Para Penyanyi "Ciokek" dari SMA Kebon Dalem Semarang diiringi oleh seni musik Gambang Semarang yang apik dan ngangeni banget....
Semarang bisa mas blogger katakan sebagai kota metropolitan yang kaya akan kehidupan modern masyarakatnya yang beraneka rupa, tapi di kota ini pula kebudayaan asli Bumi Lumpia masih tetap lestari walaupun digerus kemajuan zaman kekinian yang diramaikan oleh gemerlap budaya Koreanisasi (K-pop), Japanisasi atau Niponisasi (J-Pop), hingga budaya dari Benua Amerika serta Eropa (Westernisasi).
Salah satu budaya Semarangan asli yang masih bisa bertahan diantaranya adalah kesenian "Gambang Semarang" yang tetap eksis di setiap wilayah Kecamatan di penjuru Kota ini, walaupun tidak boleh Mas Blogger pungkiri juga bahwa dalam kurun waktu 10 tahun belakangan, warga asli Semarang-pun turut pula meninggalkan budaya berkesenian asli nenek moyangnya ini, yang sebetulnya tercipta dari kecerdasan dalam memadukan Budaya berseni musik di kalangan etnis Jawa dan Tionghoa yang menjadi penduduk mayoritas di bumi Lumpia sejak berabad-abad yang lalu.
Oh ya..berbicara mengenai Seni musik "Gambang Semarang" mestinya tidak dapat kita lepaskan dari peranan Para pemain musik ( biasa disebut "niyogo" atau penabuh dalam seni karawaitan jawa) dan para penyanyi tradisonalnya atau yang biasa disebut Sinden. Tapi ternyata, sebutan untuk penyanyi kesenian Gambang Semarang, para budayawan Semarang bukan menyebut para seniman olah suara tersebut dengan sebutan "Sinden", melainkan lebih familiar atau lebih akrab disebut dengan istilah "Cio Kek", Lalu apa yang membedakan antara Sinden dan Cio Kek?...Menurut Keterangan Beberapa Budayawan Semarang, Jenis atau ragam Lagu yang dinyanyikan oleh Cio kek lebih mengarah kepada unsur-unsur lagu Langgam Jawa yang dinyanyikan dengan cengkok bernyanyi ala Tionghoa, seperti halnya yang dapat kita temukan dalam lagu "Gambang Semarang" yang kental akan unsur cengkok lagu Tionghoa didalamnya, Sedangkan "Sinden Karawitan Jawa" lebih sering menyanyikan lagu-lagu atau langgam Jawa dengan pakem asli tanah Jawa atau pakem Kraton, Sehingga jelaslah perbedaan antara Sinden dan Cio Kek.
Jika menengok dari literatur sejarah yang ada, Seni bernyanyi ala Tionghoa sudah eksis dan berkembang di Kota Semarang sejak ratusan tahun lalu, terutama di kawasan-kawasan kantong masyarakat Pecinan yang terletak di sekitaran Pasar Johar Semarang (Kawasan Kranggan). Di wilayah tersebut kerap diadakan beragam acara berkesenian yang diadakan oleh pihak Klenteng atau warga setempat untuk merayakan hari-hari besar keagamaan orang Tionghoa asli Semarang,yang tentunya akan turut diramaikan pula oleh kegiatan bernyanyi lagu mandarin bersama-sama, melihat pementasan Liong, Barongsai, atau wayang potehi yang tentunya sangat kental akan nilai-nilai Tinghoa yang ada Luhung.
Dari Kegiatan tradisi warga etnis Tionghoa itulah, Mas Blogger yakin Kesenian Tarik Suara asli Semarang atau yang biasa disebut "Cio Kek" mulai menunjukkan eksistensinya sebagai budaya pembauran asli Semarang. Jadi tak heran, jika disetiap ada pementasan Gambang Semarang di berbagai event tingkat Kota Semarang, Kita akan menemukan kehadiran para seniman "Cio Kek" yang paham betul menegenai gaya bernyanyi lagu-lagu Semarangan asli dengan cengkok berolah vokal ala Tionghoa.
Nah , Sekarang kalian semua sudah tahu-kan apa itu "Cio Kek" ? Kesenian ini merupakan budaya Semarang asli yang lebih berfokus kepada seni olah suara yangdinyanyikan oleh para penyanyi lagu-lagu Semarangan dan tercipta dari budaya pembauran berkesenian warga Tionghoa dan Jawa Semarang asli, Oleh karenanya sebagai warga semarang, kita harus menjaga keberadaan seni olah vokal "Cio Kek" ini agar tetap lestari di kota kelahirannnya, jangan sampai di masa mendatang hanya tinggal nama saja dikarenakan tidak ada generasi penerus yang mau untuk melestarikannya......
Seni Vokal "Cio Kek" biasanya menyanyikan lagu-lagu Semarangan untuk menyambut kehadiran para tamu dalam acara besar di Kota Semarang
No comments:
Post a Comment