Thursday, October 31, 2013

AYO DUKUNG PEMBANGUNAN JATENG PARK PENGGARON......

Ganjar Ingin Hutan Penggaron Sekelas Disneyland

Selasa, 1 Oktober 2013 22:40 WIB



wana wisata Penggaron tahun 2013......


wana wisata penggaron tahun 20xx.......Insya Allah seperti disneyland....


Laporan Wartawan Tribun Jateng, Galih Permadi
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Mobil berpelat merah H 1 tiba-tiba berhenti di pintu gerbang Wana Wisata Hutan Penggaron, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Selasa (1/10/2013). Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo turun dan menghampiri petugas loket.
“Ramainya hari apa?” tanya Ganjar.
“Ramainya Sabtu dan hari libur, Pak,” jawab sang petugas.
Ganjar kemudian keliling Wana Wisata Hutan Penggaron dan berhenti di kawasan Drive in Golf. Ganjar manggut-manggut ketika melihat kawasan Wana Wisata Hutan Penggaron menyimpan potensi cukup besar untuk meningkatkan pariwisata Jawa Tengah.
“Kalau kita punya niatan untuk mengembangkan potensi wisata di Jawa Tengah, potensi di sini oke banget, dekat kota, akses jalannya bagus termasuk dekat tol. Dari sisi jalan tidak ada masalah, ini harus terus didorong,” ujarnya.
Pengembangan wisata di Hutan Penggaron, kata Ganjar, bisa dilakukan melalui mekanisme kerja sama operasi (KSO). “Kalau kendalanya model pengelolaan, sebenarnya bisa segera didorong dari sekarang untuk memilih yang mana model pengelolaannya. Jadi dihitung dulu untung ruginya dari segala macam aspek untuk model pengelolaannya,” ujarnya.
Ganjar mengatakan, tren penurunan pengunjung Wana Wisata Hutan Penggaron akibat tidak adanya wahana lain selain wisata alam.
”Kalau wisata alam dan fasilitasnya mung kaya ngene ya tidak menarik pengunjung. Konsep Taman Safari sangat menarik, juga banyak wahana dimunculkan, baik alam dan wahana lainnya. Kalau mau membayangkan wahananya sekelas Disneyland, jangan sekelas Ancol,” ujarnya.
Untuk mewujudkan Jateng Park, kata Ganjar, harus segera dipercepat perencanaan pembangunannya. “Dengan dibangunnya Jateng Park akan meningkatkan nilai tambah bagi daerah di sekitarnya. Jadi harus dipercepat, kalau bisa didorong terus kapan mulai bekerja dan rencana aksinya," katanya.
General Manager Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan Pengelolaan Lain, Perhutani, Budi Setiono mengatakan, pembangunan Jateng Park di lahan Perhutani seluas 500 hektar sudah siap dilaksanakan.
“Investor dari PT Bangunrimba Abadi yang juga mengelola taman safari di Jawa Barat dan Jawa Timur sudah berminat. Mereka telah melakukan pembahasan dan peninjauan di lokasi pada Juli 2013 lalu,” ujarnya.
Untuk konsep, kata Budi, dari pihak investor menawarkan tema padang pasir. “Menurut investor tempat wisata harus punya tema, kalau tidak ada tema pengunjung akan bosan. Jika terealisasi ditargetkan sebanyak satu juta pengunjung. Kalau saat ini pengunjung wana wisata pada tahun 2012 mencapai 10.998 pengunjung dan trennya turun dari tahun ke tahun,” ujarnya.
Budi mengatakan taman safari akan menempati lahan seluas 50 hektar atau 10 persen dari total luas lahan. “10 persen hanya untuk taman safari, sisanya untuk wisata alam, golf, penginapan dan lainnya. Namun konsepnya tidak mengubah alam, menebang pohon, tidak mematikan mata air, dan tidak menggangu resapan air tanah,” ujarnya.
Untuk rencana pembangunan, kata Budi, sudah dibahas dan disetujui Pemprov Jateng dan Pemkab Semarang. “Kendala dalam pembangunan Jateng Park adalah model pengelolaan yakni apakah memakai sistem kerjasama, pinjam pakai, atau tukar guling, itu belum diputuskan. Model pengelolaan masih akan dibahas dengan Dirjen dan Kementerian,” ujarnya.
Seusai instruksi Gubernur, kata Budi, pihaknya akan mengirim surat kepada investor dan semua pihak terkait untuk membahas pembangunan Jateng Park. “Minggu ini akan kami surati semua pihak termasuk investor untuk pembahasan lebih lanjut terkait pembangunan Jateng Park,” ujarnya.


Sunday, October 27, 2013

BLUSUKAN NING PASAR PITIK ( AYAM ) KUTHA LAMA SEMARANG

Pasar Ayam Bangkok Semarang 

Pasar Ayam

Sedia Kuthukan sampai Alusan

TAK bisa dimungkiri, daya tarik utama Kota Lama Semarang adalah bangunan kunonya yang memiliki nilai arsitektur tinggi. Antara lain, Gereja Protestan Immanuel (Gereja Blenduk), bekas toko perhiasan NV Goud en Zilversmederij voorheen FM Ohlenroth & Co, Hotel Jansen, Kantor Oei Tiong Ham Concern, dan bekas kantor Stoomvaart Maatscappij Netherland.
Namun sesungguhnya masih ada hal lain yang juga menarik, selain gedung-gedung kokoh berumur ratusan tahun itu. Sesekali, susurilah gang demi gang sempit yang terdapat di dalamnya. Niscaya akan Anda temukan eksotisme lain pada bekas benteng ''de Fijfhoek'' itu. Beragam aktivitas para penghuni bisa Anda jumpai, satu di antaranya kegiatan jual beli ayam bangkok.


Puluhan pedagang ayam ras asal Negeri Siam itu berkumpul di sekitar Jalan Kepodang. Mereka menggelar dagangan ala kadarnya di tepi jalan yang dulu bernama Hoogendorp straat itu. Disebut ala kadarnya karena ayam-ayam yang mereka perdagangkan hanya ditempatkan dalam kurungan bambu atau kisau(anyaman pelepah kelapa atau rotan untuk menjinjing ayam-Red).
Meski sempit dan berkesan kumuh, kawasan itu tak pernah lengang. Setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 16.00 banyak peminat ayam bangkok yang menyambanginya. Ada yang benar-benar membeli atau sekadar iseng melihat arena adu jago yang acap digelar di sana.
Lantas bagaimana awalnya pasar ayam bangkok itu menempati Jl Kepodang? Sumarlan (53), salah seorang pedagang mengisahkan, pasar ayam itu merupakan ''terminal'' terakhir bagi para pedagang setelah beberapa kali berpindah tempat.
Dahulu, pada saat Aloon-aloon Semarang masih ada, para pedagang ayam, baik ras maupun kampung, menempati dasaran di depan gedung bioskop Orion (kemudian menjadi bioskop Rahayu-Red).


Sewaktu bangunan Pasar Johar diresmikan, mereka ditempatkan di sebuah los bagian atas pasar tersebut. Beberapa lama kemudian, para pengunjung mengeluhkan bau tak sedap yang ditimbulkan oleh ayam-ayam itu. Pemerintah Kota (Pemkot) saat itu memindahkan pedagang ayam ke Jl Sendowo bersama pedagang burung dan ikan asin.
Belum lama menempati ruas jalan itu, mereka kembali tergusur. Kali ini akibat pembangunan stanplaat angkutan kota dan bemo. Para pedagang ayam dilokalisasi di Pasar Kobong. Namun ternyata, lokasi baru tersebut tak sepenuhnya mampu menampung mereka. Para pedagang ayam bangkok tak kebagian tempat. Mereka akhirnya memutuskan kembali ke Kota Lama dan menempati Jl Kepodang hingga sekarang.
Sumarlan mampu bercerita banyak tentang itu karena dia sedari kecil menyertai bapaknya, Suryono, yang juga berdagang ayam. Kesenangannya itu berlanjut hingga dia turut menerjuni jual beli ayam bangkok seperti sang Bapak. ''Saya senang bermain-main dengan ayam. Pulang dari sekolah, saya langsung pergi ke kios Bapak.''
Kelas Berbeda
Selain dari peternak di Semarang, ayam-ayam bangkok yang dijual di Jl Kepodang diambil dari beberapa pasar hewan di kota-kota lain seperti Ambarawa, Weleri, Magelang, dan Yogyakarta. Para pedagang menyediakan ayam bangkok dari tingkatan umur dan kelas yang berbeda.

Tentu saja, perbedaan itu berkait dengan harga jual. Harga kuthukan (anak ayam) berkisar Rp 7.500-10.000, dere (ayam umur sekitar 4 bulan) Rp 17.500, lancur (jago muda) Rp 30.000-Rp 35.000, sedangkan ayam bangkok alusan (sudah jadi), baik jago maupun babon harganya tak terbatas ( harga diatas harga ayam tahun 2004.....kalau sekarang di tahun 2013 ya lebih mahal lagi tentuinya ) .
''Kalau sudah 'jadi', harga ayam bangkok bisa mencapai jutaan. Saya pernah jual Rp 5 juta,'' aku Sumarlan.
Ciri ayam jago bangkok yang bagus, punya ndhas-ndhasan (kepala) njeruk purut,awak-awakan (badan) panjang, cekelan (pegangan) ambles, supit (pantat) rapet,suku (kaki) mblimbing untuk ayam bangkok ternak, dan biasa untuk jenis aduan.
Adapun jalu atau tajinya harus landhep, dan cakar-nya njeber. Sementara itu ayam babon yang ideal untuk pranakanndhas-ndhasan-nya nggempeloawak-awakan-nya panjang, dan suku-nya mblimbing.
Para pembeli tak hanya berasal dari Semarang, tetapi juga dari kota-kota lain di Jawa Tengah, bahkan luar Jawa.
''Sering ada penumpang kapal dari Kalimantan yang mendarat mampir ke sini.''
Selain jual beli, para pedagang ternyata juga menyewakan ayam-ayam dagangan mereka sebagai lawan tanding ayam aduan. Sekali kalangan, penyewa harus membayar Rp 25.000-30.000.
''Tapi kalau sampai mati, penyewa harus mengganti sesuai dengan harga ayam yang disewa itu,'' ujarnya. (Rukardi-84n)

Sumber : Suara merdeka 2004

TIADA YANG BARU DI PASAR GANG BARU ( TETEP ASELI KOYOK JAMAN MBIYEN )

Pasar Tradisional Gang Baru

Salah satu yang menarik di Kawasan Pecinan Semarang adalah Pasar Tradisional Gang Baru, pasar yang terletak di sepanjang jalan Gang Baru ini menghabiskan lorong jalan dari ujung sampai ke ujung, bahkan setiap rumah yang berada di jalan Gang Baru pun hampir 90% digunakan sebagai toko. Pasar ini dapat diakses melalui jalan Wotgandul Timur atau lewat jalan Gang Warung.
Pasar tradisional Gang Baru yang sudah berumur puluhan tahun ini menyediakan berbagai kebutuhan sehari – hari mulai dari bahan makanan, obat – obatan tradisional, pakaian, hingga perlengkapan upacara ritual masyarakat Tionghoa. Setiap hari mulai pukul 5 pagi, pasar Gang Baru sudah mulai menggerakkan nadi kehidupan, sesak dengan pedagang yang datang membuka lapak disini, waktu yang ideal untuk berbelanja di pasar adalah sekitar jam 6 pagi – 10 pagi, setelah jam 10-an biasanya pasar sudah mulai lengang, karena para pedagang pasar sudah mulai kehabisan stok dan sudah ada beberapa yang memberesi lapaknya, pasar ini masih buka sampai sore hari karena ada beberapa pedagang yang tinggal dan membuka toko di rumah di sepanjang jalan Gang Baru masih menggelar dagangannnya, hanya saja yang dijual lebih banyak untuk keperluan yang terkait dengan masyarakat Tionghoa dan jenis makanan atau minuman masa kini.


Ji Kao Meh
Ada satu agenda unik tahunan di pasar Gang Baru, sehari sebelum hari terakhir penanggalan China atau tanggal 29 bulan 12 kalender Imlek, pasar Gang Baru buka sehari semalam dan selalu ramai dipadati pengunjung hingga pagi hari. Tradisi ini disebut oleh penduduk pecinan sebagai acara Ji Kao Meh (Malam tanggal 29), berbagai jenis keperluan upacara menyambut tahun baru Imlek tersediakan di pasar ini.
Salah satu menu wajib untuk upacara tahun baru Imlek adalah wat kwee, sebuah kue mangkok berukuran besar dan berwarna merah segar. Kue ini hanya akan ditemui di Gang Baru pada malam hari tanggal 29 itu saja. Hidangan khas lain yang selalu tersaji pada hari – hari menjelang tahun baru Imlek adalah kue keranjang, kue manis terbuat dari beras ketan dan gula jawa.
Sejak dua tahun terakhir, kegiatan pasar malam Ji Kao Mee menjadi semakin meriah karena dipadukan dengan kegiatan Pasar Imlek Semawis yang digelar disepanjang pecinan Semarang. Anda dapat menemukan berbagai pernik – pernik unik untuk menyambut datangnya tahun baru Imlek disini, termasuk juga berbagai bunga segar yang didatangkan langsung dari perkebunan disekitar Semarang.


Yang unik dari Pasar Tradisional Gang Baru :
  • Pasar ini tidak seperti pasar Johar ataupun pasar Peterongan atau pasar Bulu (sudah dibongkar) yang bercirikan bangunan pasar, melainkan memanfaatkan jalanan sebagai area berjualan.
  • Pasar ini bila telah usai sekitar jam 12-an, jalan Gang Baru sudah dapat dilewati oleh kendaraan bermotor.
  • Pasar ini dahulu sempat dikenal sebagai “pasar babi”, karena pedagang daging babi tidak boleh bercampur dengan pedagang daging lainnya, sehingga masyarakat semarang yang ingin membeli daging babi harus ke pasar Gang Baru.



Menelusuri pasar Gang Baru dari ujung ke ujung akan membuat Anda melihat banyak bahan makanan olahan moderen hingga makanan khas tradisional dari masyarakat Tionghoa maupun khas Jawa dijual oleh para pedagang. Pasar ini boleh dikatakan rupa wajah Indonesia yang sebenarnya. Tak ada salahnya bila Anda sempat berkunjung ke kota Semarang, jangan lupa untuk menelusuri salah satu pasar tradisional yang memiliki kekhasan berbeda di kawasan Pecinan ini.

Sumber : www.semarangkota.com 

BUDAYA NYANDU TEMPO DULU

Jaringan-museum » Gambaran Pengguna Narkoba di Jawa (Jogja) Masa Lalu

07 Feb 2012 07:56:00
Gambaran Pengguna Narkoba di Jawa (Jogja) Masa Lalu
Berikut ini adalah gambar atau foto dari orang-orang yang sedang menghisap opium atau candu. Dalam bahasa Jawa aktivitas semacam ini disebut dengan ”nyeret”. Alat penghisap candu di Jawa dikenal dengan nama ”bedudan”. Mungkin alat ini menjadi merupakan cikal bakal ”bong”, yakni alat menghisap candu generasi sekarang.

Menurut wikipedia.org candu dikenal dengan nama lain, yakni candu, apiun, atau dalam bahasa slang Inggris disebut ”poppy”. Tanaman opium yang menghasilkan getah opium sendiri memiliki nama latin ”Papaver somniferum L. Atau P. Paeonofllorum”. Bunga dari opium biasanya disadap getah putihnya untuk bahan utama candu. Jika getah itu diekstrak lagi dan akan menghasilkan morfin. Morfin yang diekstrak lebih lanjut akan menghasilkan heroin. Limbah heroin yang diekstraksi akan menghasil narkotika jenis sabu.
Getah opium ini marak dikonsumsi di Hindia Belanda pada tahun-tahun 1860-an seiring dengan pemasaran candu yang dimonopoli pemerintah Belanda serta sepertinya dilegalkan penjualannya. Sekalipun demikian, Belanda menyerahkan penjualan candu tersebut kepada bandar-bandar sebagai semacam agennya. Bandar-bandar yang mayoritas terdiri dari orang-orang Tionghoa (yang biasanya merangkap menjadi opsir) itu mendapatkan tender untuk menjadi bandar pada lelang tender yang terbuka dan diselenggarakn oleh pemerintah Belanda. Belanda bisa meraup utnuk banyak dari perdagangan candu ini. Demikian pula dengan para bandar.
Banyak bandar mendirikan rumah-rumah khusus untuk jual beli dan mengkonsumsi candu. Hingga saat itu keberadaan candu dianggap sebagai sesuatu yang ”biasa”. Mungkin malah seperti adanya rokok di zaman sekarang. Barang yang notabene dapat mengganggu kesehatan ini dikutuk sekaligus dibutuhkan karena menghasilkan pemasukan pada keuangan negara.

Roemah tjandoe paling tersohor seantero djawa tempoh doeloe 

terowongan candu
Terowongan kecil (ukuran asli lebih lebar) sebagai pintu keluar masuk candu untuk diangkut dari/ke perahu ke/dari dalam gudang penyimpanan rumah candu

jalur candu Lasem
Pintu belakang rumah candu dengan akses langsung ke sungai sebagai jalur transportasi candu

Banyaknya orang mengkonsumsi candi di Jawa waktu itu (termasuk Yogyakarta) telah mengakibatkan kerusakan di masyarakat. Masalahnya candu tidak hanya dikonsumsi oleh orang yang berlebihan dalam hal keuangan, namun juga dikonsumsi oleh orang-orang yang hidup secara pas-pasan. Akibatnya hidup mereka serta keluarga mereka menjadi tidak terurus. Orang pun sering teler dan bertingkah tidak wajar karena ketagihan candu. Tidak mengherankan juga jika kemudian muncul istilah ”kecanduan” dalam kahasanah bahasa Indonesia yang artinya kurang lebih sama dengan ketagihan. Artinya, orang yang bersangkutan menjadi sangat tergantung pada benda yang namanya ”candu”. Sebelum dapat menikmati apa yang membuatnya menjadi lepas atau ”terbang” (sejenak), ia akan terus merasa tersiksa, sakit, depresi, dan ketagihan pada benda (candu) tersebut. Itulah yang disebut sebagai kecanduan.
Pada masa lalu orang-orang yang madat atau menghisap candu di rumah-rumah candu umumnya juga ditemani dengan camilan berupa irisan hati ayam yang digoreng plus teh nasgithel (panas, legi, kenthel). Mungkin inilah bagian dari gaya hidup hedonis masa lalu yang disokong Belanda sekaligus sebagai media mereka untuk mengeduk uang di tanah koloninya.
Gambar berikut menunjukkan sebagian keadaan dari mereka ketika tengah ”terbang” dan mengawang-awang dalam pengaruh candu. Perhatikan ekspresi mereka. Demikian juga dengan keadaan tubuh mereka. Sikap santai dan tatapan kosong mereka seolah ingin mengatakan bahwa masa depan tidak perlu dipikirkan. Hal yang mereka pikirkan adalah kekinian. Saat ini. Detik ini: nikmat, nyaman, rileks, sekaligus tidak bertanggung jawab dan ”luweh” pada keadaan sekitar dan masa depan. Perlu diketahu bahwa foto atau gambar ini dibuat pada kisaran tahun 1897.
a.sartono
sumber: L. Th. Mayer, 1897, Een Blik in Het Javaansche Volksleven, Leiden: Boekhandel en Drukkerij.



Artikel ini merupakan Hak Cipta yang dilindungi Undang Undang - Silahkan Mencopy Content dengan menyertakan Credit atau link website http://www.tembi.net - Rumah Sejarah dan Budaya 

Saturday, October 26, 2013

SUMPAHE PARA PRAJA ( 28 OKTOBER 1928 )



SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA ( 28 OKTOBER 2013 ) 
SEMOGA PARA PEMUDA BISA MEMBERIKAN KARYA TERBAIKNYA UNTUK NEGARA INDONESIA TERCINTA..........


Thursday, October 24, 2013

IMPIAN BESAR BLOGGER GOJEG SEMARANGAN
UNTUK KAWASAN KOTA LAMA DI MASA YANG AKAN DATANG
 (MUGA-MUGA WAE ISO KEWUJUD ) 


  • Semoga saja kawasan kota lama bisa dikosongkan dari aktivitas riwa-riwi kendaraan bermotor ( omprengan/kol, sepeda motor,truk,bis,mobil,dan jenis transportasi bermesin lainnya yang dirasa sangat menganggu aktivitas wisata sejarah dan budaya yang dilakukan oleh para turis asing dan domestik ) LHA PIYE RA NGANGGU ....SABEN MEH JUPUK FOTO UTAWA GAMBAR BANGUNAN KUNO..MOBIL LAN BROM PIT SLIWAR-SLIWER SAKPENAK UDELE DHEWE...PADAHAL SAKJANE DAERAH WARISAN BUDAYA KAYATA KOTA LAMA ISO DINIKMATI LAN DUDU AGAWE MATI TO NDA...

  • Semoga saja di masa yang akan datang hanya sepeda onthel ,becak wisata, dan dokar saja yang bisa digunakan sebagai sarana transportasi resmi untuk masuk ke kawasan kota lama........WUENAK TO ISO RIWA-RIWI KOTA LAMA SEMBARI MBECAK,NGEPIT, LAN NDOKAR ......







  • Semoga di masa yang akan datang, kawasan kota lama dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk berkumpulnya para seniman semarang.....Misale : Seniman Tari Semarangan, Seniman lukis, Seniman bidang dagelan( lawakan), seniman di bidang musik tradisi maupun modern............SING PUENTING AKTIVITAS SENI NING KUTHO SEMARANG KUDHU DIGAWEKNO WADAH SUPOYO ISO BERKARYA LAN BERKEMBANG.........LAN SALAH SAWIJINE PANGGONAN SING COCOK YO NING "KOTA LAMA " 





  • Semoga di masa yang akan datang, semakin banyak lahan hijau berupa taman dengan fasilitas penunjangnya yang lengkap di kawasan sekitar kota lama Semarang.....karena selama ini kawasan taman yang menjadi andalan kota Lama hanyalah Taman Sribunting samping gereja Blenduk.....KAN PENAK SAKJANE YEN KAWASAN KOTA LAMA ISO IJO ROYO-ROYO NEH KOYO JAMAN WALONDO MBIYEN......PORO TURIS ISO LUNGGUH-LUNGGUH NING TAMAN,MOCO BUKU ,DOLANAN LAYANGAN,LAN AKTIVITAS REKREASI LIYANE........



  • Semoga di masa yang akan datang...seluruh bangunan kuno di kota Lama bisa dibenahi kondisinya dan kalau perlu bisa dimanfaatkan agar tidak mangrak bangunannya karena alasan tidak ada yang merawatnya................OJO NGANTI NALIKA ONO TURIS MAMPIR...KONDISI BANGUNAN KOYOK BANGUNAN ANGKER,MEH AMBRUK,KUSEM,JENDELO LAN LAWANGE SEMPAL, TEMBOKE NGELUMUT KABEH.....LAN KONDISI MENGENASKAN LIYONE.......

Segera Ambruk!!!!!


Cat Kusam seakan-akan kehilangan kemolekannya....


Tak terawat!!!!!


Nglumut kabeh temboke!!!!!!

  • Semoga di masa depan , Saya bisa mendengar alunan musik tradisi di sekitar kawasan kota lama...entah itu keroncong,gambang semarang,kerawitan..atau mungkin musik-musik yang lainya........................KOYOKE PUENAK TENAN....ISO MUTER-MUTER KOTA LAMA KARO NGERUNGOAKE IRINGIN MUSIK TRADISI........PASTI BAKAL NARIK PERHATIAN TURIS MONCO LAN LOKAL........



  • Semoga di masa depan......pemilik ukm dan para pedagang makanan khas semarang bisa berjualan di sekitar kota lama........Tapi dengan syarat harus mau menempati kios resmi dari pemkot yang telah ditata apik di kawasan sekitar kota lama................yang berani melanggar,ditertibkan saja dan kalau bisa diberi sanksi berupa ditarik ijin jualannya di kawasan wisata kota lama...........................SING DODOL ISO MACEM-MACEM, MISALE LAPAK TAHU GIMBAL, TAHU PONG, PECEL, SEGO GORENG LAN BABAT ISO, GUDEG, BAKMI JOWO,SATE, ADOL KAOS SEMARANGAN, BATIK SEMARANG, WINGKO BABAT, BANDENG LAN OLEH-OLEH LIYANE SING MARAI NGANGENI MARANG KUTHO SEMARANG............................



SEMOGA BISA TERWUJUD DAN TERLAKSANA.....................AMIEEEEN.....



Wednesday, October 23, 2013

NYUMET TENG-TENGAN ( MENYALAKAN TENG-TENGAN )

Teng-tengan, Tradisi Ramadan khas Semarangan
yang Terus Dilestarikan
Selasa, 30 Juli 2013 | 11:28

Junarso dan teng-tengan buatannya.


Junarso dan teng-tengan buatannya. 

[SEMARANG] Setiap bulan Ramadan tiba, mainan yang satu ini pasti akan hadir melengkapi indahnya warga Kota Semarang menjalankan ibadah puasa. Ya, teng-tengan, mainan khas Semarangan ini hanya dapat dijumpai saat bulan puasa. Di luar bulan ramadhan, praktis sulit dijumpai, kecuali pesan terlebih dulu. 

Teng-tengan dulu dikenal dengan nama damar kurung. Konon, damar kurung merupakan adaptasi dari lampion, simbol keberuntungan dan kesempurnaan warga Tionghoa. Mainan mirip lampion itu berbentuk persegi delapan, terbuat dari bilah bambu dan kertas minyak putih. Pada bagian tengah rangka diletakkan lengkung kulit bambu, berfungsi sebagai sumbu, tempat gambar-gambar kertas dilekatkan. Di atasnya ada kipas yang terbuat dari kertas koran.





''Jika api lilin yang ada di dasar damar disulut, kipas itu akan bergerak didorong oleh asap yang keluar. Kalau kipas berputar, gambar-gambar kertas yang ada di bawahnya juga turut berputar,'' tutur Junarso sambil mempertontonkan putaran bayangan dalam damar kurung.

Dari luar, bayangan kerbau, naga, petani, gerobak, penari, burung, becak, bahkan pesawat tampak bergerak. ''Tidak semua orang bisa membuat teng-tengan. Kalaupun bisa membuat rangkanya, tak banyak yang bisa memutar mainan ini dengan baik,'' lanjutnya.

Kemampuan membuat teng-tengan diturunkan oleh ayah Junarso, Ali Tarwadi. Tahun 1975-an Tarwadi mewarisi keahlian membuatnya dari tetua kampung yang sama, Sudarno dan Rokijah.

Meski meneruskan tradisi warisan orang tuanya, Junarso mengaku tidak cukup paham soal cerita asal muasal teng-tengan. Sepengetahuannya, sejak kecil dia mengenalnya sebagai mainan yang banyak dijual saat Ramadan tiba.

''Seingat saya, dulu banyak pedagang damar kurung dari kampung ini. Sejak kecil saya terbiasa menjajakan teng-tengan ke kampung-kampung,'' katanya.

Tiap pagi hingga petang, belasan pemuda berkumpul di ruang tamu rumah Junarso. Ada yang bertugas meraut bambu, menipiskan, dan memasang rangka teng-tengan. Menjelang sore, Junarso menjualnya keliling kampung. Dalam sehari, rata-rata 40-50 teng-tengan atau damar kurung bisa dihasilkan.

Hanya dengan berjalan kaki, Junarso menjelajahi kampung-kampung, mulai dari Gedungbatu sampai Simpanglima, menjajakan dagangannya seharga Rp 4.000-Rp 5.000-an. 
”Kami ingin melestarikan tradisi ini agar jangan sampai punah,” tutur Junarso. [142]

Sumber : www.suarapembaruan.com



TURUT MANGAYU BAGYA ATAS PELANTIKAN WALIKOTA BUMI LUMPIA


20131021_hendra-prihadi-dilantik-menjadi-walikota-semarang_8884.jpg

PANULIS BLOG GOJEG SEMARANGAN 
TURUT MANGAYUBAGYA
ATAS PELANTIKAN 
BAPAK HENDRA PRIHADI 
SEBAGAI WALIKOTA SEMARANG 
PADA TANGGAL 21 OKTOBER 2013 
SEMOGA BISA MEMBAWA PERUBAHAN YANG BERARTI BAGI KEHIDUPAN WARGA DI BUMI LUMPIA 

20131021_hendra-prihadi-dilantik-menjadi-walikota-semarang_4553.jpg

Pelantikan Walikota: Usai pelantikan Walikota Semarang, Hendra Prihadi (jas putih) menyapa warga di halaman Gedung DPRD Kota Semarang, Jalan Pemuda, Jateng. Senin (21/10/2013). Hendra Prihadi atau yang akrab disapa Hendi resmi dilantik Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menjadi Walikota Semarang masa jabatan 2010-2015, menggantikan mantan walikota Semarang Soemarmo yang terlibat kasus suap anggaran RAPBD 2012. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)