Saturday, October 12, 2013

LORO BLONYO


Harmoni Loro Blonyo

Loro Blonyo merupakan patung yang berujud sepasang pengantin jawa yang menggunakan pakaian adat jawa dengan atribut lengkap, menggunakan beskap untuk pengantin pria dan basahan untuk pengantin putri. Pada awalnya patung Loro Blonyo ber-bentuk pengantin jawa dengan posisi duduk, namun seiring perkembangan jaman dan perkembangan seni-rupa kontemporer, patung Loro Blonyo mengalami proses perubahan bentuk. Ada yang berdiri dan ditambah aplikasi lain-lainnya, namun dalam perubahan bentuk tersebut patung Loro Blonyo tetap memperhatikan pakemnya yaitu sepasang pengantin jawa dan bentuk pasangan pengantin jawa tersebut adalah pakem dari patung tersebut, mengenai busananya menyesuaikan daerah setempat, yaitu gaya pakaian adat Jawa gaya Surakarta ataupun gaya kraton Yogyakarta.

Harmoni Loro Blonyo
harmoni-loro-blonyo
Dalam menggambarkan suatu fenomena budaya, orang Jawa senantiasa terlingkupi oleh pengaruh alam semesta yang bersifat material maupun yang tidak kasad mata. Demi-kian-lah visualisasi Loro blonyo terbuat dari sepasang patung dibuat dari bahan kayu, atau tanah liat, yang terdiri dari patung seorang perempuan -rara- yang didampingi seorang laki-laki dengan mengenakan busana perkawinan adat Jawa, gaya basahan dalam posisi duduk yang penempatannya pada rumah joglo, yaitu tepatnya di senthong tengah, atau di sebelah kanan, dan kiri krobongan yang berfungsi simbolis bagi pemiliknya (Darsiti, 1989: 208; Santoso, 2000: 88). Patung loro blonyo yang ditempatkan di senthong tengah rumah tradisional Jawa, keberadaannya tidak terlepas dengan konteks kosmologi Jawa. Kosmologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani cosmos dan logos. Cosmos artinya susunan atau keteraturan; logos artinya telaah atau studi. Istilah cosmos sering dilawankan dengan kata chaos yang artinya keadaan kacau balau (Siswanto, 2005: 1).
Menurut catatan sejarah, patung Loro Blonyo sudah ada sejak zaman kepemimpinan Sultan Agung di kerajaan Mataram pada 1476. Perwujudan Hinduisme yang kemudian di-modifikasi agar lebih universal, dari Dewi Sri ke patung sepasang pengantin. Awal-Mula kepemilikan Loro Blonyo berkaitan erat dengan kultur dan budaya. Hanya kaum Priyayi yang memilikinya. Dalam rumah joglo, patung Loro Blonyo akan diletakkan di sentong atau bagian rumah tengah, bagian yang dianggap sebagai wilayah pribadi suami dan istri.
kepercayaan Jawa sebagai kelengkapan ritual
kepercayaan-djawa-sebagai-kelengkapan-ritual
Patung ini merupakan salah satu kelengkapan dari unsur-unsur lainnya yang biasa ditempatkan di ruang senthong tengah yang sakral, lazimnya digunakan sebagai sarana untuk melakukan kegiatan ritual adat Jawa (Sunyoto, 1995: 24; Widayat, 1988: 84). Gaya pakaian basahan yang dihiaskan pada patung laki-laki adalah kuluk kanigara, sabuk, keris, gelang kelat bahu naga, dodot, timang, korset dan sumping ron. Asesoris yang dihiaskan pada patung perempuan adalah mentul, jungkat pananggalan, sangsangan tanggalan sungsun telu, sumping, kelat bahu naga, kemben, setagen, kamus, timang dan kain yang dikenakan keduanya adalah batik klasik tradisional (Guntur, 2000: 145-148; Setyawan, 2001: 45).
Nilai filosofi patung Loro Blonyo merupakan ekspresi simbolisme mitos Dewi Sri dan Raden Sadono dalam sistem kepercayaan masyarakat Jawa, dimana keterkaitan mitos Dewi Sri dan Raden Sadono dalam hubungannya dengan ritual kesuburan bagi masyarakat Jawa yang tergambar dalam  ekpresi visualisasi patung Loro Blonyo yang ada dalam sistem kepercayaan masyarakat Jawa. Keterkaitan ritual kesuburan dengan Dewi Sri dan Raden Sadono sangat dipengaruhi oleh mitologi dan kosmologi Jawa, dimana keberadaan Dewi Sri dan Raden Sadono dalam cara pandang orang Jawa diyakini sebagai konstruksi pemahaman asal-usul manusia yang harus dihormati sebagai leluhur Jawa. Kesuburan merupakan ritual sistem kepercayaan Jawa yang diyakini berasal dari serba pasangan yang kemudian mendatangkan dampak kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup.
Figur patung Loro Blonyo tersebut dalam kepercayaan Jawa sebagai kelengkapan ritual yang diletakkan di sentong tengah pada dalem dalam konteks rumah tradisional Joglo milik bangsawan atau priyayi.  Makna patung Loro Blonyo lebih merupakan sebuah pasangan oposisi binair yang saling melengkapi satu sama lain atau dwi-tunggal. Dalam konteks pandangan Jawa patung sepasang yang menggambarkan pengantin tersebut sebagai cerminan penyatuan yang mendatangkan kesuburan dan kemakmuran, kesuburan di sini dalam arti re-produksi biologis pada manusia dan juga kesuburan tanaman.

simbolisme mitos Dewi Sri dan Raden Sadono
simbolisme-mite-dewi-sri-dan-raden-sadono
Dengan demikian makna Loro Blonyo dalam budaya Jawa lebih bersifat interpretasi simbolik bagi masyarakat pendukung-nya terutama kalangan agraris. Konsep ritual yang merupakan bentuk penghormatan kepada Yang Widi dengan memberikan sesaji sebagai pengurbanan yang dimaksudkan sebagai bentuk rasa syukur. Mitos Dewi Sri dan Raden Sadono yang tercermin dalam simbolisme Loro Blonyo adalah merupakan salah satu kelengkapan ritual kesuburan di senthong tengah dalam pandangan budaya Jawa yang terkait dengan kosmologi masyarakat pendukungnya.
Terdapat beberapa makna dan mitos yang ada pada Boneka Loro Blonyo. Loro Blonyo bisa diartikan sebagai simbol kemakmuran yang berkesinambungan atau terus-menerus. Masyarakat dahulu-kala percaya bahwa meletakkan Loro Blonyo di rumah dapat memberikan pengaruh atau sugesti postif ter-hadap keluargaa. Saat ini Loro Blonyo tidak lagi dianggap hanya sekedar mitos. Dimana patung Loro Blonyo ternyata tidak hanya di-nikmati oleh masyarakat saja namun juga disukai oleh mancanegara, banyak turis yang kemudian meng-koleksi Patung Loro Blonyo. Pengakuan beberapa pasangan yang memiliki patung Loro Blonyo mengaku merasakan sugesti positif terhadap kehidupan rumah-tangga. 

No comments: