Thursday, November 12, 2015

ADA KISAH DIBALIK NAMA JALAN NYUTRAN......

ADA PERISTIWA DIBALIK NAMA "NYUTRAN" DI JOGJAKARTA
  
 

Pada tanggal 31 Oktober hingga tanggal 1 November 2015 yang lalu, aku mengikuti acara pelatihan diklat mengajar bagi tentor baru di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Jogjakarta....Sudah Pasti dong, kami semua tentor neutron yang berasal dari seluruh Pulau Jawa harus datang ke kota Gudeg untuk mengikuti acara di Jogja tersebut..tak terkecuali aku dan rombonganku yang harus rela meninggalkan kota Lumpia tercinta untuk mampir ke Kota Gudeg yang terkenal itu....Pada pagi hari setelah nyenyak beristirahat di asrama pengajar selama semalaman, fajar nan elok mulai menanmpakkan dirinya dan itu merupakan saat yang tepat untuk kami semua, para tentor yang berasal dari luar kota Jogja untuk berjalan-jalan Pagi menikmati panorama elok kota Pelajar tersebut.....Pada waktu itu, aku berjalan bersama-sama sembari berolahraga pagi bersama dengan Mas Subhan dan Mas Eko....Pada awalnya kami tidak mengetahui alamat pasti gedung asrama kami, maklum orang baru dan wajarlah tidak tahu nama jalan sekitar....Tetapi setelah melewati Gerbang utama Desa , kami baru mengetahui bahwa alamat Neutron Jogjakarta terletak di kampung Nyutran ( terlihat dari tulisan latin dan aksara jawa yang bertuliskan sugeng rawuh ing Kampung Nyutran Jogjakarta) .....sejenak kami tertawa lepas dikarenakan kami merasa heran mengenai nama jalan kampung dengan nama lembaga bimbingan belajar kami yang hampir sama dan mirip yaitu "NEUTRON" di jalan "NYUTRAN" , Mas Eko-pun saat itu berkelakar "Ya'e Bose neutron memang golek panggonan sing jenenge rodhok mirip karo Neutron, yaiku Nyutran..ben nak ono wong anyar goleki ora kesasar..kan nitenine gampang" ( Mungkin pemilik atau direktur utama neutron memang mencari nama tempat yang namanya agak mirip dengan neutron, yaitu nyutran..supaya kalau ada orang asing dari kota lain yang mencari alamatnya tidak kesasar....kan mengingatnya mudah....). 
 
 
Replika Patung Prajurit yang banyak terpampang di sepanjang jalan Kampung Nyutran
 
Tetapi ditengah-tengah obrolan kami yang ngalor ngidul, kami sempat disuguhkan dengan suasana yang njogjani buanget yaitu berupa puluhan gambar lukisan mural berwarna-warni yang bergambarkan prajurit kraton jogja dan beberapa replika patung prajurit yang mengenakan pakaian keprajuritan khas Jogja.....Sejenak kamipun berpikir, apa keterkaitan antara kampung nyutran dengan kehadiran para prajurit ini.....Pasti ada hubungannya...padahal sebelumnya aku sempat berpikir bahwa nama kampung nyutran berasal dari kata "sutra" atau tempat tinggal para penjual sutra di Jogja, seperti halnya penamaan kampung kuno di kawasan Johar Semarang yang kebanyakan berasal dari nama profesi masyarakat di era dulu, seperti kampung kemplongan (tempat tinggal pengemplong batik), kampung kulitan (penjual kulit) ataupun kampung Karang Bendho (tempat berkumpulnya para pandai besi atau jualan golok)....... Tetapi setelah membaca prasasti yang tertera di bawah Patung Prajurit, Aku baru mengetahui bahwa kampung nyutran memang dibangun atau didedikasikan untuk para prajurit Nyutro dari Kraton Jogja....Oh teryata pemikiran sok kepo-ku salah besar....  
Lalu bagaimana sejarah kampung Nyutran yang sesungguhnya ? 
Kampung Nyutran memiliki kisah penting dalam sejarah Kasultanan Ngayogyakarta. Pada 1755 M, pemerintahan Hamengkubuwono I membentuk 13 kesatuan prajurit, salah satunya Bregada Prajurit Nyutro. Nama Nyutro atau Nyutran ini kemudian digunakan sebagai nama sebuah kadipaten di ujung timur luar benteng Kraton. Kadipaten adalah wilayah kampung di lingkungan Kasultanan yang dinamai berdasar nama kesatuan prajurit, sebab merupakan tempat tinggal (barak) prajurit Kraton.
Nama kesatuan Nyutro berasal dari Panyutro, nama sebuah desa di Sumenep, Madura. Bregada Nyutro merupakan bala bantuan dari Madura sebagai tanda persaudaraan antara Adipati Cakraningrat dengan Sultan Amangkurat Agung.
Prajurit Nyutro termasuk pasukan elite, sebab menerima gaji yang setara dengan Prajurit Wirabraja dan Bugis, yaitu sekitar 7,5 – 40 gulden per bulan, tergantung senioritas. Bregada Prajurit Nyutro merupakan prajurit klangenan, bukan prajurit perang. Mereka terampil menari (mbeksa) dan menjadi pengawal upacara Garebeg yang menjaga keselamatan Sultan saat duduk di Sitihinggil.
Sebelum menjadi hunian, wilayah ini berupa hutan bambu dan alang-alang. Banyak ditemui bambu apus, petung dan wulung. Bambu-bambu Nyutran digunakan untuk memenuhi kebutuhan Kraton. Di zaman Sri Sultan HB VII dan VIII misalnya, kerap dipakai membuat bedeng pada perayaan Garebeg di Alun-alun Utara.
Sebelum menjadi barak prajurit, Nyutro merupakan tempat bermukim Bupati Djajawinata. Di masa Hamengkubuwono VIII, status lahan dijadikan hak milik. Sertifikat tanah ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno. Sertifikat tersebut masih dijadikan sebagai bukti kepemilikan yang sah hingga kini.
Di masa penjajahan, Nyutran juga dikenal sebagai markas pergerakan rakyat. Tahun 1923-1926 Nyutran dan kampung sekitarnya menjadi basis Syarekat Rakyat yang memimpin penyerangan terhadap Belanda. Artinya, Prajurit Nyutro juga pernah berlaga melawan penjajahan Belanda di masa Gubernur Jenderal Raffles (1811-1816) dan Perang Diponegoro (1825-1830).
Rantai sejarah telah memutus generasi Nyutran. Kini tak ada lagi keturunan keluarga Prajurit Nyutro yang tinggal di Kampung Nyutran, meski ada patung Prajurit Nyutran di jalan masuk kampung. Memang ada inisiatif dari Pemuda Kampung Nyutran untuk membuat Bregada Nyutra di kampung mereka, namun ini bukan Bregada resmi sebagaimana Prajurit Kraton. Sedangkan Prajurit Nyutra yang menjadi anggota prajurit resmi Kraton di masa kini adalah relawan (abdi dalem) yang berasal dari berbagai wilayah di Yogyakarta.
(Dikutip dari Greenmap Indonesia-anak Kota Memeta Kampung- Adriani Zulivan )
 
 Paguyuban Prajurit Kampung Nyutran 

Ternyata  kata nyutran berasal dari kata Prajurit Panyutra dan bukan berasal dari kata kain Sutra atau tempat pemukiman para penjual sutra...Oh maafkanlah kekepoanku warga kampung Nyutran...Tapi kini aku tahu dari mana kata Nyutran berasal.....

 

No comments:

Post a Comment