Tuesday, October 22, 2013

KAMPUNG BANGSAWAN YANG BERUBAH MENJADI KAMPUNG GILO-GILO

SEJENAK MENGENANG KAMPUNG KULITAN SEMARANG


Tempo dulu Kampung Kulitan merupakan kampung terkenal di Semarang. Kampung yang terletak di bilangan Jl Mataram itu menjadi tempat kediaman Tasripien, tuan tanah dengan jumlah kekayaan tak berbilang. Seiring meredupnya pamor dinasti Tasripien, popularitas Kulitan berangsur surut. Kini, kampung tersebut membangun reputasi baru. Bersama Kampung Gandhekan, Kulitan menjadi pangkalan gilo-gilo terbesar di Kota Semarang. Tak kurang dari 60 orang pedagang tinggal di kedua kampung yang bersebelahan itu. Mengunjungi Kulitan dan Gandhekan pada pagi hari, kita akan melihat sebuah kegairahan. Kaum ibu membuat penganan. Para pedagang menyiapkan dasaran, mulai dari merajang buah, membersihkan gerobak dan mengisinya dengan aneka makanan. Gerobak-gerobak itu berjajar memenuhi jalan kampung yang tak seberapa lebar. Beranjak siang, satu per satu mereka turun ke jalan. Keberadaan pedagang gilo-gilo di Kampung Kulitan dan Gandhekan ada sejak tahun 1960-an. Mula-mula hanya beberapa orang. Mereka yang hampir seluruhnya perantau asal Sukoharjo dan Klaten menjual gilo-gilo menggunakan pikulan. Memasuki 1970-an, jumlah pedagang gilo-gilo di Kulitan dan Gandhekan bertambah. Selain kaum boro, warga asli kampung tersebut juga ikut-kutan berjualan. Pada masa itu, penjual gilo-gilo mulai mengganti pikulannya dengan gerobak. Kondisi jalan kampung yang relatif baik menjadi pemicu peralihan tersebut.


No comments: