BUDAYA SEMARANGAN DALAM CERITA
Semarang adalah salah satu kota di
Indonesia yang juga memiliki kebudayaan yang kaya dan cukup unik, di Kota yang
berjuluk sebagai kota Lumpia ini, Kita dapat menjumpai berbagai
macam tradisi lokal Semarangan yang tentunya cukup menarik bagi orang awam, Hal
itu dikarenakan dalam perkembangan seni Semarangan sangat dipengaruhi oleh
bentuk seni pembauran yang berasal dari aktivitas berkesenian dari tiga etnis
terbesar di kota Semarang, yaitu etnis masyarakat Jawa, Cina, dan Jawa yang
hidup saling berdampingan dan adem
ayem tanpa anane konflik sing iso agawe urip dumadi runyem ( hidup adem ayem
tanpa adanya konflik yang bisa membuat hidup menjadi sulit"). Secara
Otomatis, Dengan adanya sikap keterbukaan untuk menerima pembauran dalam
budaya, Kehidupan berbudaya ketiga etnis besar ini pun pada akhirnya
menciptakan sebuah kebudayaan baru yang tercipta dikarenakan adanya proses
akulturasi budaya antara ketiga etnis tersebut, dan berikut ini adalah beberapa
budaya Semarangan yang tercipta akibat adanya proses akulturasi budaya Cina,
Jawa, Arab :
1.
Warag ngendok
binatang mitologis ini
digambarkan sebagai simbol pemersatu tiga etnis mayoritas yang ada di Semarang Bagian-bagian tubuhnya terdiri dari Naga (Cina), Buraq
(Arab) dan Kambing (Jawa). Hewan imajiner ini biasanya dijadikan maskot dalam
festival Dugderan yang dilaksanakan beberapa hari sebelum bulan puasa.
Selama ini Warak Ngendog
dipercaya sebagai buatan waliyullah. Namun pada kenyataannya, belum ada yang
menyebutkan secara konkrit siapa sebenarnya penciptanya. Ia bahkan menjadi
misteri panjang, hingga detik ini. Sejarahwan Semarang Nio Joe Lan, dalam karya
klasiknya "Riwajat Semarang" (1936), dan Amen Budiman dalam serialnya
"Semarang Sepanjang Jalan Kenangan" (1976), pun tidak pernah menyebut
siapa pencipta warak dan waktu penciptaannya.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Amen Budiman, diperkirakan binatang rekaan yang menjadi maskot acara
itu mulai dikenal masyarakat pada akhir abad ke-19. Asumsinya ini dilihat dari
kemunculan mainan warak ngendog dalam setiap perayaan megengan atau dugderan.
Tepatnya pada masa pemerintahan Kanjeng Bupati Semarang periode 1881-1897, Ario
Purboningrat.
Dalam esainya, Budayawan
Semarang, Djawahir Muhammad, pun sependapat dengan pendapat Amen. Menurut
Djawahir, kemunculan warak sebagai benda budaya atau karya seni kriya khas
masyarakat Semarang bisa didekati secara ilmiah, dengan menunjuk penampilan
kali pertama Pasar Malam Sentiling di Mugas, yakni pada tahun 1936. Pada saat
itu, keramaian tersebut digelar untuk menyambut ulang tahun ke-100 Ratu
Wilhelmina.
Di masyarakat, tersebar pula
folklor Warak Ngendok sebagai binatang serupa badak yang ditemukan oleh warga.
Saat itu sejumlah warga tengah melakukan babat alas di
hutan yang kini menjadi Kampung Purwodinatan. Dari cerita tersebut, kemudian
warga di kampung itu banyak yang membuat kerajinan Warak Ngendog dan dijual pada
saat Dugderan.
Cermin Akulturasi
Terlepas dari siapa pembuat
pertama, Warak Ngendog memiliki makna filosofi yang selalu relevan sebagai
pedoman hidup manusia pada zaman apapun. Wujud makhluk rekaan yang merupakan
gabungan tiga simbol etnis mencerminkan persatuan atau akulturasi budaya di Semarang . Konon ciri khas bentuk yang lurus dari Warak Ngendog
menggambarkan citra warga Semarang yang terbuka, lurus, dan berbicara apa adanya, sehingga
tak ada perbedaan antara ungkapan hati dengan ungkapan lisan.
Kata Warak berasal dari
bahasa Arab yang berarti suci, sedangkan kata ngendog atau telur disimbolkan
sebagai hasil pahala yang didapat seseorang setelah menjalani proses suci
berpuasa. Hakekatnya, hewan ini merupakan simbol nafsu manusia. Badannya yang
bersisik, mulutnya menganga dan bertaring, serta bermuka seram menggambarkan
nafsu yang harus dikalahkan dengan puasa.
Sayangnya, seiring
perkembangan zaman, wujud Warak Ngendog dibuat secara asal-asalan tanpa
berpedoman dari pakem filosofisnya. Barangkali para pengrajin berusaha
mengotak-atik warak tersebut agar terkesan berbeda, namun hal ini justru
menghilangkan keelokan makna simbol-simbol di tubuh Warak Ngendog.
2.
Tradisi Nganten
Semarangan
Pengantin Wanita Dalam gaya
Semarangan biasa disebut dengan Model
nganten Encik Semarangan, yaitu istilah yang berasal dari perpaduan antara
Cina dan Arab.Adapun kelengkapan pengantin wanita adalah, memakai alas kaki
selop tertutup hitam bludru bersulam mote dengan mengenakan kaos kaki, kaki
songket, kebaya bludru hitam bersulam mote model Kraag Shanghai memakai sarung
tangan. Perhiasan yang dipakai : Cincin, Gelang, Kalung Krekang, Subang
dan dibagian Kraag-Shanghai memakai kancing yang terbuat dari Emas, dan lengan
pakai Klad-Bahu.Untuk pengantin Semarangan di bagian dahi dihiasi dengan
beberapa perhiasan yang namanya pilis yaitu :Pilis emas dengan permataPilis
hitam yang terbuat dari Bludru dengan payetPilis perakYang atas sendiri Kroon
sehingga kelihatan bedanya dengan pengantin yang lain.Pada bagian kanan kiri
atas telinga memakai Sumping dari Emas Permata. Untuk sanggulnya biasa memakai
sisir kecil. Kembang konde diambil dari Daun Pandan, Sisir besar, Cunduk-Mentul
sebanyak kurang lebih 24 buah.Bunganya : bunga Melati, Cempaka Kuning yang
ditusuk dengan bunga melati namanya endog remek.
Sedangkan Pengantin Pria Dalam
gaya Semarangan disebut dengan Model
Nganten Kadji ( Bersurban ).Adapun kelengkapan pengantin pria adalah,
memakai alas kaki selop tutup terbuat dari bludru bersulam mote, memakai kaos
kaki, celana hitam bludru bersulam mote. Baju yang dikenakan pengantin pria
disebut Gamis terbuat dari bahan berkilau, berlengan panjang memakai Kraag
Shanghai dan juga memakai baju hitam bludru bersulam dengan Kraag Shanghai,
memakai Slempang warna keemasan.Di bagian kepala memakai surban yang dinamakan
Kopyah Alfiah dengan Cunduk Mentul satu buah terletak di depan. Pada bagian
samping kiri surban memakai bunga Roncean dari bunga Melati, Mawar, Cempaka
Kuning dan bunga Jantil.
Kelengkapan lain adalah
membawa sebuah Pedang Panjangbewarna putih perak. Pada waktu diarak, pengantin
pria diiringi oleh 3 (tiga) orang dibelakangnya. Tiga orang pengiring itu
masing-masing memiliki peran sebagai pembawa payung pengantin dan 2 (dua) orang
lainnya pembawa Kembang Manggar.
Rombongan
Iring-iringan dalam prosesi Ngarak Pengantin Semarangan
Tradisi Iring-iringan pengantin
Semarangan disebut juga Ngarak Pengantin. Adapun prosesi Ngarak Pengantin yang
biasanya disebut kesenian khas Terbangan, ketentuannya adalah paling sedikit
terdiri dari 20 orang. Rombongan ini terbagai dalam 3 (tiga) kelompok yaitu :
o Sembilan orang Sinoman
Terbangan , yang terdiri dari 3 orang Pembawa Terbang (Rebana), 3 orang
berjalan mundur ( Mlaku Mundur), 3 orang pembawa Koor ( Jawaban ).
o Sembilan orang Sinoman Blanten
, yang terdiri dari 2 orang pemikul jidur (gong/bas), 1 orang pemukul jidur, 1
orang pembawa/penabuh kendang, 1 orang pembawa/penabuh kentrung, 1 orang
pembawa/penabuh kenteng, serta 3 orang pembawa koor (jawaban)
o
Dua orang pembawa Kembang Manggar (ditambah 1 orang pembawa khusus payung
pengantin. Adapun jumlah kembangan manggar banyaknya tidak terbatas
.Maksud Kembang Manggar Kembang manggar disamping untuk
kelengkapan Ngarak Pengantin, juga ada maksud tertentu. Yaitu menggambarkan
kesenangan semua tamu undangan maupun keluarga pengantin yang disimbolkan
dengan kembang manggar
Prosesi Iring-Iringan Pengantin Semarangan
o
Iring-iringan di
Kauman
Dua kembang manggar berjalan dimuka, sedangkan remaja
putra-putri pengiring Pengantin putra (ada yang berjalan kaki dan ada pula yang
naik kuda) diiringi kerabat keluarga pengantin pria dengan Tembang rodat ataupun
musik.terbang Blantenan.
o
Iring-iringan di
kampung Pekojan
Arak-arakan Dua kembang manggar diiringi dengan Kesenian
kedencongan (sebi pencak silat) , Vocalis maulud rodat, Penabuh maulud rodat
dan jidur. Sedangkan Mempelai lelaki (ada yang berjalan kaki, ada pula yang
naik kuda). Pada prosesi ini, Kerabat keluarga pengantin pria baik remaja
putra-putri maupun para sesepuh dan kedua orang tuanya berjalan bebarengan
dengan kelompok Iring-iringan Pembawa kembang manggar dan Kesenian rebana
dengan jidur sekitar 30-40 orang penabuh terbang.
Tradisi Arak Nganten yang dipakai masyarakat Semarang pada umunya adalah sebagai berikut :
o
Pembawa kembang
manggar (4-6 orang)
o
Kelompok denok-kenang
o
Kembang manggar (2
orang)
o
Vocalis maulud rodat
o
Penabuh tembang rodat
dan jidur
o
Iring-iringan orang tua dan sesepuh pengantin
3. Tradisi Nganten Supit di
daerah Bustaman
Kirab pengantin sunat membuka pagelaran Tengok Bustaman yang
digelar di Kampung Bustaman RT 4 RW 5, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan
Semarang Tengah, Sabtu (18/5) malam. Riuh
suara rebana dan solawat mengiringi bocah yang akan dikhitan berdandan ala
pengantin sunat Semarangan dengan menunggang kuda.
Rombongan arak-arakan pengantin sunat itu, berangkat dari jalan
Mataram, yang kemudian masuk Kampung Bustaman, dan menuju panggung yang ada di
ujung gang yang akan menuju jalan Petudungan.
Di sepanjang arak-arakan, warga terus mengikuti. Tak hanya suara
riuh rebana, beberapa suara kembang api dan petasan pun disulut untuk
memeriahkan suasana. Sesampainya dipanggung, pengantin sunat, rombongan warga
dan penoton disuguhi beragam hiburan.
