Monday, October 14, 2013

logat semarangan




CATATAN NOURMAN HAJAR




LOGAT UNIK “KHAS” DARI SEMARANG

Semarang adalah ibukota Jawa Tengah yang terletak di utara pulau Jawa. Lokasinya sangat strategis, yakni diantara Surabaya dan Jakarta. Meski budaya Jawa masih sangat kental, tapi, banyak etnis yang tinggal di kota ini, menjadikan budaya dan bahasanya berasimilasi.
Bahasa Jawa, seperti yang kita tahu, merupakan bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Indonesia, seimbang dengan banyaknya populasi suku Jawa. Suku Jawa makin menyebar, membuat logat-logat berbeda yang unik dan (mungkin) tidak bisa ditemukan di daerah berbahasa Jawa lainnya.
Maaf, khusus di postingan ini, si pemilik blog tidak akan menggunakan kata seperti “ane” dan “ente” :P
Bagi orang Jawa, Bahasa Jawa merupakan bahasa utama, terpenting, dandiutamakan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam hal pergaulan. Maka dari itu, jangan marah atau jengkel kalau ada orang Jawa “maksa” ngomong sama orang yang nggak bisa bahasa Jawa :P
Walau saya lagi “ngerantau” ke Solo (Surakarta), logat Semarangan saya masih belum hilang dan berubah sama sekali. Untuk pemakaian kosakata, memang, saya sudah mulai menggunakan beberapa kosakata khas Solo, seperti Gayeng (mantap, lucu, bagus), dll.
Nah, kaya gimana sih logat Jawa Semarangan itu?
Ik/Og
Kata “ik” (baca: i’) aslinya digunakan orang Semarang, begitu juga dengan “og”/”ok”/”oq” (baca: o’). Di daerah selain Semarang pun sebenarnya banyak yang menggunakan kata semacam ini. Hanya saja pengucapannya tidak memakai “efek apostrof” atau bunyi sentak.
Penggunaan : Digunakan di akhir kalimat untuk menekankan rasa kagum, kecewa, ataupun heran.
Contoh : “Ora, og”, “Ono budhemu, ik”,
Ndes
Kata ini sering dan aslinya digunakan di Semarang. Kata ini merupakan kata yang sering digunakan terhadap teman sebaya atau sepermainan.
Penggunaan : Dipakai sebagai kata sapaan ke teman sebaya. Biasanya ditaruh di akhir kalimat. Kemungkinan berasal dari kata “Bondes”.
Contoh : “Piye kabarmu, Ndes?”, “Ora ngono carane, Ndes!”
He’eh/Ho’oh/He’em
Kata-kata ini lebih sering digunakan orang Semarang untuk menggantikan kata “iyo”. Kadang-kadang diucapkan tanpa ada huruf “h” di belakangnya.
Penggunaan : Untuk menggantikan kata “iyo”.
Contoh : “He’e kuwi”, “Ho’oh, masku dibotak”, “He’em, bener kuwi”
Nda
Kata-kata ini hampir sama seperti kata Ndes. Hanya saja, penggunaannya agak berbeda. Gimana ya? Agak susah ngejelasinnya…
Penggunaan : Dipakai sebagai kata sapaan ke teman sebaya.
Contoh : “Sing piye, Nda?”, “Koyo ngene to, Nda?”
Ogak
Kata “ogak” ini berhubungan dengan logat khas Pati. Entah, duluan mana yang make. Hehehe…
Penggunaan : Sebagai pengganti kata “ora”.
Contoh : “Ogak, og!”, “Carane ogak ngono, Nda!”
Sebeh/Semeh
Sebeh dan Semeh digunakan untuk memanggil Ayah/Ibu. Kata-kata ini sudah jarang digunakan karena terkesan kasar.
Penggunaan : Sebeh untuk menggantikan “bapak”, Semeh untuk menggantikan “ibu”.
Contoh : “Sebehku mangkat ing kantor”
Logat Jawa Semarangan juga punya keunikan lain, yaitu dengan singkatannya. Orang Semarang pertama kali menyingkat Abang-Ijo (maksudnya lampu lalu lintas) menjadi “Bangjo”. Omprengan juga tidak luput dari jurus singkatan “khas” logat ini, menjadi “kol” :P
Nah, dari tulisan di atas, ternyata, Semarang punya logat tersendiri yang kita perlu bangga atasnya. Ojo nganti ilat Jowomu ilang ning endi ae ragamu ana!(Jangan sampai lidah Jawamu hilang di manapun ragamu berada!)
Salam!

No comments: