Monday, December 28, 2015

EDISI SPESIAL NATAL DAN TAHUN BARU 2016 :Yuk Belajar Makna Toleransi....

BELAJAR DAN MENGHAYATI MAKNA TOLERANSI SECARA NYATA DARI KEHIDUPAN MASYARAKAT KRISTEN BETAWI KAMPUNG SAWAH 

Prosesi Kebaktian Jemaat menggunakan pakaian demang khas Jakarta  

Selama ini yang selalu terlintas didalam benak Saya ketika berbicara mengenai masyarakat betawi adalah selalu identik dengan tiga hal utama yaitu kewajiban atau tradisi masyarakatnya yang selalu giat mengaji, belajar silat teknik  betsi, dan kebiasaan berpantun ria ala tradisi palang pintu dalam penerimaan keluarga besan penganten Betawi, seperti halnya yang tertulis kocak didalam lirik lagu soundtrack sinetron Si Doel Anak Sekolahan yang eksis di tahun 90-an yang memang menggambarkan bahwa etnis asli Jakarta ini memang selalu identik dengan sosok yang religius dan pandai bela diri  (Aduh sialan, ini si Doel  anak Betawi asli..kerjannya sembahyang mengaji..tapi jangan bikin dia sakit ati...loe diberi sekali orang bisa mati...). Tapi setelah menyaksikan acara "Nusantara kini" edisi spesial natal di Jawa Pos TV pada tanggal 27 Desember 2015, membuat pemikiran Saya pribadi menjadi bergeser sedikit mengenai keterkaitan abadi antara eksistensi kaum Betawi sebagai komunitas Islam yang murni, hal itu dikarenakan di beberapa wilayah Jakarta ternyata ditemukan pula komunitas Betawi asli yang beragama Kristen Protestan. Sebagian besar dari mereka tinggal di kawasan Kampung Sawah Besar yang terletak tak jauh dari pusat pemerintahan nasional negara ini

Bentuk Fisik bangunan gereja Sawah Besar kini 

Ornamen betawi pada bagian atap Gereja Pasundan Sawah Besar
 
Di era kolonial Belanda, keberadaan kampung sawah besar tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kependudukan bangsa Belanda asli yang diikuti pula oleh eksistensi kaum misionaris gereja yang memiliki peranan untuk menyebarkan agama kristen Protestan di tanah Batavia era itu. Pada abad ke 18 atau dipertengahan tahun 1860an, mayoritas dari kaum kulit putih memutuskan untuk mulai tinggal dikawasan pinggiran jakarta, hal itu dikarenakan pada waktu itu kawasan Sawah Besar masih tergolong sebagai kawasan hunian idaman yang asri dan jauh dari hiruk pikuk kesibukan aktivitas pemerintahan kolonial yang mengurangi unsur ketenangan dalam hidup. Oleh karena itu kawasan sawah besar yang banyka dikelilingi bukit-bukit kecil dan hamparan sawah dan ladang yang menghijau menjadi alasan banyak oarang Belanda tinggal disana.
Ketika melakukan perpindahan ke kawasan hunian baru, tentunya unsur-unsur kehidupan lama si Meneer dan Sinyo tidak bisa ditinggalkan begitu saja, termasuk dalam hal berbau keagamaan yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan religius mayoritas orang Belanda kala itu, oleh karenanya disekitar hunian kompeni Belanda yang berjejer rapi di kawasan Sawah Besar pada pertengahan abad ke 18, dibangun pula fasilitas penunjang peribadatan warga kolonial berupa sebuah gereja Besar yang diberi nama "Gereja Kristen Pasundan Kampung Sawah Besar" yang diresmikan pada tahun 1870-an oleh para misionaris Belanda kala itu yang bertujuan untuk memperkenalkan agama kristen kepada masyarakat luas .  Al hasil, setelah diperkenalkan ke masyarakat, hingga akhir abad ke 20, tercatat dalam data hasil sensus penduduk Indonesia bahwa hampir 60% warga kampung Sawah besar yang beretnis Betawi asli beragama mayoritas Kristen Protestan, maka tak aneh jika masyarakat pinggiran jakarta kerap menyebut wilayah Sawah Besar sebagai Kampung Betawi Kristen

                 Tradisi Palang Pintu disaat hari raya natal berguna menyambut kedatangan jemaat 

Dalam melaksanakan peribadatan yang sesuai iman kristen yang dianut hingga kini, warga Sawah Besar memiliki ritual peribadatan yang sedikit berbeda dengan gereja kristen lainnya, hal itu tampak dari penggunaan unsur-unsur kebudayaan Betawi yang kental didalam pelaksanaan ritual-ritual keagamaan, semisal penggunaan musik Gambang Kromong untuk mengiringi paduan suara gereja, penggunaaan bahasa betawi dalam ceramah para pendeta, hingga tradisi bertukar dodol betawi disaat perayaan natal sebagai simbol persahabatan dan kemakmuran sesama umat Kristen Sawah Besar.
Di era kejayaannya di tahun 50an hingga 90an, tradisi bertukar dodol merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan oeh umat gereja kala itu, bahkan seorang pembuat dodol betawi asli Sawah Besar menuturkan bahwa dirinya pernah mendapat order atau pesanan dodol hingga 55 liter atau jika sudah dikemas menjadi 200 baskom plastik sedang dodol di H-2 Natal yang membuatnya kewalahan, tapi memasuki era 2000-an, tradisi tukar dodol mulai ditinggalkan dan digantikan oleh tradisi bertukar parsel modern yang berisi perabot rumah tangga dan kue-kue kering yang terlihat lebih menarik dan praktis.

Masjid Sawah Besar yang berdiri dekat gereja

Itulah tadi sekelumit kisah mengenai eksistensi komunitas kristen sawah Besar Jakarta , Walaupun warga Kristen Betawi Sawah Besar memiliki agama yang berlainan dengan kelompok Betawi Mayoritas yang beragama Islam dan tersebar diseantero Kota Jakarta, warga sawah Besar bisa Saya katakan sangat jempolan didalam membina hubungan antar umat beragama, hal itu terbukti dari munculnya radio komunitas dan Koran Komunitas bertagline" Ngelestariin Pesodaraan" yang dikelola secara bersama-sama oleh kelompok pemuda Betawi Islam dan Kristen Sawah Besar .  Al hasil, selama ini hubungan antara kedua agama ini menjadi rukun-rukun Saja, walaupun letak dari gereja Pasundan sawah besar tak jauh dari lokasi Masjid YASPI Al-Jauhari .
Semoga bangsa kita semakin bijak didalam menyikapi perbedaan yang ada dan semakin menerima pluralitas sebagai bagian dari khasanah nilai-nilai keindonesiaan yang hakiki dan abadi tanpa mempermasalhkan "Siapa kamu" dan "Siapa Saya"

TERIMA KASIH DAN SELAMAT NATAL 2015 SERTA TAHUN BARU 2016

  

Friday, December 25, 2015

SELAMAT NATAL 2015


SELAMAT HARI RAYA NATAL TAHUN 2015, SEMOGA DAMAI NATAL DAPAT MENYERTAI KEHIDUPAN SOBAT KRISTIANI SEMUANYA DAN DI TAHUN YANG BARU AKAN MENJADI PRIBADI YANG LEBIH BAIK DARI KEMARIN

Sunday, December 20, 2015

SELAMAT PAK HENDI DAN BU ITA ......



MAS BLOGGER GOJEG SEMARANGAN TURUT BERBAHAGIA DAN MENGUCAPKAN SELAMAT ATAS KEMENANGAN BAPAK HENDRAR PRIHADI DAN IBU ITA DALAM PILWALKOT KOTA SEMARANG 2015, SEMOGA MENJADI PEMIMPIN YANG AMANAH DAN DAPAT MENJADIKAN SEMARANG SEMAKIN SETARA DAN MEWUJUDKAN SEMARANG HEBAT......

KEJAYAAN WAYANG BETAWI DI ERA MODERNISASI IBUKOTA NEGERI

WAYANG BETAWI : DULU DISAYANG DAN KINI ENGKAU MULAI TERLUPAKAN 



Memang tragis melihat perkembangan kesenian tradisi di tanah nusantara tercinta, perlahan-lahan satu persatu budaya asli bangsa ini mulai tergerus dan tercerabut dari tanah perkembangannya sendiri akibat virus modernisasi luar negeri yang mewabah tanpa pandang bulu dan suku...tidak terkecuali dengan tanah Jakarta yang di era dulu kerap kita kenal sebagai daerah percampuran budaya akulturasi yang apik dan unik..seperti halnya kemunculan ikon budaya hiburan rakyat lenong betawi yang legendaris, gambang kromong yang mengalun merdu di setiap kampung, dan seni tanjidor yang berkumandang di acara hajatan khas betawi mulai menghilang dari peradaban kota metropolitan ini...Ternyata selain ketiga ikon budaya asli betawi di atas, Jakarta juga memiliki kesenian rakyat berupa wayang kulit dan golek Betawi, cukup janggal dan aneh rasanya..karena selama ini, Saya pribadi hanya mengenal bahwa perkembangan wayang di Indonesia itu hanya dapat kita temukan di tataran tanah Parahyangan (Sunda), Jawa, dan Bali..Tapi fakta berkata lain guys, ternyata perkembangan wayang di tanah Betawi sudah ada sejak jaman kolonial lho, hal itu Saya ketahui dari acara khasanah budaya negeri di Nusantara TV yang membahas secara terperinci mengenai eksistensi wayang betawi di ibukota negara kita tercinta ini...Menurut keterangan dari Bapak Surya Bonang (Maestro Dalang Wayang Kulit Betawi) dalam wawancara dengan tim dari Nusantara TV, mengatakan bahwa kehadiran wayang kulit Betawi tidak bisa dilepaskan dari kehadiran orang-orang perantau dari tanah Jawa di era kejayaan Batavia dulu.  Di awal kehadirannya, Wayang kulit yang ada di Batavia memang banyak dipengaruhi unsur kejawa-jawaan..Tetapi seiring dengan perkembangannya, wayang kulit Jawa yang berkembang di Jakarta ela kumpeni Belanda lama-kelamaan bertransformasi menjadi ikon baru berjuluk wayang kulit Betawi yang menggunakan bahasa Betawi sebagai bahasa pengantar cerita wayangnya, hal itu memang perlu dimaklumi, karena pada masa Batavia dulu, mayoritas penonton hiburan wayang Betawi memang kebanyakan berasal dari orang Betawi asli itu sendiri yang tidak paham dengan bahasa Jawa Krama dan lebih sering bercakap-cakap dengan bahasa Betawi atau Melayu Pasar...Sedangkan kalau dari segi ceritanya, wayang kulit Betawi selalu berkisah mengenai kehidupan masyarakat jakarta era itu (misalnya dahulu kala, pernah dipentaskan mengenai keberhasilan Si Pitung didalam mengusir Kumpeni dari tanah Jakarta), yang tentunya lebih cocok diceritakan kepada masyarakat pendukung kebudayaan Betawi, ketimbang harus bercerita mengenai kisah klasik wayang Jawa mengenai epos Mahabarata dan Ramayana yang belum tentu bisa dipahami dan diterima oleh masyarakat Jakarta dikarenakan alurnya yang terlalu berbelit-belit dan ragam tokoh pewayangannya yang terkesan asing di mata orang luar Jawa ... Oleh karenanya, ketika sampai di Betawi, Wayang Kulit Jawa bertransformasi menjadi Wayang kulit betawi yang bertutur mengenai kisah Betawi asli dengan diiringi musik Gambang Kromong khas Jakarta yang apik dan membawa kesan Betawi yang kental....
Menurut keterangan dari Bapak Surya Bonang, eksistensi wayang betawi mulai meredup kejayaannya seiring dengan berkembangnya teknologi televisi di era tahun 1990an yang memberikan hiburan alternatif baru kepada masyarakat era itu, kehadiran kisah telenovela hingga drama India bersambung mulai menggeser kehadiran wayang Betawi di kalangan masyarakat....Jika dahulu pada saat era kejayaan Wayang Betawi di tahun 70 hingga 80an, Di setiap bulannya, Bapak Surya dan tim selalu kebanjiran job pentas tiada henti , bahkan pernah dalam waktu 3 bulan , Beliau hanya diberi waktu istirahat 5 hari saja oleh si pemilik hajat guna melepas rindu dan bertemu dengan anak istri dirumah....Tetapi kini, nasib berkata lain, munculnya beragam alternatif hiburan khas perkotaan yang terkesan terbarukan dan bernuansa kekinian, perlahan mulai menggerus kejayaan wayang Betawi yang dulunya sangat disayang oleh masyarakat tetapi kini tinggal menjadi kenangan masa yang terlupakan...     



Selain kisah Bapak Surya sang maestro wayang kulit Betawi, Mas Blogger juga ingin berbagi kisah mengenai maestro Wayang golek Betawi yang nasibnya kini tak jauh berbeda dengan nasib Bapak Surya Bonang...Di Jakarta sendiri, selain diramaikan oleh khasanah perkembangan wayang kulit Betawi, ternyata kota ini juga memiliki kesenian wayang model lain berjuluk wayang golek Betawi yang tentunya cukup berbeda dengan eksistensi wayang golek dari tanah Sunda, Maestro wayang golek betawi ini bernama bapak Tizar Purbaya yang merupakan warga asli Betawi. menurut beliau, perkembangan wayang golek Betawi tidak bisa beliau lepaskan dari fenomena kerusuhan 1998, saat itu dirinya memang berprofesi sebagai spesialis pembuat wayang golek karakter modern, sebelum fenomena kerusuhan meletus, dirinya sempat mendapat banyak pesanan wayang karakter oleh wisatawan Inggris dan belanda untuk souvenir di negara mreka, Tetapi setelah semuanya jadi, Peristiwa kerusuhan menjadi heboh dan membuat seluruh pemesannya tadi menjadi pulang cepat-cepat ke negara asalnya, alhasil wayang pesanan mereka tak jadi dibeli dan diambil oleh para turis asing tersebut dikarenakan mereka semua telah hengkang dari tanah Jakarta...Melihat kondisi ini, Pak Tizar menjadi bingung dan gundah gulana.."mau diapakan wayang golek berwajah orang bule-bule asing ini, dijual ke orang lain paling juga tidak ada yang membeli dikarenakan bukan figur wayang golek dari tokoh terkenal dunia melainkan hanya wajah orang bule biasa yang memintanya secara khusus dibuatkan wayang diri mereka oleh Pak Tizar"....
  
 
Tetapi suatu hari, terlintas di pikiran beliau untuk memanfaatkan wayang-wayang golek berwajah bule ini untuk pementasan wayang golek dengan cerita khas Jakarta yang memang banyak memerlukan wayang berkarakter wajah bule seperti yang kini telah dibuatnya sebagai tokoh kompeni belanda dan anak-anak buahnya ...Maka terciptalah pementasan perdana wayang golek Betawi pada tahun tahun 2001 yang mengangkat kisah Si Manis Jembatan Ancol yang kebetulan disaksikan pula oleh Bapak Sutiyoso sebagai Gubernur Jakarta era itu..Al hasil kreasi wayang khas betawi ini semakin diminati oleh masyarakat dan ceritanya semakin beragam dan berkembang sesuai kemajuan jaman ( seperti halnya kisah Si Jampang, Pitung, Nyai Dasimah, Si Mandor Juki, Kolor Ijo, Samson Betawi dan lain-lainnya)....Dalam setiap pementasannya , wayang golek ini selalu diiringi musik gambang kromong pula dan tak lupa sang dalang mengenakan baju demang khas Kota jakarta.....Tetapi seiring kemajuan jaman, wayang golek betawi ini juga mulai dilupakan dan ditinggalkan peminatnya yang sudah berpindah ke hiburan alternatif lain (seperti musik barat, konser band luar negeri, dan budaya K-Pop) yang melegenda dan digandrungi di era modern , bahkan di tahun 2015 kemarin, disaat orang betawi lagi punya hajat HUT Jakarta dan Lebaran Betawi , Bapak Tizar tak menerima panggilan pentas satupun dari pihak pemkot maupun orang biasa..memang sungguh kejam kemajuan jaman ini..seni tradisi perlahan mulai menghilang seiring masuknya budaya asing ke tanah Nusantara....

SEKIAN DAN TERIMA KASIH.....
TETAP LESTARIKAN BUDAYA BANGSA 


Thursday, December 17, 2015

KAMPUNG DOLANAN : BERTAHAN DI TENGAH GEMPURAN MODERNISASI MAINAN ANAK

  

Hari ini di acara Ala Indonesia TV One, Saya menyaksikan tayangan yang cukup menarik untuk dibagikan kisahnya kepada kenang dan denok semua..mengapa Saya bilang menarik ? karena pada kesempatan kali ini, Saya ingin berbicara mengenai eksistensi kampung dolanan tradisional di Desa Pandes Yogyakarta, yang masih bisa bertahan di tengah arus modernisasi model mainan era kekinian yang bernuansa "kegadget-gadgetan" .
Kampung Dolanan Pandes berdiri pasca peristiwa gempa Yogya pada tahun 2006 lalu, pendirian kampung dolanan ini pada awalnya bertujuan sebagai program "trauma healing" atau penyembuhan trauma psikologis bagi anak-anakkorban gempa yang masih berusia dini . Di Kampung ini, Para pengunjung sekan-akan diajak kembali ke dekade 50-an atau di era dimana mainan tradisional bernuansa kejawa-jawaan masih terlihat ngehits di kota yang berjuluk Kota Pelajar ini...Bagaimana tidak terkenang masa lalu? ketika masuk ke desa ini, para pengunjung akan disuguhkan dengan akitivitas sebagian penduduk desanya yang berprofesi sebagai pembuat mainan tradisonal, Seperti halnya Mbah Atemo Wiyono dan Mbah Suradi yang tetap setia membuat beraneka macam mainan tradisional yang terkesan unik, antik, dan ngangeni bagi para penikmatnya...mulai dari mainan yang bernama wayang obrong yang terbuat dari kertas kalender bekas, kithiran kayu, hingga othok-othok beraneka warna selalu mereka buat dengan ikhlas hati tanpa mempedulikan kemajuan teknologi mainan terbarukan di era kekinian....pokoknya bagi mereka berdua, eksistensi mainan tradisonal memang harus tetap diuri-uri atau dilestarikan agar tidak pubah tergempur kemajuan mainan modern zaman sekarang

Mbah Atemo sedang membuat kithiran kayunya yan fenomenal...

Mbah Suradi dan hasil karya Wayang obrong-nya yang terkenal

Oh ya..di kampung dolanan Pandes, pengunjung juga dapat mengetahui cara pembuatan mainan secara langsung di rumah para pembuatnya, bahkan kalau sedang beruntung kita dapat belajar langsung mebuat mainan tradisional tersebut dari para maestro pembuat mainan tradisonal...seperti halnya kemahiran bapak Suradi yang sangat pandai dan sangat berpengalaman didalam pembuatan wayang obrong dari kertas kalender. Selama pengerjaannya, beliau tidak membutuhkan sketsa wayang yang digambar pada kertas terlebih dahulu, melainkan beliau langsung mengunting secara langsung dari kertas kalender dikarenakan ia sudah hafal diluar kepala bentuk pola tubuh dari para wayang khas Jawa..wah sungguh hebat bukan????


Lain halnya dengan kisah Mbah Atemo yang pandai membuat kithiran kayu dari limbah bambu yang ia peroleh dari teangganya. menurut keterangan beliau , dalam waktu 15 menit ...dirinya mampu menyelesaikan satu buah kitiran dengan bentuk yang sesempurna mungkin dan dapat berfungsi dengan baik, mungkin bakatnya tersebut sudah bawaan dari kecil ya...Kini Mbah Atemo sudah tidak bisa lagi menjajakan mainannya dengan berkeliling ke pasar-pasar tradisonal di sekitaran Yogya dikarenakan usianya yang semakin renta, melainkan metode membuka warung dolanan di depan rumahnya-lah yang kini dapat menjadi solusi bagi dirinya untuk bertahan hidup. 
Semoga sedikit kisah dari kampung dolanan diatas, dapat mensadarkan kita bahwa sesungguhnya eksistensi mainan tradisonal perlu diperthankan di tengah gempuran mainan gadget canggih yang membabi buta dan terkesan merenggut hak anak untuk bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya......... 

Anak-anak desa Pandes riang gembira bermain mainan tradisonal....



Saturday, November 28, 2015

MARI SUKSESKAN PILWALKOT SEMARANG 2016..SUARA ANDA WAJIB DISUARAKAN.....

 

GUNAKAN HAK PILIH ANDA DALAM PILWALKOT SEMARANG PADA TANGGAL  9 DESEMBER 2015....TERSERAH ANDA MAU MEMILIH SIAPA, YANG PENTING SALURKAN HAK ANDA UNTUK SEMARANG YANG LEBIH BAIK DAN SEMAKIN SETARA....

 
 


Friday, November 27, 2015

GURU BAK PELITA, PENERANG DALAM GULITA JASAMU TIADA TARA......


  
Hari ini mas blogger masih ingin membahas mengenai peranan guru bagi kehidupan kita semua...memang hari guru telah berlalu 2 hari yang lalu , tapi rasanya tak pantas bagi kita semua sebagai murid atau mantan muridnya hanya merayakan euforia hari para pahlawan tanpa tanda jasa tersebut hanya dihari jadinya saja di tanggal 25 November....karena sejatinya, para gurulah yang telah berjuang menjadikan kita untuk menjadi pribadi yang cendekia (berpengetahuan) tanpa mengenal lelah dan berusaha sebisa mungkin agar muridnya tetap berprestasi dan bermoral budi pekerti yang mulia....Oh ya, berbicara mengenai hari guru yang tahun ini bertema "Guru Mulia karena karya"..Saya jadi ingat acara mata najwa di Metro TV semalam yang membahas mengenai peran-peran guru berprestasi dari seluruh penjuru negeri yang didampingi pula oleh kehadiran Bapak Anies Baswedan selaku menteri pendidikan nasional yang masih berusia muda dan sangat menginspirasi bagi diri Saya pribadi....dalam kesempatan wawancara pada kesempatan malam itu, Bapak menteri sempat mengungkapkan bahwa selama ini penerapan metode reward and punishment sudah tidak relevan lagi dengan tuntutan zaman pendidikan kekinian, kenapa dikatakan demikian?..Karena menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yang ada harus dibuat semenarik mungkin tanpa membebani kondisi psikologis siswa..hukuman yang diberikan kepada siswa justru dapat menjadikan siswa menjadi pribadi yang "liar" dan kerap bersikap "sembrono", dikarenakan bisa saja si Murid menjadi menyimpan dendam terselubung yang mungkin saja dapat meledak dikemudian hari bak fenomena bom waktu yang melegenda....
 

Guru memang diperbolehkan untuk menasehati siswanya tapi pantang hukumnya bagi mereka untuk membentak siswanya dengan alasan atau bertujuan untuk mendisplinkan mereka.....karena pada hakekatnya, murid bukanlah robot mahasempurna yang bisa diprogram untuk menjadi pribadi yang super pintar dan displin, setiap individu dari mereka memiliki kharakteristik masing-masing yang tentunya berbeda-beda diantara siswa yang satu dengan lainnya, dan disitulah sejujurnya peran utama guru yang berkewajiban dan berperan untuk mendidik dan mengajarkan mereka semua untuk menjadi pribadi yang pintar dan berakhlak mulia..tapi ingat kata kuncinya yaitu "tidak dengan bentakan, kekerasan, dan hukuman fisik atau hinaan verbal di depan siswa lainnya" yang sangat dimungkinkan dapat mengganggu keadaan psikologis siswa yang bersangkutan...Maka benarlah ada sebuah lagu yang berjudul "Jasamu Guru" yang didalam salah satu bait liriknya berbunyi "Guru Bak Pelita, Penerang dalam Gulita Jasamu Tiada Tara"....sungguh menyentuh sekali bait dari lagu ini, karena guru diibaratkan sebagai pelita (lampu penerang) yang dapat menerangi kehidupan seluruh siswanya yang sedari kecil dibimbingnya guna menjadi pribadi yang bermoral, nasionalis, dan berprestasi...rasanya ucapan terima kasih hendak Saya ucapkan kepada seluruh guru di Indonesia yang telah berupaya untuk mencetak generasi yang berkulitas lewat perjuangan mulia yang mereka lakukan.........  

Tuesday, November 24, 2015

REFLEKSI HARI GURU 2015 : MEREKA MEMANG PANTAS UNTUK DIGUGU DAN DITIRU

GURU : MEREKA MEMANG PANTAS UNTUK DIGUGU DAN DITIRU



Tulisan di blog kali ini, ingin Saya dedikasikan kepada guru-guru hebat yang pernah mendidik saya semenjak di bangku Taman Kanak-kanak hingga SMA.."Guru", mungkin mayoritas dari kita memahami apa definisi dari kata yang satu ini...ketika membayangkan kata tersebut, mungkin yang terlintas dipikiran kita seragam..yaitu merupakan sosok atau seseorang yang telah berjasa dalam kehidupan kita semua dan rela mendidik para siswanya hingga menjadi pribadi yang berguna untuk masa sekarang..ya itu memang menjadi salah satu tugas utama dari kehadiran para pahlawan pembentuk insan cendekia tersebut....Tapi apakah kehadiran mereka masih relevan di era kekinian ? Di kala banyak remaja ataupun anak-anak yang mulai hidup keblinger dan terjerumus ke era modernisasi media yang semakin menggila? Tentu saja, tugas mereka sebagai seorang pendidik masih sangat relevan di era modern seperti sekarang ini, Menurut Saya pribadi...Tugas guru di era sekarang jauh lebih berat dibandingkan dengan guru-guru pada era dahulu...mungkin diantara kita masih ada  beberapa yang mengingat sebuah kalimat plesetan masyarakat jawa jaman dulu yang mengatakan bahwa "guru kuwi yo gaweyane mung mbiji lan njupuk gaji " (Guru itu ya tugasnya hanya memberi nilai dan mengambil gajinya )....

 
  
Tapi Saya kira hal tersebut tidaklah relevan dengan kondisi yang ada dari era sekarang, hal itu dikarenakan pada era kekinian tugas seorang guru tidaklah hanya memberi nilai dan mentransfer ilmu pengetahuannya kepada siswa saja, melainkan tugas guru di era sekarang akan jauh lebih berat , dikarenakan mereka juga harus dapat menjadi agen kontrol sosial bagi kehidupan para siswa ...Lalu apa itu agen kontrol sosial ? Agen kontrol sosial merupakan istilah yang saya gunakan untuk menggambarkan tugas seorang guru yang harus bisa mengawasi segala bentuk perilaku siswanya di dalam lingkungan sekolah maupun diluar lingkungan sekolah..memang bukan merupakan sebuah tugas yang mudah bagi seorang guru..tapi setidaknya saya berharap semua guru di Indonesia mau mencoba metode yang satu ini...Jika berbicara mengenai agen kontrol sosial, Saya pribadi menjadi teringat dengan guru SD saya di SDN Karangrejo 02 Kota Semarang, beliau bernama ibu Kasmiyati yang mengajar Saya di Bangku kelas 6...Jika Saya kaitkan dengan tugas guru sebagai agen kontrol sosial..Bu Kasmiyati bisa saya katakan sebagai jagonya dan sangat patut untuk ditiruoleh bapak dan ibu guru lainnya..bagaimana tidak hebat, beliau rela menyamar menjadi orang lain dan berpenampilan berbeda dari gaya berbusananya sehari-hari hanya untuk patroli atau memantau kehidupan sebagian murid-muridnya dilingkungan tempat tinggal mereka masing-masing..apakah mereka berkelakuan baik atau buruk ketika ada diluar rumah?..bahkan mas Blogger sendiri pernah menjadi korban sidak beliau ketika itu...Pernah suatu hari Saya tidak langsung pulang ke rumah sehabis jam pelajaran usai, melainkan lebih memilih untuk bermain bola terlebih dahulu dengan masih menggunakan seragam SD komplit tanpa salin pakaian terlebih dahulu...Maka keesokan harinya , kalian semua pasti tahu apa yang terjadi? Yuph...Saya langsung dinasehati dengan sedikit nada agak marah dihadapan teman-teman sekelas oleh Bu Kasmiyati ......Ketika Saya dimarahi , dalam hati Saya bertanya dan sedikit penasaran " Kok beliau bisa tahu ya? kan saya mainnya jauh dari lokasi sekolah"....Ternyata setelah pulang sekolah, Saya baru bisa mengetahui jawabannya, yaitu bahwa Bu Kasmiyati memang sering berkeliling kompleks desa hanya untuk mengawasi perilaku murid-muridnya agar bertindak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat...Wow, sungguh hebat ya jasa Bu Kasmiyati...beliau memang pantas untuk digugu dan ditiru...apalagi sekarang profesi Saya sama dengan beliau, yaitu menjadi seorang guru yang selalu menjadi panutan bagi murid-muridnya....terima kasih Bu Kas..jasa-jasamu akan selalu kukenang karena berkat jasa mulia yang Ibu lakukan, Saya bisa menjadi pribadi yang berguna seperti sekarang ini.......
 


                            
 
  Guru Mas Blogger di SMAN 1 Bergas Kabupaten Semarang....

Selamat Hari Guru ..untuk guru-guru Saya Semua ....
Guru TK Saya di TK Trisula 02 Bandar Lampung 
Guru SD Saya di SDN Karang Rejo 02 Kota Semarang  
Guru SMP Saya di SMPN 2 Ungaran Kabupaten Semarang 
Guru SMA Saya di SMAN 1 Bergas , Kabupaten Semarang 
Guru Tempat Saya PPL di SMAN 2 Semarang.......

Jasa kalian akan selalu terkenang sepanjang masa.................. 

Thursday, November 19, 2015

SELAMAT ATAS TERPILIHNYA DUTA WISATA JATENG 2015

 

MAS BLOGGER GOJEG SEMARANGAN MENGUCAPKAN SELAMAT DAN TURUT BERBAHAGIA ATAS TERPILIHNYA MAS HANDITA TIMUR ADLIMA DAN MBAK NADYA RIZKY SETIAWAN SEBAGAI DUTA WISATA JATENG PERIODE 2015.....SEMOGA BISA MENJADI DUTA TERBAIK BAGI WISATA JAWA TENGAH DAN MEMBAWA TAGLINE JATENG GAYENG KESELURUH PENJURU DUNIA.......  

KOTA SEMARANG...TETAP KOKOH DIATAS PERBEDAAN.....

Beberapa hari belakangan ini, berita terbaru yang terkait penyerangan kelompok ISIS di Perancis menyeruak ke seluruh penjuru dunia , ratusan orang banyak yang menjadi korban dan mengalami trauma akibat adanya peristiwa yang mencekam tersebut...kekhawatiran muncul disana-sini, terutama di wilayah negara-negara yang tergabung kedalam kelompok Uni Eropa yang selama ini sangat kontra terhadap kehadiran ISIS di dunia ini....mereka semua cemas dikarenakan sewaktu-waktu bisa saja kelompok ISIS membombardir Kota di wilayah Eropa dengan gencatan peluru modern maupun serangan bom secara brutal tanpa pandang bulu......
  Menengok peristiwa diatas, bersyukur rasanya bagi Saya pribadi bisa dilahirkan di tanah damai bernama Indonesia pada umumnya dan di wilayah Kota Semarang pada khususnya, bisa dikatakan demikian karena kotaku ini memang tempat yang paling toleran dan anti kekerasan di Pulau Jawa (entah itu betul atau tidak..aku cuma mengira-ngira saja dan sesuai pengalaman pribadi)..bagaimana tidak toleran, dahulu pada dekade 90-an akhir , ketika seluruh wilayah di Pulau Jawa dihebohkan dengan fenomena pembantaian dan pemerkosaan masal etnis Tionghoa akibat isu penguasaan ekonomi Indonesia oleh kelompok minoritas (muncul sebutan bahwa orang Tionghoa itu bintang ekonomi) .....Mayoritas etnis Tionghoa yang ada di Kota Semarang tidak merasa begitu terpengaruh dengan fenomena tersebut...kebanyakan dari mereka justru beraktivitas seperti biasanya dan tidak was-was dengan kondisi yang ada.......Hal yang demikian bisa terjadi dikarenakan mayoritas masyarakat Tionghoa di kota Semarang bisa hidup membaur dan bertoleran terhadap sesama manusia yang berasal dari agama lain....Sebagai contoh, dahulu di tahun 2009 ketika masih duduk di bangku SMA, pernah suatu hari Saya mengunjungi perayaan Imlek di kawasan Pecinan Semawis..acara perayaan tahun baru Cina ini berlangsung dari pagi hingga malam, dengan menampilkan berbagai macam seni tradisi khas Tionghoa yang meriah dan diiringi pula oleh hentakan musik barongsai yang bersemangat..tapi yang saya salut dari peristiwa hari itu adalah, dikala jam atau waktu adzan dan sholat lima waktu tiba, seluruh hiburan Tionghoa pada waktu itu berhenti sejenak (ada barangkali sekitar tiga puluh menitan ) untuk menunggu selesainya ritual ibadah umat Islam yang ada di Masjid letaknya hanya beberapa puluh meter dari lokasi Klenteng berada...bahkan aku juga mendengar ada suara sayup-sayup seorang biku (biksu Klenteng) dari dalam Klenteng yang berkata.."mandek sek nang....lagi adzan ning mesjid Kauman....ben tanggane podho ngibadah dhisik, lagi dhewe mengko main maneh "( berhenti dulu nak...sedang ada adzan di mesjid Kauman..supaya tetangga kita yang muslim bisa sholat dulu..sehabis mereka selesai baru kita main atau pentas lagi") ....... dan permintaan pemuka agama Khong Hu Cu tersebut ditanggapi dengan respon yang baik oleh para pelakon pentas Barongsai waktu itu.......
Melihat fenomena hari itu saya merasa takjub dan bangga, karena ternyata di tanah lumpia ini , Saya pribadi masih bisa menemui apa arti kata kebhinekaan yang tunggal ika di tanah air kita tercinta ini...Mungkin kalau di semarang sendiri, nilai-nilai kebhinekaan ini merupakan warisan yang patut untuk dijaga hingga selama-lamanya..karena kalau kita menengok sejarah kota Semarang ke belakang, Kota ini memang berkembang berkat peranan dari warga Tionghoa pendatang dan warga lokal sendiri..ingat peristiwa kedatangan Laksamana Cheng ho kan ? Pada waktu beliau datang ke Semarang, Cheng Ho datang dengan damai tanpa kekerasan..beliau merupakan tokoh yang toleran terhadap perbedaan..bagaimana tidak ? seorang muslim yang taat seperti dirinya harus mengkomandani ribuan armada anak buah kapal yang berasal dari beragam agama kepercayaan leluhur Tionkok sana.......Pokoknya hebat deh...semoga kondisi semarang bisa seperti ini terus untuk selamanya..damai aman dan sejatera lahir dan batin.........Wassalam
 

Sunday, November 15, 2015

Tari Rancak Denok, Tari Kreasi yang Lahir dari Kesenian Topeng

 

Topeng bukan hanya sekadar benda yang menempel pada wajah atau penghias ruangan agar terlihat menawan. Topeng dalam tataran kebudayaan nusantara memiliki sejarah yang panjang, perkakas ini sudah ada sejak zaman pra sejarah. Guratan wajah, warna, dan bentuk topeng menyimbolkan berbagai sifat manusia, yang angkuh, baik, penipu, hingga yang bijaksana. Seni topeng berpengaruh besar pada lahirnya berbagai seni pertunjukkan kontemporer Indonesia.
 
Terinspirasi pada seni topeng itulah akhirnya lahir suatu garapan tari kreasi dari Semarang yang bernama tari Rancak Denok. Sebagai garapan kreasi, tari Rancak Denok mengambil ide dari berbagai seni tari yang menggunakan topeng sebagai propertinya, seperti tari Betawi dan Jawa Barat, serta tidak lupa menggunakan unsur Jawa dan Tiongkok sebagai ruh dalam tarian.

Secara etimologi, nama Rancak Denok berasal dari dua kata, yaitu Rancak dan Denok. Rancak mempunyai arti cepat dan dinamis, sedangkan denok sepadan maknanya dengan perempuan. Secara harfiah, nama Rancak Denok dapat diartikan sebagai tari kreasi Semarangan yang ditarikan oleh perempuan secara cepat dan dinamis dengan menggunakan properti utama berupa topeng.

Penari Rancak Denok umumnya berjumlah enam orang. Namun jumlah tersebut bukanlah aturan baku, mengingat jumlah penari bisa ditambah atau dikurangi disesuaikan dengan kebutuhan dan besar kecilnya panggung.
 
Dari segi busana, para penari Rancak Denok mengenakan kebaya berwarna terang yang dilengkapi dengan kain jarik semarangan. Sementara bagian kepala dibuat konde dengan hiasan bunga yang memperkental pengaruh Tiongkok dalam busana para penari. Setiap penari memegang topeng sebagai properti utama dalam tarian Rancak Denok.


Tari Rancak Denok diiringi oleh musik Gambang Semarang. Sama halnya dengan Gambang Keromong Betawi, pada gambang Semarang, kreasi musiknya juga ditentukan oleh pemain salendro. Namun sebagai garapan kreasi, tari Rancak Denok lebih sering diiringi oleh musik gambang secara digital daripada secara langsung, mengingat iringan musik dalam tarian ini hanya menjadi pelengkap saja, tidak menjadi satu bagian yang utuh dalam tarian. [AhmadIbo/IndonesiaKaya]


OBJEK WISATA WATU GUNUNG..SERASA SEPERTI DI PEDESAAN BALI DAN JOGJA

Menikmati Indahnya danau buatan di wahana wisata Alam Watu Gunung...

     Hai nang bagus dan nok ayu semuanya...Kali ini Saya ingin berbagi info mengenai referensi destinasi wisata yang layak dikunjungi dikawasan Kabupaten Semarang, khususnya di wilayah pusat kotanya yang terletak di Ungaran...tadi pagi di hari Minggu yang cerah pada pukul 10.00 WIB, aku dan rombongan keluargaku yang jumlahnya super buanyak mengunjungi kawasan wisata yang lagi ngehitzzz di Desa Lerep Kabupaten Semarang....lokasi wisatanya bernama Watu Gunung..mendengar namanya aku merasa asing dan tidak begitu mengetahui mengenai kawasan wisata ini..apakah itu merupakan kawasan wisata kesehatan untuk pijat refleksi (karena ada kata batu-batuannya) atau itu merupakan sebuah tempat petilasan kramat sebuah batu purba dari kerajaan kuno..entahlah aku tak begitu mengerti mengenai seluk-beluk tempat ini..Tapi biasanya, di kawasan Kota Semarang dan Kabupaten Semarang memang kerap sekali ditemukan tempat wisata baru yang menarik dan terletak di lokasi yang tersembunyi..seperti halnya kawasan wisata Candi Ngempon yang terletak di tengah hiruk-pikuknya geliat industri di kawasan Bergas Kabupaten Semarang dan eksotisme pemandangan alam ala Brown Canyon yang terletak di sekitar kawasan hunian warga kampung di daerah Mranggen ( wilayah perbatasan Semarang dan Demak), Tetapi kalau dilihat dari namanya, kawasan wisata watu gunung ini pasti terletak di wilayah ketinggian yang dekat dengan pegunungan..Semoga saja perkiraanku tak jauh meleset.....
 
Gebyok Jawa yang banyak ditemukan di sekitar wahana wisata alam Watu Gunung

Penginapan etnik seperti di Bali siap disewakan kepada Anda yang ingin bermalam di Watu Gunung....biaya semalanya cuma 300.000 rupiah..murah kan

  Bermain air sambil mencari ikan cithul dan lele di arus sungai Watu Gunung.......


    Benar saja, ketika mobil rombongan telah melewati kawasan alun-alun lama Ungaran...jalanan yang kami lewati mulai berubah, dari yang tadinya datar-datar saja, kemudian menjadi mulai agak terjal dan menanjak...lantas saja kontur jalan yang berubah ini semakin meyakinkan Saya bahwa sesungguhnya kawasan wisata watu gunung ini memang berada di wilayah ketinggian...Selama perjalanan, dari kiri dan kanan jendela mobil banyak kusaksikan jejeran pepohonan cengkeh, durian, dan kayu putih yang terlihat telah menjadi jenis vegetasi tanaman unggulan di Desa Lerep...Kemudian, Setelah melewati jalanan yang agak menanjak selama 15 menit , tepat pada pukul 10.15 WIB...rombongan keluarga saya yang jumlahnya super banyak tadi..akhirnya tiba di kawasan wisata Watu Gunung...ketika keluar dari mobil, hawa sejuk dan rimbunan pepohonan menyambut kedatangan kami semua..Pikiranku seakan-akan dibawa kembali ke ingatan masa lalu... ketika aku mengunjungi kawasan BCC (Bali Classic Center ) yang terletak di Provinsi Bali di tahun 2010..Lalu, mengapa saya berpikir demikian, karena nuansanya memang terlihat plek-ketiplek dengan wisata budaya di Bali sana dan serasa tidak seperti berada di wilayah Ungaran....dikarenakan terdapat beberapa bangunan bale-bale tradisonal , rumah joglo tua dan gapura etnik Bali yang berjajar rapi di kawasan wisata alam tersebut..selain dipenuhi unsur-unsur etnik, dikawasan tersebut juga terdapat banyak danau dan sungai buatan yang sangat eksotis dan ndesani buanget ....suara gemericik air sungai yang terjun dari bebatuan yang bertumpuk membuat suasana hati menjadi semakin adem dan rileks, apalagi semakin lengkap ditemani dengan ragam ikan hias dari berbagai ukuran yang hilir mudik di tengah danau dan sungai buatan yang memang sedap untuk dipandang mata....


 
                           
 Mari kawan-kawan berbasah-basah ria bersama keluarga, teman, dan pacar di wahana Kolam Renang Watu Gunung..suegerrr tenan nda ndak bakalan rugi

   O ya.. selain bisa menikmati indahnya nuansa alam nan asri dan puluhan bangunan etnik yang tersebar rapi di sekitar kawasan wisata watu gunung , para wisatawan yang berkunjung juga dapat berenang bebas di kolam renang yang bernuansa ala bali hingga sepuas mungkin.....Untuk bermain, bersantai-santai dan berenang di kawasan ini , pengunjung cukup membayar 15.000 rupiah saja untuk sekali kunjungan...murah bukan, dibandingkan kita harus jauh-jauh ke Bali untuk berwisata..mendingan pilih yang dekat Semarang saja....Karena di kota ini, wisata model apapun bisa kita temukan dengan mudah..mau wisata religi tinggal mampir ke MAJT, Klenteng Sampookong, dan Wihara Buddhagaya..mau wisata kuliner dan belanja tinggal mampir ke kawasan Simpang lima, Pusat oleh-oleh Jateng di Gedung Dekranasda Jateng, Kampung Batik Semarangan di Jalan Bubakan,  kawasan Gajah Mada, dan Jalan Pandanaran,...Mau wisata sejarah, tinggal mampir ke Museum Rangga Warsita , Lawang Sewu, Kota Lama dan Museum Mandala Bakti...mau wisata alam...tinggal mampir ke wilayah Kabupaten Semarang saja yang banyak menyuguhkan puluhan wisata alam nan eksotis (Candi Gedong Songo, Rawa Pening, Kebon Kopi Banaran,  Umbul Sidomukti, dan Bukit Cinta )....jadi mulai sekarang..segera siapkan koper dan bawaannya..dan segeralah berangkat berwisata ke Semarang..Ayo cah ndang kalmu-klamu'o ning kutha Semarang..........

So, mari berwisata ke Watu Gunung...Kalau mas Blogger dan keluarga saja sudah kesana..kapan kamu mampir kesana???? Ayo ndak bakalan kecewa kok kakak-kakak dan adik-adik......

Thursday, November 12, 2015

ADA KISAH DIBALIK NAMA JALAN NYUTRAN......

ADA PERISTIWA DIBALIK NAMA "NYUTRAN" DI JOGJAKARTA
  
 

Pada tanggal 31 Oktober hingga tanggal 1 November 2015 yang lalu, aku mengikuti acara pelatihan diklat mengajar bagi tentor baru di Lembaga Bimbingan Belajar Neutron Jogjakarta....Sudah Pasti dong, kami semua tentor neutron yang berasal dari seluruh Pulau Jawa harus datang ke kota Gudeg untuk mengikuti acara di Jogja tersebut..tak terkecuali aku dan rombonganku yang harus rela meninggalkan kota Lumpia tercinta untuk mampir ke Kota Gudeg yang terkenal itu....Pada pagi hari setelah nyenyak beristirahat di asrama pengajar selama semalaman, fajar nan elok mulai menanmpakkan dirinya dan itu merupakan saat yang tepat untuk kami semua, para tentor yang berasal dari luar kota Jogja untuk berjalan-jalan Pagi menikmati panorama elok kota Pelajar tersebut.....Pada waktu itu, aku berjalan bersama-sama sembari berolahraga pagi bersama dengan Mas Subhan dan Mas Eko....Pada awalnya kami tidak mengetahui alamat pasti gedung asrama kami, maklum orang baru dan wajarlah tidak tahu nama jalan sekitar....Tetapi setelah melewati Gerbang utama Desa , kami baru mengetahui bahwa alamat Neutron Jogjakarta terletak di kampung Nyutran ( terlihat dari tulisan latin dan aksara jawa yang bertuliskan sugeng rawuh ing Kampung Nyutran Jogjakarta) .....sejenak kami tertawa lepas dikarenakan kami merasa heran mengenai nama jalan kampung dengan nama lembaga bimbingan belajar kami yang hampir sama dan mirip yaitu "NEUTRON" di jalan "NYUTRAN" , Mas Eko-pun saat itu berkelakar "Ya'e Bose neutron memang golek panggonan sing jenenge rodhok mirip karo Neutron, yaiku Nyutran..ben nak ono wong anyar goleki ora kesasar..kan nitenine gampang" ( Mungkin pemilik atau direktur utama neutron memang mencari nama tempat yang namanya agak mirip dengan neutron, yaitu nyutran..supaya kalau ada orang asing dari kota lain yang mencari alamatnya tidak kesasar....kan mengingatnya mudah....). 
 
 
Replika Patung Prajurit yang banyak terpampang di sepanjang jalan Kampung Nyutran
 
Tetapi ditengah-tengah obrolan kami yang ngalor ngidul, kami sempat disuguhkan dengan suasana yang njogjani buanget yaitu berupa puluhan gambar lukisan mural berwarna-warni yang bergambarkan prajurit kraton jogja dan beberapa replika patung prajurit yang mengenakan pakaian keprajuritan khas Jogja.....Sejenak kamipun berpikir, apa keterkaitan antara kampung nyutran dengan kehadiran para prajurit ini.....Pasti ada hubungannya...padahal sebelumnya aku sempat berpikir bahwa nama kampung nyutran berasal dari kata "sutra" atau tempat tinggal para penjual sutra di Jogja, seperti halnya penamaan kampung kuno di kawasan Johar Semarang yang kebanyakan berasal dari nama profesi masyarakat di era dulu, seperti kampung kemplongan (tempat tinggal pengemplong batik), kampung kulitan (penjual kulit) ataupun kampung Karang Bendho (tempat berkumpulnya para pandai besi atau jualan golok)....... Tetapi setelah membaca prasasti yang tertera di bawah Patung Prajurit, Aku baru mengetahui bahwa kampung nyutran memang dibangun atau didedikasikan untuk para prajurit Nyutro dari Kraton Jogja....Oh teryata pemikiran sok kepo-ku salah besar....  
Lalu bagaimana sejarah kampung Nyutran yang sesungguhnya ? 
Kampung Nyutran memiliki kisah penting dalam sejarah Kasultanan Ngayogyakarta. Pada 1755 M, pemerintahan Hamengkubuwono I membentuk 13 kesatuan prajurit, salah satunya Bregada Prajurit Nyutro. Nama Nyutro atau Nyutran ini kemudian digunakan sebagai nama sebuah kadipaten di ujung timur luar benteng Kraton. Kadipaten adalah wilayah kampung di lingkungan Kasultanan yang dinamai berdasar nama kesatuan prajurit, sebab merupakan tempat tinggal (barak) prajurit Kraton.
Nama kesatuan Nyutro berasal dari Panyutro, nama sebuah desa di Sumenep, Madura. Bregada Nyutro merupakan bala bantuan dari Madura sebagai tanda persaudaraan antara Adipati Cakraningrat dengan Sultan Amangkurat Agung.
Prajurit Nyutro termasuk pasukan elite, sebab menerima gaji yang setara dengan Prajurit Wirabraja dan Bugis, yaitu sekitar 7,5 – 40 gulden per bulan, tergantung senioritas. Bregada Prajurit Nyutro merupakan prajurit klangenan, bukan prajurit perang. Mereka terampil menari (mbeksa) dan menjadi pengawal upacara Garebeg yang menjaga keselamatan Sultan saat duduk di Sitihinggil.
Sebelum menjadi hunian, wilayah ini berupa hutan bambu dan alang-alang. Banyak ditemui bambu apus, petung dan wulung. Bambu-bambu Nyutran digunakan untuk memenuhi kebutuhan Kraton. Di zaman Sri Sultan HB VII dan VIII misalnya, kerap dipakai membuat bedeng pada perayaan Garebeg di Alun-alun Utara.
Sebelum menjadi barak prajurit, Nyutro merupakan tempat bermukim Bupati Djajawinata. Di masa Hamengkubuwono VIII, status lahan dijadikan hak milik. Sertifikat tanah ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno. Sertifikat tersebut masih dijadikan sebagai bukti kepemilikan yang sah hingga kini.
Di masa penjajahan, Nyutran juga dikenal sebagai markas pergerakan rakyat. Tahun 1923-1926 Nyutran dan kampung sekitarnya menjadi basis Syarekat Rakyat yang memimpin penyerangan terhadap Belanda. Artinya, Prajurit Nyutro juga pernah berlaga melawan penjajahan Belanda di masa Gubernur Jenderal Raffles (1811-1816) dan Perang Diponegoro (1825-1830).
Rantai sejarah telah memutus generasi Nyutran. Kini tak ada lagi keturunan keluarga Prajurit Nyutro yang tinggal di Kampung Nyutran, meski ada patung Prajurit Nyutran di jalan masuk kampung. Memang ada inisiatif dari Pemuda Kampung Nyutran untuk membuat Bregada Nyutra di kampung mereka, namun ini bukan Bregada resmi sebagaimana Prajurit Kraton. Sedangkan Prajurit Nyutra yang menjadi anggota prajurit resmi Kraton di masa kini adalah relawan (abdi dalem) yang berasal dari berbagai wilayah di Yogyakarta.
(Dikutip dari Greenmap Indonesia-anak Kota Memeta Kampung- Adriani Zulivan )
 
 Paguyuban Prajurit Kampung Nyutran 

Ternyata  kata nyutran berasal dari kata Prajurit Panyutra dan bukan berasal dari kata kain Sutra atau tempat pemukiman para penjual sutra...Oh maafkanlah kekepoanku warga kampung Nyutran...Tapi kini aku tahu dari mana kata Nyutran berasal.....

 

GERBANG LEGENDARIS DI PUSAT KOTA LUMPIA......


 
 Sketsa gambar Replika Gerbang Legendaris DP Mall yang berada di Bodjong Straat

Seminggu yang lalu, sepulang dari Toko Buku Gramedia Pemuda yang terletak satu bangunan dengan Hotel Amaris Semarang..Tak sengaja aku melihat ada sebuah bangunan tua berbentuk gerbang raksasa di dekat DP Mall Semarang...dan pada saat itu, yang terbesit di pikiranku hanyalah mengatakan bahwa bangunan itu pasti pernah menjadi salah satu bagian dari kejayaan Lawang sewu yang terletak tidak begitu jauh dari bangunan gerbang tua tersebut..Tapi untuk meyakinkan rasa penasaranku tersebut, aku mencoba untuk mencari keterangan dari salah seorang narasumber yang berada di sekitar kawasan DP Mall tersebut, dan berjumpalah aku dengan seorang Kakek bernama Pak Toemino yang merupakan salah satu pengayuh becak yang sudah mangkal di daerah Pemuda sejak tahun 1980an...menurut penuturan beliau, gerbang raksasa di DP Mall yang memiliki arsitektur gaya kolonial tersebut (dikarenakan memiliki ukuran jendela-jendela yang besar dan bergaya abad 20-an) bukanlah bagian dari gedung lama zaman Walondho, melainkan hanya merupakan replika yang dibuat semirip mungkin dengan gerbang Panti Asuhan Bodjong yang pernah berdiri kokoh di sekitar kawasan tersebut, dan lokasi Panti Asuhannya-pun diperkirakan ada di sekitar kawasan DP Mall tersebut yang kini sudah tak tersisa bentuk bangunannya dikarenakan sudah berubah menjadi bangunan baru yang dikomersialkan menjadi kawasan perdagangan modern...Menurut beliau pula, Kawasan daerah Bodjong yang sekarang sudah berganti nama menjadi jalan Pemuda tersebut...dulunya terdapat banyak gedung-gedung tua yang tersebar dan berbaris rapi di sepanjang jalan Pemuda....Bahkan dahulu kala, di kawasan Bodjong terdapat model kendaraan atau transpotasi umum bernama Trem yang hilir mudik di kawasan depan Lawang Sewu...Tapi sayang di tahun 70-an , kendaraan trem dihentikan jam operasionalnya oleh Pemkot Semarang dikarenakan dianggap sudah tidak relevan lagi dan menyebabkan kemacetan.....
 
 Gerbang DP Mall era Kolonialisme Belanda yang merupakan bagian dari Gedung Protestantsch Weeshuis 
 Sketsa gambar Gerbang DP Mall kini, yang menjadi tempat pembayaran karcis parkir DP Mall

 O ya, Kembali ke masalah Gerbang Panti.....Menurut Pak Toemino, dahulunya ada sebuah Panti Asuhan yang dikelola oleh yayasan sosial Hindia Belanda , tapi untuk tahun pendiriannya beliau tidak begitu mengetahui dikarenakan sisa bangunannya sudah tidak lagi berbekas...padahal jika ada sisa bangunannya, kita pasti bisa mengetahui usia Gerbang Panti tersebut dari tulisan besar yang biasanya tertera di atas atap bangunan kuno era kolonial...biasanya bertuliskan ANNO 19XX...seperti yang kerap tertera pada kebanyakan gedung belanda lainnya yang tersebar dipenjuru Semarang.......Pemikiran Saya pribadi kemudian jauh mengawang-awang dan coba untuk memperkirakan bahwa bisa saja ukuran Panti Asuhan kuno ini cukuplah besar dan megah, hal itu bisa terlihat dari replika megah gerbang panti tersebut yang dibuat dengan skala bangunan yang sama dengan gerbang aslinya....pastinya gedungnya lebih besar dari gerbangnya (Pemikiran sederhana tanpa kepastian)...

 
 Mungkin keramaian gedungnya dulu seperti ini ya..terdapat ratusan anak panti yang menghuni didalamnya...Tapi tak tahu Pasti aku bentuk asli dari Panti Asuhan Bodjong dikarenakan ini merupakan ilustrasi gambar yang aku ambil dari Panti Asuhan era Kolonial yang ada di Batavia

Semoga Pemerintah Kota Semarang tidak akan pernah lagi menggusur bangunan tua yang ada di bumi lumpia ini, dikarenakan sejarah merupakan bagian dari kehidupan yang tak boleh untu dilupakan..karena berkat sejarahlah kita semua bisa berada di dunia yang modern ini...Semoga Kota Semarang tetap "SETARA" Sehat , Tertib, aman, dan Sejahtera untuk selama-lamanya.........kenali Semarangmu dan Cintai Kotamu........

TURUT BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA USKUP AGUNG SEMARANG

 
  
BLOGGER GOJEG SEMARANGAN TURUT BERDUKA CITA YANG SEDALAM-DALAMNYA ATAS MENINGGALNYA 
Mgr. JOHANNES PUJASUMARTA
SEMOGA AMAL DAN IBADAH YANG BELIAU BERIKAN SEUTUHNYA DI JALAN TUHAN DAPAT MEMBAWANYA KE SURGA YANG INDAH.......  
BERISTIRAHATLAH DALAM KEDAMAIAN NAN ABADI......

Wednesday, November 11, 2015

MBAH KADAR....VIDEO LUCU POTRET PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT KOTA SEMARANG

  

Sekitar 5 tahun yang lalu, perutku sempat dibuat sakit dikarenakan menyaksikan video yang satu ini...di waktu itu aku masih duduk di bangku SMA kelas 12 tepatnya di SMAN 1 Bergas Kabupaten Semarang....Pada waktu itu saatnya pelajaran Bahasa Jawa diajarkan di kelasku...Ibu Dewi selaku guru bahasa di kelasku pada waktu itu ingin memberikan sedikit hiburan kepada kami semua yang telah selesai menjalankan tes semesteran...beliau mengatakan video tersebut pasti akan membuat semua siswa menjadi tertawa dan jaminan lucu 100 %.....dan benar saja baru 2 menit video ditayangkan..satu persatu siswa mulai tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan ulah Mbah Kadar yang ingin menjalani kehidupan layaknya anak ABG era kekinian..mulai meminta HP, motor model terbaru, dan yang paling parah minta dikawinkan dengan bunga desa terkenal yang masih ABG di desanya...sungguh aneh mbah-mbah...tua-tua keladi makin tua makin jadi.....Tapi dari semua cerita itu, ada satu inti cerita yang patut kita simak dan pikirkan..ternyata tidak semua dampak dari perubahan sosial dalam masyarakat dapat mengarah ke arah kebaikan dan justru dapat pula menjadi bumerang keburukan...seperti halnya dalam kasus Mbah Kadar yang mengancam akan Njegur Sumur (menenggelamkan diri ke sumur ) jika semua keinginannya tidak dituruti oleh mantu dan anak-anaknya.................

TIRTA NURSARI, PAHLAWAN MASA KINI DARI DESA TEGAL SARI

TIRTA NURSARI:  PAHLAWAN PENDIDIKAN DARI DESA TEGAL SARI

Ibu Tirta dan warga belajarnya yang berasal dari golongan lansia

Kemarin adalah bertepatan dengan tanggal 10 November 2015...Suatu hari khusus dimana bangsa kita tengah bersama-sama mengenang kembali jasa para pahlawan bangsa yang telah gugur di medan laga, terutama yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa pada saat peristiwa November membara di Kota Surabaya tahun 1945 lalu, perjuangan heroik mereka memang tak patut untuk kita lupakan, karena tanpa jasa mereka, mustahil rasanya bagi kita sebagai generasi muda era kekinian untuk dapat menghirup harumnya aroma kemerdekaan negeri nan sejati.......
Tetapi di sela-sela pemikiranku yang masih terlarut dengan kenangan semangat para pahlawan yang berkorban di era dulu ( Mulai dari pekik semanagat merdeka yang dikumandangkan oleh Bung Tomo hingga Pidato Bung Karno yang Anti Kolonialisme )..tiba-tiba terbesit pertanyaan besar di dalam hati ini, yaitu yang terkait dengan pertanyaan " Apakah masih ada sosok pahlawan di era kekinian ? 
Semakin jauh aku berpikir dan merenung sejenak, jawaban itu akhirnya perlahan mulai muncul di pikiranku yang masih mengawang-awang mencari jawaban yang pasti...Ternyata jawabannya aku tujukan kepada Ibu Tirta Nursari...Siapa beliau itu dan apa jasa-jasanya untuk orang lain?....

Si Blogger dan warga Belajar di TBM Warung Pasinaon tahun 2014 lalu.....

Tepat satu tahun yang lalu, pada bulan Januari 2014..untuk pertama kalinya aku berjumpa dengan beliau....aku bisa menyebutnya sebagai pahlawan untuk era kekinian dikarenakan jasa mulia beliau yang rela berjuang memajukan kualitas pendidikan di desanya yang terletak di kawasan Tegal Sari Kabupaten Semarang....Lalu dengan cara apa ia berkontribusi untuk Indonesia ? Mungkin pengorbanan beliau bisa aku sepadankan dengan semangat Ki Hajar Dewantara ketika mendirikan  Taman Siswa dulu, cemoohan dan rasa pesimistis banyak dimunculkan dari kaum masyarakat Londho yang menganggap bahwa usaha memajukan pendidikan masyarakat Inlander yang dilakukan oleh Mas Hajar era itu ibarat mendirikan benang yang basah (terkesan sia-sia) karena sejatinya kaum pribumi dianggap sebagai orang bodoh dan sulit untuk dimasuki budaya baru..termasuk memaknai apa gunanya sekolah..... Tapi ternyata setelah puluhan tahun berdiri, Taman Siswa berhasil mencetak para pemuda bangsa yang cerdas, kritis, dan anti kolonial yang pada akhirnya berhasil membakar jiwa nasionalisme berujung kemerdekaan....

 Semangat Ibu Tirta membangun generasi muda Indonesia....

Lalu, jika kita kaitkan dengan cerita atau perjuangan Ibu Tirta didalam mendirikan Taman Bacaan Pasinaon tak kalah serunya dengan perjuangan Pak Hajar.....Pada awal TBM Pasinaon berdiri di tahun 2008, sulit bagi beliau untuk menyadarkan pentingnya membaca kepada generasi muda dan tua..dikarenakan mereka beranggapan membaca itu yo cuma perlu dilakukan di sekolah, kalau udah sampai rumah yo mendingan main saja....Tetapi semangat beliau tetap gigih dan pantang menyerah hingga akhirnya berhasil membuahkan hasil berupa meningkatnya minat baca masyarakat di Desa Tegal sari, bahkan yang berasal dari golongan tua berhasil diberdayakan untuk mengikuti kegiatan jurnalisme warga berbasis Majalah Pasinaon yang gaungnya terkenal hingga ke Istana negara dan Kemendikbud......

 Yuk simak semangat bu Tirta dalam kontribusinya memajukan Indonesia melalui video ini..

Wow..ternyata masih banyak pahlawan di era sekarang ya guys....jadi jangan hanya berpangku tangan menunggu perubahan, karena sejatinya perubahan dapat kita mulai dari diri kita sendiri dengan cara berguna untuk orang lain...selamat hari pahlawan 2015...... 

Bagi teman-teman yang mau menyumbangkan buku atau apapun yang bermanfaat ke TBM Wapas (Warung Pasinaon)  ....bisa kunjungi Markas TBM Warung Pasinaon di Desa Tegal Sari Kabupaten Semarang.....Insya Allah sumbangan dari Anda akan bermanfaat bagi kemajuan TBM ini....Amiin...................