Saturday, October 5, 2013

upaya lestarikan gambang Semarang



Kesenian Gambang Semarang Kembali Dimunculkan

 

 

TEMPO.COSemarang - Hanya sedikit orang yang kini mengenalnya lewat lagu langgam keroncong Gambang Semarang. Kesenian lawas inilah yang bergema di Gedung Sobokti Kota Semarang, Rabu malam, 12 Desember. Gelak dan tawa nan renyah mengema mengikuti alunan musik rancak berpadu gamelan kendang, kulintang, kenong, pelok, saron, gong, rebab, serta flute mencairkan susana malam yang gerimis. Sementara empat penari berlengak-lenggok setengah jongkok dan berdiri diiringi alunan musik.

Pembawa acara pun dengan lincah melontarkan lelucon khas Semarangan yang mengundang tawa penonton. Pentas Gambang Semarang Reunian oleh Gambang Semarang Art Company ini masih diminati. “Malam ini pementasan reuni setelah pementasan terakhir tiga tahun lalu di gedung Balekambang,” ujar Ketua Gambang Semarang Art Company, Tri Subekso.

Malam itu Gambang Semarang Art Company menampilkan delapan judul lagu khas yang dipadu dengan gerak tari. Penonton pun tak merasakan kejenuhan oleh kelincahan Betik, Nita, Aulia dan Irma yang berlengak lenggok seiring dengan irama musik.

Sementara vokalis Kelly Puspito, Oei Yok Siang dan Sidik Pramono ikut menari ringan bersamaan penari latar. Mereka antara lain melantunkan lagu Tari Gambang Semarang, Semarang Tempo Dulu, Tanjung Mas, Jangkrik Genggong, Simpang Lima, dan Tari Goyang Semarang.

Munculnya musik Gambang Semarang merupakan inisiatif Lie Hoo Soen, politikus Semarang yang pernah menjadi anggota Volksraad, parlemen pada masa Hindia Belanda. Dia menyampaikan gagasan perlu membentuk kesenian khas Semarang saat menjabat sebagai Gemeenteraad atau Dewan Perwakilan Kota Semarang. Gagasan itu diterima Boissevain, Wali Kota Semarang kala itu yang kemudian merekomendasikan pembelian alat musik Gambang Kromong di Jakarta. Pentas pertama dilakukan pada 1932. Kesenian ini memadukan unsur musik vokal, tari, dan lawak.

Dalam perjalanannya, Gambang Semarang hanya bertahan 10 tahun. Pementasan terakhir kelompok Gambang Semarang pada 1942 di Magelang. “Saat itu Gambang Semarang pentas di pasar malam Magelang, tapi para pemain bubar meninggalkan alat musik akibat ada pertempuran Jepang,” ujar Tri Subekso.

Gambang Semarang sempat muncul kembali pada 1960-1970 lewat acara resmi maupun pameran yang digelar pemerintah. Namun, musik ini kembali redup pada 1980.

Kini kelompok Gambang Semarang muncul kembali. Budayawan Kota Semarang Eko Budiharjo berharap Gambang Semarang bisa menjadi identitas Kota Semarang. “Kalau Bali punya tari Pendet, Jakarta punya Gambang Kromong, nah Semarang punya Gambang Semarang,” ujar Eko.



No comments: