Budaya "Semarangan" Perlu Dilestarikan
SEMARANG, KOMPAS.com — Budaya "Semarangan" perlu dilestarikan dan
dipopulerkan agar lebih dikenal secara luas, tidak hanya di kalangan masyarakat
Semarang .
Hal
tersebut dikatakan oleh Ketua Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) Kota Semarang, Ny Sinto Sukawi, seusai membuka acara
"Gebyar Pengantin Semarangan Tradisional" di Hotel Santika Premiere
Semarang, Jumat.
"Selama
ini, budaya Semarangan masih kalah populer dibandingkan dengan kebudayaan
tradisional Solo dan Yogyakarta ," kata istri Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip tersebut.
Bahkan,
katanya, masyarakat Semarang sendiri masih banyak yang belum mengenal
budaya yang dimiliki oleh kotanya.
Padahal,
ia mengatakan, budaya Semarangan merupakan kebudayaan yang cukup unik karena
merupakan gabungan dari beberapa kebudayaan, yaitu kebudayaan China , Jawa, dan Islam.
Ia
menyebutkan, bentuk-bentuk kebudayaan tradisional khas Semarang di antaranya
adalah batik Semarangan, pakaian adat Semarang, prosesi perkawinan khas
Semarang, termasuk makanan khas Semarang.
Menurut
dia, pakaian adat Semarang juga dapat dimodifikasi sesuai keinginan
calon pengantin agar lebih menarik. "Namun, sebaiknya tidak melanggar
pakem pakaian adat khas Semarang ," katanya.
Ia
mengharapkan, lewat penyelenggaraan acara tersebut dapat membantu
memperkenalkan dan memopulerkan kebudayaan khas yang dimiliki Semarang .
"Sehingga,
masyarakat Semarang tidak lagi sungkan dan malu menggunakan
aset budaya yang dimiliki oleh Semarang dalam penyelenggaraan
prosesi perkawinan," katanya.
General
Manager (GM) Hotel Santika Premiere, Andhy Irawan, mengatakan, acara tersebut
merupakan salah satu cara untuk mengangkat citra Kota Semarang di tingkat
nasional.
"Lebih
jauh, acara ini dapat dijadikan alternatif bagi pasangan pengantin untuk
memilih budaya Semarangan sebagai sarana dalam menyelenggarakan prosesi
perkawinan," katanya.
Ia
mengatakan, acara ini akan berlangsung mulai hari ini (22/5) sampai Minggu
(24/5). "Kami berharap masyarakat tidak lagi hanya berkiblat pada budaya
Solo dan Yogyakarta dalam penyelenggaraan prosesi perkawinan, sebab Semarang juga memiliki potensi
yang tidak kalah dari mereka," katanya.
WAYAHE NGURI-NGURI KABUDAYAN SEMARANGAN NDA...........
No comments:
Post a Comment