitas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk saling bersilaturahmi dan mempererat hubungan antar tetangga di Desa
Susukan agar tercipta kehidupan Desa yang rukun,
adem, lan ayem .
Gereja Dampu di Desa Susukan
Wihara Gunung Kalong ( Avalokitesvara ) Susukan
Masjid Raya Ungaran
Selain memiliki kegiatan sosial yang sangat beragam, ternyata ada satu
elemen lagi yang dianggap beragam di Desa Susukan , yaitu dari segi keberagaman
agama warganya yang terdiri dari agama : Islam, Kristen, Katholik, dan Buddha.
Beragamnya agama yang ada ternyata bukan menjadi penghalang bagi warga Desa
untuk saling menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, hal
tersebut dapat dibuktikan pada beberapa peristiwa keagamaan yang terjadi setiap
tahunnya .
Contohnya : Pada tanggal 25 Mei 2013 lalu , ketika sedang diadakan
ritual puncak sembahyangan Waisak penganut agama Buddha di Wihara Avalokitesvara
Desa Susukan, beberapa elemen petugas keamanan yang menjaga kekhusyukan ibadah waktu itu, justru
dilakukan oleh beberapa petugas keamanan (HANSIP) dan elemen karang Taruna
yang kebanyakan menganut agama Islam. Dari
contoh fenomena diatas, kita dapat mengetahui bahwa perbedaan agama bukan
menjadi penghalang bagi warga desa untuk menghargai sesama umat ciptaan Tuhan.
Sedangkan untuk sisi pelestarian budaya leluhur, warga di wilayah desa Susukan
bisa dikatakan masih sangat menjaga dan melestarikan ( nguri-nguri ) budaya
leluhurnya yang sudah diturunkan dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
Beberapa aktivitas budaya yang ada , diantaranya :
o
Ziarah Sadran Mandung : kegiatan ziarah yang di
lakukan ke makam Ki Mandung dan Nyi Mandung selaku pendiri Desa susukan di setiap
bulan Suro .
o
Suronan : Acara Slametan yang digelar untuk menyambut bulan Suro.
o
Wayangan : Acara Pementasan Wayang Kulit yang
biasanya digelar di waktu ada Upacara adat , Suronan dan Ulang Tahun Kabupaten
Semarang .
o
Upacara Merti Dusun : Acara adat yang biasanya
dilakukan pada awal tahun dengan cara mengelilingi desa Susukan untuk dilakukan
ritual pembersihan desa untuk mengusir hawa negatif dari para makhluk gaib.
o
Padhusan : Biasanya dilakukan sehari sebelum
memasuki bulan ramadhan di kawasan mata air dekat makam Nyi Mandung dan Ki
Mandung sebagai simbol pembersihan diri sebelum menyambut bulan suci
o
Jathilan
: Tari kuda kepang yang Biasanya digelar bersamaan dengan acara Merti Dusun.
o
Sedekah
bumi : Biasanya diadakan di acara Haul Desa Susukan dan Ulang Tahun Kabupaten
Semarang sebagai simbol ucapan syukur kepada Tuhan Pencipta alam atas berkah
yang telah diberikan .
o
Bakdha
Kupat atau Syawal : Merupakan Tradisi yang biasanya digelar oleh warga Susukan
setelah hari ke tujuh hari raya Idul Fitri
atau setelah selesainya puasa Syawal sebagai simbol ungkapan berbagi
rasa dengan cara membuat ketupan sebanyak-banyak untuk diberikan ke anggota
keluarga maupun ke tetangga dekat.
o
Ngarak
Gunungan : Kegiatan mengarak atau membawa berkeliling gunungan Lanang dan
Wadhon untuk diperebutkan di Balai Desa Susukan yang dilakukan bersamaan dengan
acara sadran Mandhung .
Setelah melihat dari berbagai
macam bentang kehidupan warga di Desa Susukan, Penulis dapat menyimpulkan bahwa
wilayah Desa Susukan bisa dikategorikan sebagai ” kawasan bentang wilayah Pedalaman” , hal itu disebabkan karena :
1. sebagian besar wilayahnya di dominasi oleh
kawasan persawahan dan perhutanan yang tersebar di seluruh wilayah Desa , dan
semakin dipertegas dengan wilayah kabupaten Semarang yang sebagian besar
didominasi oleh wilayah dataran tinggi berupa pegunungan dan perbukitan .
2. Wilayah desa ini sangat jauh dari kawasan
pantai atau laut , melainkan lebih mendekat ke kawasan rawa dan sungai yang
menjadi salah satu ciri fisik wilayah bentang pedalaman .
3. Masih ada sebagian warga Desa Susukan yang
masih bekerja di sektor pertanian dan perkebunan , yang menandakan bahwa sektor
agraris masih dijadikan sebagai salah satu penopang ekonomi warganya .
4. Ciri lain yang tampak dari wilayah bentang
pedalaman adalah ” banyak warga desa
Susukan yang memilih untuk bekerja di sektor aman dan berpenghasilan tetap ”
. misalnya : memilih untuk menjadi pegawai negeri sipil ( PNS) yang memiliki
gaji tetap .
5. Budaya yang berkembang di Desa Susukan
masih dipengaruhi oleh ritual-ritual budaya Hindu kuno atau India . misalnya
saja ritual padhusan, sedekah Bumi , merti dusun, suronan, dan ritual lainnya
yang masih ada kaitannya dengan tradisi budaya umat Hindu di Pulau Jawa tempo
dulu . Hal itu sangatlah senada dengan
ungkapan dari Irianto dan Thohir yang menyatakan bahwa budaya Jawa pedalaman
banyak terpengaruh oleh kebudayaan India
atau Hindu yang sebelum Islam masuk sudah lama ada pada budaya Jawa secara
keseluruhan .
6. Karakter orang Jawa di Desa Susukan bisa
dikatakan Lembut dan mementingkan roso yang
tercermin dari perilaku warganya yang
sangat halus dan gaya bahasa Jawanya yang lebih sopan ketimbang bahasa Jawa di
kawasan pesisir terdekat dengan Kabupaten Semarang, yaitu Kota Semarang .
No comments:
Post a Comment