Wednesday, March 25, 2015

kesenian semarang riwayatmu kini

 Kesenian Semarangan Riwayatmu Kini....



Sungguh miris melihat nasib kesenian gambang semarang di era kekinian...budaya yang seharusnya menjadi identitas kota Semarang ini..lambat laun semakin hilang ditelan oleh kebudayaan modern yang semakin digilai oleh para remaja Semarang jaman saiki..bagi mereka belajar kesenian tradisi seperti gambang Semarangan adalah suatu hal yang kuno dan nggak njamani lagi...padahal seharusnya pemerintah harus mendukung keberadaan musik gambang semarang ini melalui penyadaran kepada generasi muda akan pentingnya mempelajari warisan kesenian aseli kota lumpia ini...coba bayangkan saja..masak di kota semarang yang memiliki cakupan wilayah yang cukup luas ini...hanya memiliki 4 instrumen gambang semarang yang dimiliki oleh disbudpar kota, UNNES, UNDIP, dan sanggar greget sebagai tempat berkumpulnya seniman semarang...seharusnya setiap kelurahan maupun kecamatan dan seluruh sekolah di semua tingkatan di kota semarang ini turut berperan aktif didalam nguri-nguri budaya kota lumpia yang beragam dan unik ......pokoke kesenian semarangan tetep josss gandhoss kothos-@kothos lah nda...

Thursday, March 12, 2015

SINERGI TRANS STUDIO SEMARANG DENGAN WAYANG ORANG NGESTI PANDHOWO 
Oleh : Sae Panggalih ( Blogger Wisata Kota Semarang) 
Beberapa bulan belakangan ini, Saya kerap mendengar slentingan kabar dari teman-teman kampus dan beberapa info terkini dari surat kabar lokal ternama yang mengatakan bahwa trans studio akan dibangun di Kotaku tercinta ( Semarang iki cah)...Woow..sangat asyik tentunya, pastinya hal tersebut akan menggenjot angka kunjungan wisata di seluruh destinasi wisata yang tersebar di Bumi Lumpia ini ...Mulai dari lawang sewu sebagai tetenger kota yang cetar membahana, Klenteng Sampookong, Wihara Buddhagaya, kota lama, kampung batik Semarangan, MAJT, dan kawasan Simpang Lima....Tapi denger-denger lahannya akan memanfaatkan sekitaran kawasan Wonderia hingga Taman Budaya Raden Shaleh dengan luas 9 hektar....Saya khawatir, dengan dibangunnya Trans Studio di area TBRS, akan mengancam keberadaan bangunan cagar budaya TBRS yang diprakarsai keberadaannya oleh maestro seni tradisi Ki Narto Sabdo.....Rasa khawatir tersebut Saya anggap wajar, karena biasanya pembangunan gedung baru akan menggusur lahan apapun yang ada disekitarnya tanpa peduli itu termasuk bangunan cagar budaya kuno ataupun bangunan yang baru berdiri sekalipun ( Jadi teringat sama kasus Pembongkaran Pabrik Es Sari Petojo yang legendaris akibat dampak pembangunan Mall di Kota Surakarta dulu).....Tapi Saya berharap, nasib yang serupa tidak terjadi dengan TBRS yang merupakan markas dari Wayang Orang Ngesti Pandhowo yang melegenda dan merupakan salah satu group Wayang Orang andalan Ir. Soekarno.....Semoga dengan kehadiran trans studio nantinya, bukan menjadi penyebab bubarnya group wayang orang ngesti pandhowo dikarenakan sudah tidak lagi memiliki tempat pentas dikarenakan tempatnya sudah digusur akibat Pembangunan Trans Studio ....Saya memohon kepada Bapak Chairul Tandjung selaku orang yang memiliki andil besar di Trans Corp, agar tidak melakukan pembongkaran terhadap gedung TBRS dan justru harus bisa mensinergikan keberadaan Wayang Orang Ngesti Pandhowo, TBRS, dan Trans Studio supaya bisa menjadi satu paket wisata yang saling menguntungkan untuk pihak Trans Corp maupun Pemkot Semarang....bisa saja nantinya, Group WO. Ngesti Pandhowo diberikan panggung khusus di area Trans Studio ataupun tetap di lahan TBRS supaya dapat menampilkan kesenian wayang orang yang menjadi icon Kota Semarang ini.....(Konsep panggungnya, bisa saja dibuat seperti pementasan wayang ramayana di Candi Prambanan yang sangat memukau dan menarik bagi wisatawan).....
Untuk Menarik minat wisatawan lokal, bisa saja suatu waktu ada kesempatan , ada beberapa artis lokal yang menjadi "wayang tamu" dalam pertunjukkan WO.Ngesti Pandhowo di kompleks TBRS atau Trans Studio.....Semoga hal tersebut dapat menjaga kelsetarian WO Ngesti Pandhowo dan memperkenalkan icon wisata budaya Semarang tersebut ke masyarakat Luas....Mungkin bisa saja kita membuat tagline "Belum Ke Semarang kalau Belum Ke Trans Studio,Jangan pernah ngaku ke Semarang kalau belum pernah noton Wayang Orang Ngesti Pandhowo secara live di TBRS........Semoga Pak Chairul Tandjung mendengar harapan Saya ini.....