Tuesday, October 22, 2013

BENTANG ALAM,SOSIAL,BUDAYA DESA SUSUKAN ( KABUPATEN SEMARANG )

BENTANG ALAM, SOSIAL, DAN BUDAYA
 DESA SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
Oleh : Sae Panggalih
Salah satu kecamatan di dalam wilayah administrasi kabupaten semarang yang termasuk wilayah kecamatan yang baru adalah kecamatan ungaran timur. wilayah kecamatan ungaran timur dahulu merupakan bagian dari kecamatan ungaran. Lalu, pada tahun 2005 kecamatan ungaran yang terdiri dari 21 desa dipecah menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan ungaran barat yang terdiri dari 11 desa dan kecamatan ungaran timur yang terdiri dari 10 desa. kecamatan ungaran timur secara geografis terletak di ujung barat kabupaten semarang yang berbatasan langsung dengan dua kabupaten/kota yaitu kabupaten demak dan kota semarang. di sebelah selatan kecamatan ungaran timur berbatasan dengan kecamatan pringapus dan di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan ungaran barat. kecamatan ungaran timur membentang seluas 37,99 km 2 , yang terdiri atas sepuluh 10 desa, yaitu desa beji , leyangan ,kalongan , kawengen ,kalikayen ,mluweh ,susukan ,kalirejo , sidomulyo , dan gedangan



Dari sepuluh desa yang sudah disebutkan diatas, penulis sendiri tinggal di Desa Susukan yang masih menjadi bagian dari wilayah kecamatan Ungaran Timur. Di Desa Susukan, bentang alam dari wilayahnya sebagian besar didominasi oleh areal dataran dan perbukitan. Untuk wilayah dataran terdiri atas daerah pertanian yang meliputi sawah dan tegalan. Sedangkan untuk kawasan perbukitannya lebih didominasi oleh kawasan hutan pinus Cemara Sewu serta Penggaron yang tersebar di beberapa titik area Desa Susukan. Selain itu , untuk daerah pemukiman dan pekarangan sebagian besar warga juga dibagi menjadi dua wilayah, yaitu ada penduduk desa yang  menempati daerah datar ( penduduk mayoritas) dan ada sebagian penduduk yang tinggal di lahan perbukitan, seperti halnya yang terjadi pada warga desa Susukan yang tingggal di kawasan bukit “ Gunung Kalong “ yang berkontur wilayah khas lahan perbukitan  .
Sedangkan Jika dilihat dari kondisi desanya, kawasan Desa Susukan dapat digolongkan kedalam kategori Desa Maju atau yang biasa disebut juga sebagai Desa Swasembada, Hal itu dibuktikan dengan mata pencaharian masyarakatnya yang mulai beragam ( Pegawai negeri, Wirausahawan, Petani, dan Sektor swasta ) dan kondisi desanya yang sudah cukup modern serta dilengkapi dengan berbagai macam sarana prasarana yang lumayan lengkap dan memadai untuk memenuhi kehidupan warganya, misalnya saja adanya fasilitas sekolah dasar negeri ( SDN) Susukan , Taman kanak-kanak Pamardisiwi ,  Mts dan SMK Miftaful Ulum ( MU), Tempat peribadatan (Gereja, Masjid dan Musholla, serta Wihara) , Kelompok Bermain atau Play Group Tunas Bangsa, minimarket, beberapa tenaga bidan sebagai sarana penunjang kesehatan warga , dan wahana rekreasi keluarga berupa kawasan hutan wisata Penggaron.  
Dibalik fasilitas penunjang kehidupan yang lengkap bagi warganya, Ternyata ada sisi lain dari kawasan desa Susukan yang menarik untuk dibahas, yaitu tentang aktivitas social dan budaya yang masih dipertahankan warga hingga kini . untuk sisi aktivitas sosial , masih dapat kita lihat dari beberapa macam kegiatan sosial yang sering diadakan oleh seluruh warga diberbagai jenjang usia, misalnya saja : Pengajian warga yang diadakan setiap seminggu sekali di Masjid Desa , Kegiatan arisan PKK dan Dawis yang diadakan oleh ibu-ibu setiap bulan, kegiatan Layanan Posyandu , arisan bapak-bapak, kegiatan karang taruna , Kegiatan Perkumpulan remaja, kegitan kerja bakti atau gugur gunung yang selalu diadakan menjelang event-event atau peristiwa tertentu.
 Jika melihat dari  banyaknya aktivitas social yang ada, kita dapat mengetahui bahwa aktivitas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk saling bersilaturahmi dan mempererat hubungan antar tetangga di Desa Susukan agar tercipta kehidupan Desa yang rukun, adem, lan ayem .

Gereja Dampu di Desa Susukan 

 
Wihara Gunung Kalong ( Avalokitesvara ) Susukan 

Masjid Raya Ungaran

Selain memiliki kegiatan sosial yang sangat beragam, ternyata ada satu elemen lagi yang dianggap beragam di Desa Susukan , yaitu dari segi keberagaman agama warganya yang terdiri dari agama : Islam, Kristen, Katholik, dan Buddha. Beragamnya agama yang ada ternyata bukan menjadi penghalang bagi warga Desa untuk saling menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, hal tersebut dapat dibuktikan pada beberapa peristiwa keagamaan yang terjadi setiap tahunnya . 


Contohnya : Pada tanggal 25 Mei 2013 lalu , ketika sedang diadakan ritual puncak sembahyangan Waisak penganut agama Buddha di Wihara Avalokitesvara Desa Susukan, beberapa elemen petugas keamanan yang menjaga kekhusyukan ibadah waktu itu, justru dilakukan oleh beberapa petugas keamanan (HANSIP) dan elemen karang Taruna yang  kebanyakan menganut agama Islam. Dari contoh fenomena diatas, kita dapat mengetahui bahwa perbedaan agama bukan menjadi penghalang bagi warga desa untuk menghargai sesama umat ciptaan Tuhan.





Sedangkan untuk sisi pelestarian budaya leluhur, warga di wilayah desa Susukan bisa dikatakan masih sangat menjaga dan melestarikan ( nguri-nguri ) budaya leluhurnya yang sudah diturunkan dari satu generasi ke genarasi berikutnya. Beberapa aktivitas budaya yang ada , diantaranya  :
o       Ziarah Sadran Mandung : kegiatan ziarah yang di lakukan ke makam Ki Mandung dan Nyi Mandung selaku pendiri Desa susukan di setiap bulan Suro .
o       Suronan : Acara Slametan yang digelar untuk menyambut bulan Suro.
o       Wayangan : Acara Pementasan Wayang Kulit yang biasanya digelar di waktu ada Upacara adat , Suronan dan Ulang Tahun Kabupaten Semarang .
o       Upacara Merti Dusun : Acara adat yang biasanya dilakukan pada awal tahun dengan cara mengelilingi desa Susukan untuk dilakukan ritual pembersihan desa untuk mengusir hawa negatif dari para makhluk gaib.
o       Padhusan : Biasanya dilakukan sehari sebelum memasuki bulan ramadhan di kawasan mata air dekat makam Nyi Mandung dan Ki Mandung sebagai simbol pembersihan diri sebelum menyambut bulan suci
o       Jathilan : Tari kuda kepang yang Biasanya digelar bersamaan dengan acara Merti Dusun.
o       Sedekah bumi : Biasanya diadakan di acara Haul Desa Susukan dan Ulang Tahun Kabupaten Semarang sebagai simbol ucapan syukur kepada Tuhan Pencipta alam atas berkah yang telah diberikan .
o       Bakdha Kupat atau Syawal : Merupakan Tradisi yang biasanya digelar oleh warga Susukan setelah hari ke tujuh hari raya Idul Fitri  atau setelah selesainya puasa Syawal sebagai simbol ungkapan berbagi rasa dengan cara membuat ketupan sebanyak-banyak untuk diberikan ke anggota keluarga maupun ke tetangga dekat.
o       Ngarak Gunungan : Kegiatan mengarak atau membawa berkeliling gunungan Lanang dan Wadhon untuk diperebutkan di Balai Desa Susukan yang dilakukan bersamaan dengan acara sadran Mandhung  .


Setelah melihat dari berbagai macam bentang kehidupan warga di Desa Susukan, Penulis dapat menyimpulkan bahwa wilayah Desa Susukan bisa dikategorikan sebagai ” kawasan bentang wilayah Pedalaman” , hal itu disebabkan karena :
1.      sebagian besar wilayahnya di dominasi oleh kawasan persawahan dan perhutanan yang tersebar di seluruh wilayah Desa , dan semakin dipertegas dengan wilayah kabupaten Semarang yang sebagian besar didominasi oleh wilayah dataran tinggi berupa pegunungan dan perbukitan .
2.      Wilayah desa ini sangat jauh dari kawasan pantai atau laut , melainkan lebih mendekat ke kawasan rawa dan sungai yang menjadi salah satu ciri fisik wilayah bentang pedalaman .
3.      Masih ada sebagian warga Desa Susukan yang masih bekerja di sektor pertanian dan perkebunan , yang menandakan bahwa sektor agraris masih dijadikan sebagai salah satu penopang ekonomi warganya .
4.      Ciri lain yang tampak dari wilayah bentang pedalaman adalah ” banyak warga desa Susukan yang memilih untuk bekerja di sektor aman dan berpenghasilan tetap ” . misalnya : memilih untuk menjadi pegawai negeri sipil ( PNS) yang memiliki gaji tetap .
5.      Budaya yang berkembang di Desa Susukan masih dipengaruhi oleh ritual-ritual budaya Hindu kuno atau India . misalnya saja ritual padhusan, sedekah Bumi , merti dusun, suronan, dan ritual lainnya yang masih ada kaitannya dengan tradisi budaya umat Hindu di Pulau Jawa tempo dulu . Hal itu sangatlah senada dengan ungkapan dari Irianto dan Thohir yang menyatakan bahwa budaya Jawa pedalaman banyak  terpengaruh oleh kebudayaan India atau Hindu yang sebelum Islam masuk sudah lama ada pada budaya Jawa secara keseluruhan .

6.      Karakter orang Jawa di Desa Susukan bisa dikatakan Lembut dan mementingkan roso yang tercermin dari perilaku warganya yang sangat halus dan gaya bahasa Jawanya yang lebih sopan ketimbang bahasa Jawa di kawasan pesisir terdekat dengan Kabupaten Semarang, yaitu Kota Semarang . 

No comments: