Sunday, January 31, 2016

MAS GANJAR SAYA MAU BERTANYA ?

PROVINSI JAWA TENGAH ITU MEMILIKI JATENG ART AND CULTURE CENTER
 ( PUSAT BUDAYA DAN SENI JAWA TENGAH) NDAK TO ?


 

Beberapa tahun yang lalu, tepatnya di tahun 2010 dan 2013..Mas Blogger sempat plesiran ke Bali untuk keperluan studi wisata sekolah dan Kampus...Pada kesempatan itu pula, Saya sempat berkunjung ke kawasan BCC (Bali Classic Center) yang banyak menampilkan kekayaan budaya Provinsi Bali dari semua Kabupaten/Kota yang ada di kawasan Pulau Dewata itu...Bayangkan, Dalam waktu sekejap dan hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam saja, tanpa perlu mengunjungi seluruh kawasan adat di Pulau Bali, Saya dan kawan-kawan bisa mengetahui kekayaan Budaya leluhur orang Bali didalam satu tempat yang memuat begitu banyak ilmu pengetahuan budaya masyarakat lokal ( Mulai dari cara Ngaben, Tradisi balapan Sapi atau biasa disebut Makepung oleh warga Kabupaten Jembrana, Belajar Gamelan Bali, Mengetahui beragam Bentuk rumah adat dan tempat ibadah, diajarkan cara menari Bali hingga belajar membuat wayang Bali dan meracik sesajen di canang saji diajarkan komplit dalam waktu singkat)...

 
 

 

Selain itu, dari sepupu Mas Blogger yang pernah studi tour ke Jawa Barat, juga pernah mengungkapkan bahwa dirinya juga pernah berkunjung ke Kawasan serupa dengan BCC, Melainkan yang dipelajari bukan Budaya Bali Tetapi Budaya Masyarakat Sunda di "Saung angklung Udjo" yang banyak menampilkan banyak tradisi masyarakat Bumi Parahyangan (Mulai dari cara bermain angklung, membuat angklung, menari Jaipong, belajar tari Cirebonan, hingga bermain Karawitan dan lagu Sunda diajarkan secara lengkap tanpa perlu menjelajah kesemua wilayah Jawa Barat yang tentunya)..wah menarik sekali kunjungannnya itu...
 

 
 

Dan dari keteranganTeman Mas Blogger di tempat kuliahan yang berasal dari Jakarta juga sempat menuturkan bahwa di daerahnya juga ada kawasan wisata Budaya Betawi di sekitaran danau Situ Babakan, yang banyak menampilkan Budaya penduduk Betawi Asli (Mulai dari belajar seni Gambang Kromong, Belajar tari Betawi, cara membuat olahan makanan Betawi, Belajar batik Betawi hingga membuat ondel-ondel mini diajarkan secara runtut disana...)
 

 

 

Lalu yang ingin Saya tanyakan kepada Pak Ganjar selaku Gubernur Jawa Tengah adalah " Apakah Jawa Tengah telah mempunyai wahana wisata budaya asli Jateng yang serupa dengan BCC, Saung Angklung Udjo, dan Kampung Betawi Setu Babakan ?" , Setahu saya pribadi belum ada ya pak, kalaupun ada tempatnya masih terpencar (tidak terletak di satu kawasan yang sama)...Semoga suatu hari nanti Jawa Tengah bisa mempunyai Jateng Art Center yang bisa menampung semua budaya asli warga Jateng ( Semisal kita bisa Belajar Tari Sintren, Bermain Gamelan Jawa, Belajar Membatik dengan pakem Pesisiran atau Kraton Surakarta)..Wah akan menarik pastinya...
                                
                                
                            Jateng art Center...Coming Soon Mungkin??? Semoga....

YANG DITUNGGU AKHIRNYA DATANG......

