Tuesday, October 22, 2013

SEPENGGAL KISAH PILU GEDUNG SAREKAT ISLAM SEMARANG

Gedung Sarekat Islam Mulai Diselamatkan
SU Herdjoko | Senin, 07 Oktober 2013 - 11:56 WIB


(Foto/Ist)
Gedung Sarekat Islam

SEMARANG- Gedung Rakyat Indonesia di Kampung Gendong, Sarirejo, Semarang Timur, Kota Semarang yang dulu dibangun oleh Semaoen (Ketua Sarekat Islam Semarang) pada tahun 1919, mulai hari ini (Senin, 7/10) mulai diselamatkan dari kekhawatiran roboh. Kondisi gedung yang tidak pernah digunakan lagi sejak 2008 memang sangat memprihatinkan.

Atapnya jebol, dindingnya mulai miring, sementara sambungan kayu bangunan juga mulai renggang.

Gedung itu sempat akan dirobohkan oleh Yayasan Baitul Muslim Indonesia yang mengelola gedung itu pada tahun-tahun terakhir. Dan, sedianya akan dibangun gedung yang baru dua lantai. Namun dalam perkembangan selanjutnya, Komunitas Pegiat Sejarah melihat gedung itu termasuk cagar budaya dan memiliki nilai sejarah tinggi. Sebab gedung itu merupakan gedung milik rakyat Indonesia yang pertama kali di Semarang, yang digunakan untuk menggembleng kader-kader politik melawan penjajahan.

Menurut Yunantyo Adi dan Rukardi dari Komunitas Pegiat Sejarah, tokoh nasional Tan Malaka dan Bung Karno pernah mendidik para kader muda politik Indonesia di gedung tersebut. Sementara, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah juga memasukkan Gedung Rakyat Indonesia itu sebagai salah satu cagar budaya yang dilindungi di Kota Semarang.
"Bahkan gedung itu berdiri juga karena saweran para anggota Sarekat Islam dan juga masyarakat. Jadi gedung itu bukan milik lembaga tertentu. Oleh karena itu harus dilestarikan," kata Rukardi.

Dalam pertemuan antara Pejabat Pelaksana Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Komunitas Pegiat Sejarah, Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah, dan juga Yayasan Baitul Muslimin Indonesia pada 23 September 2013 silam dicapai kesepakatan untuk menyelamatkan gedung tua tersebut.

Hendrar Prihadi pada Minggu (6/10) menjelaskan, dalam upaya penyelamatan darurat itu Pemerintah Kota Semarang menugaskan Dinas Tata Kota dan Pemukiman untuk memulai proses penyelamatan. "Kami melibatkan Komintas Pegiat Sejarah Semarang sebagai pendamping teknis. Sementara supervisinya adalah Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah," katanya.

Bangunan tua itu akan diberi penyangga bambu. Kerja penyelamatan ini harus cepat dilaksanakan karena musim hujan mulai tiba. Bila diberi penyangga bambu yang nantinya akan menghabiskan biaya sekitar Rp 17 juta, diharapkan gedung ini tidak roboh. Kemudian akan diupayakan penyelamatan lanjutan sehingga Kota Semarang tetap memiliki gedung bersejarah yang dibangun oleh pribumi.

Selama ini Semarang dikenal memiliki gedung-gedung tua bernilai sejarah hasil bangunan Belanda dan komunitas Tionghoa. Bangunan tua yang bercorak pribumi justru belum terperhatikan. 
  Sumber : Sinar Harapan

Butuh Gerak Cepat untuk Selamatkan Peninggalan Sarekat Islam




Gedung Sarekat  Islam Semarang Tempo doeloe


Kondisi Gedung Sarekat Islam awal 2013 ( memperihatinkan )  


Semarang – Meski sisa-sisa kemegahan bekas kantor Sarekat Islam (SI) Merah Semarang masih tampak, namun nasib bangunan yang kini bernama Balai Muslimin itu lumayan memprihatinkan.
Fisik bangunan yang yang terletak di Jl Gendong Kelurahan Sarirejo, Semarang Timur, Kota Semarang, itu rusak parah, bubungan atap bagian depan ambrol, dinding serta interiornya kusam dan tak terawat.
Puing-puing teronggok di sejumlah tempat. Dua keranda, tumpukan tikar, dan sebuah podium yang telah beralih fungsi menjadi pengimaman, gedung itu tak menyimpan perabotan lain.
“Ini butuh gerak cepat agar bangunan ini bisa selamat,” kata Rukardi, pemerhati sejarah yang juga pemimpin redaksi Tabloid Cempaka Semarang. Rukardi merupakan orang yang sudah lama konsen terhadap nasib eks kantor SI Merah Semarang tersebut.
Rukardi mengatakan, memang tidak ada prasasti berisi keterangan mengenai nama asli, kegunaan, serta tahun pembuatan bangunan di gedung itu. 
Satu-satunya tengara identitas sejati Balai Muslimin adalah inisial ”S.I” yang terdapat di lantai, tepat di tengah-tengah bangunan. Inisial itu dibentuk dari pasangan ubin berwarna hitam. Sedangkan latar belakangnya ubin kuning dengan lis warna merah.
Rukardi menuturkan, menurut keterangan Seksi Gedung Balai Muslimin, Abdulrosjid (sekarang berusia 86 tahun), yang pernah dia jumpai tahun 2008 silam, yang bersangkutan menyampaikan, meski kondisi ubinnya tidak layak pakai, bagian inisial ”S.I” tetap dipertahankan. Abdulrosyid menyatakan, tanda “S.I” tersebut yang menjadi tanda bahwa gedung ini pernah menjadi kantor Sarekat Islam.
Balai Muslimin, Abdulrosjid menerangkan kepada Rukardi, tak lagi bisa dipakai sejak awal Mei 2008. Atapnya yang ambrol menjadi jalan masuk air ketika turun hujan. Sebelum itu, Balai Muslimin makmur dengan pelbagai kegiatan. Mulai latihan bela diri, pentas seni sampai aktivitas keagamaan. “Pak Abdulrosyid masih sugeng, kondisinya sekarang sudah sakit-sakitan,” ujar dia.
Biasanya, ujar Rukardi, menurut warga setempat, tiap Jumat gedung itu dimanfaatkan warga untuk jamaah shalat Jumat.Sejak atapnya roboh, warga shalat di masjid-masjid di sekitar Kampung Gendong.
Lebih lanjut Rukardi mengatakan, penyelamatan bangunan itu sangat penting, sebab memiliki kisah sejarah panjang. Kata dia, eks kantor Sarekat Islam Semarang menurut Abdulrosjid dibangun pada 1916. Tanahnya berasal dari wakaf salah seorang keturunan Keluarga Tasripien yang menjadi anggota SI. Sementara bangunannya hasil swadaya anggota.
Sumber lain, yang pernah dijumpai Rukardi lima tahun lalu, berdasar kisah yang didengar Baharudin(sekarang usianya 82 tahun), mantan anggota DPRD Gotong Royong Kota Praja Semarang dari Partai Sarekat Islam Indonesia/PSII (1960-1970), pembangunan gedung itu dilakukan dengan cara iuran. Menurut cerita orang tua Baharudin kepada Baharudin, selain sumbangan dermawan, sebagian dana dikumpulkan anggota dari hasil menjual bolang-baling. “Saya sudah lama tidak ketemu Pak Baharudin. Tidak tahu kondisi beliau sekarang bagaimana,” ucap Rukardi. (Tyo)

1 comment:

Yasser said...

Apa langkah yang harus dilakukan oleh DPP Syarikat Islam dan Presiden Lajnah Tanfidziyah Syarikat Islam Indonesia mengenai Gedung Syarikat Islam yang berada di Semarang? Kebetulan saya mengenal beliau, agar saya sampaikan kepada beliau..