KEHADIRAN WAHANA WISATA JATENG PARK
(HADIAH AKHIR TAHUN 2016 BAGI SELURUH WARGA JAWA TENGAH)


Beberapa waktu belakangan, Mas Blogger dan teman-teman yang tinggal di Kota Ungaran sempat dibuat bertanya terheran-heran mengenai isu fenomenal mengenai akan dibangunnya wahana wisata super masive sekelas Jatim Park dan Dufan di wilayah Kabupaten Semarang...Di dalam hati Saya sempat bertanya" Ndak iyo kas? jok-jok mung ngimpi?"( Apakah iya akan terjadi? Jangan-jangan cuma ngimpi saja?"), rasa keraguan itu pantaslah kami berikan dan tujukan terhadap niat baik dari Pemprov Jateng dan dinas Pariwisata Kota Semarang tersebut, dikarenakan beberapa tahun lalu (kalau tidak salah di tahun 2007 atau diera Kepemimpinan Bapak Bibit Waluyo)..rencana pembangunan wahana wisata berkelas di wilayah Ungaran juga sempat bergulir dan menjadi isu yang hangat di Kota Semarang atas ini, Tetapi seiring berjalannya waktu, rencana itu lama-kelamaan makin hilang dari peredaran dan tak tahu lagi apa kabarnya, Tetapi Semoga Rencana Pembangunan Jateng Park di era Kepemimpinan Bapak Ganjar Pranowo bukan hanya menjadi mimpi lagi, karena bisa jujur Saya pribadi katakan bahwa kebanyakan warga Jawa Tengah kurang mendapatkan pilihan wahana wisata permainan yang ada di Kotanya masing-masing...Kebanyakan dari mereka justru lebih memilih plesiran Ke Jogja, Bandung, bahkan jakarta yang lebih memiliki variasi wahana permainan berkelas untuk tipe indoor maupun outdoor...Tapi Jateng mana punya? Sekalipun ada di Wonderia dulu, sekarang sudah tutup dan mainnya tidak layak pakai karena tidak mempertimbangkan kenyamanan dan keamanan pengunjung...Oleh karenanya, Saya memohon kepada Mas Ganjar dan Mas Hendi agar rencana pembangunan Jateng Park di Kawasan Hutan Wana Wisata Penggaron jangan ditunda-tunda lagi, karena untuk mensuskseskan program visit Jateng dan AWS ( Ayo Wisata Ke Semarang) , Kita Butuh pilihan wahana atau destinasi wisata Baru sebagai alternatif untuk para wisatawan...Kan Lumayan, jika misalnya jateng park nanti dapat meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Kota Semarang dan Kabupaten Semarang...Pastinya dapat menguntungkan secara ekonomi bagi kedua kota bertetangga tersebut...Jadi, Ayo Dukung kehadiran Jateng Park, Menurut kabar dari beberapa media..Di akhir tahun 2016, rencana pembangunan Jateng Park akan diresmikan oleh Pak Ganjar di kawasan Hutan Wana Wisata Penggaraon, Kabupaten Semarang dengan luas area lahan 500 hektar yang pembangunannya nanti tidak akan merusak kawasan vegetasi hutan Pinus Penggaraon...Semoga dapat menjadi kado akhir tahun yang indah dan menggembirakan bagi semua warga Jawa Tengah....      

 
                                

Saturday, January 30, 2016

APA ITU " CIO KEK " ?


Para Penyanyi "Ciokek" dari SMA Kebon Dalem Semarang diiringi oleh seni musik Gambang Semarang yang apik dan ngangeni banget....
 
  Semarang bisa mas blogger katakan sebagai kota metropolitan yang kaya akan kehidupan modern masyarakatnya yang beraneka rupa, tapi di kota ini pula kebudayaan asli Bumi Lumpia masih tetap lestari walaupun digerus kemajuan zaman kekinian yang diramaikan oleh gemerlap budaya Koreanisasi (K-pop), Japanisasi atau Niponisasi (J-Pop), hingga budaya dari Benua Amerika serta Eropa (Westernisasi). 
  Salah satu budaya Semarangan asli yang masih bisa bertahan diantaranya adalah kesenian "Gambang Semarang" yang tetap eksis di setiap wilayah Kecamatan di penjuru Kota ini, walaupun tidak boleh Mas Blogger pungkiri juga bahwa dalam kurun waktu 10 tahun belakangan, warga asli Semarang-pun turut pula meninggalkan budaya berkesenian asli nenek moyangnya ini, yang sebetulnya tercipta dari kecerdasan dalam memadukan Budaya berseni musik di kalangan etnis Jawa dan Tionghoa yang menjadi penduduk mayoritas di bumi Lumpia sejak berabad-abad yang lalu.
  Oh ya..berbicara mengenai Seni musik "Gambang Semarang" mestinya tidak dapat kita lepaskan dari peranan Para pemain musik ( biasa disebut "niyogo" atau penabuh dalam seni karawaitan jawa) dan para penyanyi tradisonalnya atau yang biasa disebut Sinden. Tapi ternyata, sebutan untuk penyanyi kesenian Gambang Semarang, para budayawan Semarang bukan menyebut para seniman olah suara tersebut dengan sebutan "Sinden", melainkan lebih familiar atau lebih akrab disebut dengan istilah "Cio Kek", Lalu apa yang membedakan antara Sinden dan Cio Kek?...Menurut Keterangan Beberapa Budayawan Semarang, Jenis atau ragam Lagu yang dinyanyikan oleh Cio kek lebih mengarah kepada unsur-unsur lagu Langgam Jawa yang dinyanyikan dengan cengkok bernyanyi ala Tionghoa, seperti halnya yang dapat kita temukan dalam lagu "Gambang Semarang" yang kental akan unsur cengkok lagu Tionghoa didalamnya, Sedangkan "Sinden Karawitan Jawa" lebih sering menyanyikan lagu-lagu atau langgam Jawa dengan pakem asli tanah Jawa atau pakem Kraton, Sehingga jelaslah perbedaan antara Sinden dan Cio Kek. 
  Jika menengok dari literatur sejarah yang ada, Seni bernyanyi ala Tionghoa sudah eksis dan berkembang di Kota Semarang sejak ratusan tahun lalu, terutama di kawasan-kawasan kantong masyarakat Pecinan yang terletak di sekitaran Pasar Johar Semarang (Kawasan Kranggan). Di wilayah tersebut kerap diadakan beragam acara berkesenian yang diadakan oleh pihak Klenteng atau warga setempat untuk merayakan hari-hari besar keagamaan orang Tionghoa asli Semarang,yang tentunya akan turut diramaikan pula oleh kegiatan bernyanyi lagu mandarin bersama-sama, melihat pementasan Liong, Barongsai, atau wayang potehi yang tentunya sangat kental akan nilai-nilai Tinghoa yang ada Luhung. 
  Dari Kegiatan tradisi warga etnis Tionghoa itulah, Mas Blogger yakin Kesenian Tarik Suara asli Semarang atau yang biasa disebut "Cio Kek" mulai menunjukkan eksistensinya sebagai budaya pembauran asli Semarang. Jadi tak heran, jika disetiap ada pementasan Gambang Semarang di berbagai event tingkat Kota Semarang, Kita akan menemukan kehadiran para seniman "Cio Kek" yang paham betul menegenai gaya bernyanyi lagu-lagu Semarangan asli dengan cengkok berolah vokal ala Tionghoa. 
  Nah , Sekarang kalian semua sudah tahu-kan apa itu "Cio Kek" ? Kesenian ini merupakan budaya Semarang asli yang lebih berfokus kepada seni olah suara yangdinyanyikan oleh para penyanyi lagu-lagu Semarangan dan tercipta dari budaya pembauran berkesenian warga Tionghoa dan Jawa Semarang asli, Oleh karenanya sebagai warga semarang, kita harus menjaga keberadaan seni olah vokal "Cio Kek" ini agar tetap lestari di kota kelahirannnya, jangan sampai di masa mendatang hanya tinggal nama saja dikarenakan tidak ada generasi penerus yang mau untuk melestarikannya......
 
 
 
Seni Vokal "Cio Kek" biasanya menyanyikan lagu-lagu Semarangan untuk menyambut kehadiran para tamu dalam acara besar di Kota Semarang

Friday, January 29, 2016

AGENDA SEMARANG FESTIVAL 2016



BLOGGER GOJEG SEMARANGAN TURUT BANGGA DAN MENDUKUNG 100% UPAYA DINAS PARIWISATA KOTA SEMARANG UNTUK MENSUKSESKAN PROGRAM "AYO WISATA KE SEMARANG 2016"..MARI BERSAMA KITA WUJUDKAN SEMARANG SEBAGAI KOTA FESTIVAL DAN KOTA WISATA YANG BERBUDAYA UNTUK TAHUN INI...JANGAN MAU KALAH DENGAN PURWAKARTA, BANDUNG, JAKARTA, MOJOKERTO, MALANG, SURABAYA, BALI, DAN LOMBOK YANG SUDAH MENOBATKAN DIRI SEBAGAI KOTA WISATA YANG KAYA AKAN FESTIVAL BUDAYANYA.....

Thursday, January 28, 2016

RINDU SUASANA SEMARANGKU TEMPO DOELOE...

   Berbeda Zaman Berbeda Pula Kendaraannya (diabad 20 pedati dan trem masih mendominasi)    
                                 
Sebulan yang lalu, tepatnya di bulan Desember 2015..Mas Blogger sempat mengunjungi acara bazar buku tingkat Kotamadya Semarang yang berjuluk "semarak sejuta Buku untuk Semarangku Tercinta" di Gedung Wanita Semarang...Iseng-iseng cari buku murah yang berkualitas dan menarik untuk dibaca, soalnya kalau hunting buku di Gramedia terus, bisa-bisa kantong Si Mas jadi bolong dan dompetku akan menjadi pepesan kosong tak berpenghuni..ha..ha..ha...,Setelah hunting buku-buku bagus ke beberapa stand di lokasi bazar yang telah berlangsungmeriah (karena bertepatan pula dengan agenda Semarang Great Sale 2015) , tiba-tiba langkah kaki Saya berhenti sejenak di depan stand khusus yang dikelola oleh Badan Arsip Daerah Kota Semarang yang menyuguhkan potret jadul lawang Sewu Tempo Doeloe sebagai Poster penarik bagi para pengunjung untuk mampir sejenak ke stand tersebut...mumpung lagi ada stand yang menarik sepasang mata bola Saya , akhirnya Mas Blogger mampir ke Stand milik pemkot tersebut, didalam stand Saya tidak hanya disuguhi oleh deretan foto-foto Kota Semarang tempo dulu yang berasal dari zaman Kolonial hingga tahun 1990-an yang terasa ngangeni (membuat kangen) dan terkesan berbeda (karena terkadang lokasi ada bangunan kuno yang ada difoto sudah beralih fungsi atau mungkin sudah tegusur kemajuan zaman) ..melainkan Saya juga melihat arsip-arsip video KLIV tanpa suara (film bisu) buatan ahli dokumenter Hindia Belanda yang berkisah tentang suasana Kota Atlas di abad 20-an...

 
    Taman Diponegoro RS Elisabeth abad 20 sebelum terpapar polusi kendaraan 
 
Ternyata sangat berbeda sekali dengan semarangku di tahun 2016 kini, tak ada lagi pedati yang ditarik oleh Sapi yang melintas di depan Gedung Lawang Sewu..melainkan sudah digantikan oleh bisingnya asap knalpot kendaraan bermotor dari berbagai merk terkemuka yang kerap hilir mudik didepan gedung kuno yang konon berpintu seribu tersebut....Selain itu, di masa sekarang-pun Gunung Ungaran yang terlihat membiru dari kejauhan tak begitu bisa terlihat jelas lagi dari Taman Diponegoro (Depan Rumah Sakit Elisabeth) yang sangat tenar di era kolonial karena kesohoran lokasinya yangberhawa sejuk dan dapat melihat panorama Gunung Ungaran dari tempat ini.....Memang kini Semarangku sudah bertransformasi untuk "SETARA" seperti kota-kota lain di Indonesia..Tapi Saya hanya ingin menitip Pesan kepada Bapak Hendi dan Ibu Ita selaku Walikota dan Wakil Walikota periode sekarang agar aset bangunan cagar budaya yang ada di Kota Atlas jangan banyak yang dirobohkan atau dimusnahkan hanya karena ingin dijadikan bangunan baru..karena sejatinya, Kota Semarang yang Sekarang ada karena sejarah perkembangan dari Kota Semarang yang dulu...jadi jangan sekali-sekali untuk menghapus kerinduan kami sebagai warga Semarang akan suasana Kota Semarang Tempo Doeloe yang masih tersisa di beberapa sudut jalan di Kota Atlas Tercinta ( Seperti halnya Kawasan Pecinan Gang Lombok, Kota Lama, hingga ratusan rumah arab kuno di Kampung Kauman)......
 
                                          Pesona Kota Lama Semarang tak lekang dimakan waktu.......
  

Wednesday, January 20, 2016

ensiklopedia semarangan



UNTUK KISAH ENSIKLOPEDIA LEBIH  LENGKAPNYA..DAPAT DIBACA DI PERPUSTAKAAN JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI UNNES....