Mulai dari tarian tradisional, lagu campur sari, hingga pentas
dari Ikatan Remaja Bustaman. Ada
pula hiburan seni musik kontemporer dari Gambang Semarang Art Company.
Pagelaran ini merupakan hasil karya Unidentified Group
Discussion (UGD) Semarang dan warga Kampung Bustaman RT 4 dan RT 5, RW 3,
Purwodinatan. Lewat kegiatan ini penyelenggara ingin menggali sejarah kampung
dengan fokus pada isu seni dan kreatifitas masyarakat untuk menyampaikan
wacana, serta gagasan mengenai kampung.
Sumber : Suara
Merdeka
4. Tari Warag Dugder
Mengiringi
Patung warak, sekelompok denok dan k
enang Semarangan yang berbusana Semarangan berwarna Merah menyala melenggang
lenggok dengan manisnya. Asal kata Dug Der adalah suara bedug Dug
Dug dan suara merian Dher. Campuran budaya Islam, Jawa dan Cina melatar
belakangi seni ini.
5. Tari Denok Deblong
Tari
ini menggambarkan tentang semangat hidup para denok Semarang
6. Tari Goyang Semarang
7. Tari Gambang Semarang
Dalam
bidang seni tari Gambang Semarang memiliki tiga ragam gerak baku , yaitu ngondhek, ngeyek, dan genjot yang ketiganya merupakan gerakan
yang berpusat pada pinggul. Gerakan tangan ( lambeyan ) yang menyertai ketiga
ragam gerak itu merupakan gerakan yang berpangkal pada pergelangan tangan
dengan media gerak sebatas pusar hingga pandangan mata.
Pembahasan
tersebut melahirkan suatu pengertian bahwa kesan oleh kehadiran penari
khususnya dengan alunan pantat dan goyang pinggul yang diiringi dengan nuansa
musik dan busana Jawa Mandarin sangat dinikmati sebagai sebuah bentuk yang
mempunyai nilai estetis tertentu dan dapat dirasakan sebagai pengalaman seni
yang sangat unik.
Tari
Gambang Semarang menggambarkan ekspresi gembira empat orang penari di suatu
malam saat mereka berkumpul, berdendang dan menari bersama. Gerak tari yang
penuh vitalitas dan gairah tanpa disertai emosi yang berlebihan adalah sesuai
dengan gambaran masyarakat kota Semarang . Goyangan pinggul dan putaran pantat yang mengalun bila
dihayati bagaikan riak gelombang air laut yang menghiasi garis pantai kota Semarang . Unsur gerak tari Jawa pesisiran yang lugas, dinamis dan
mengalir membuat tari Gambang Semarang menjadi indah dan nyaman dipandang mata.
8. Kesenian Musik Gambang Semarang
Kesenian
Gambang Semarang merupakan hasil pembauran antara dua etnis, yaitu budaya Cina
dan Jawa. Gambang Semarang telah memiliki nilai historis di kota Semarang,
karena itu lazim pula apabila diangkat dan dilestarikan sebagai suatu karya seni
tradisi kota Semarang yang mengandung nilai estetika serta nilai–nilai simbolik
tradisional yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seni masyarakat Semarang
pada khususnya yaitu dengan pertimbangan dapat mewujudkan sebuah karya seni
yang dapat diterima sebagai sosok budaya kota pesisir Jawa Tengah.
Pada
mulanya Gambang Semarang memang memiliki ciri musikal yang sama dengan Gambang
Kromong, tetapi dalam perkembangan ciri – ciri itu semakin memudar dengan
ditampilkannya lagu-lagu khusus Gambang Semarang, lagu – lagu daerah Jawa
Tengah, lagu-lagu keroncong, dan lagu-lagu pop Jawa. Kalau pada awal
perkembangan dalam Gambang Semarang terdapat nuansa Betawi dan Cina, serta nuansa Jawa-
Mandarin, dalam perwujudan yang sekarang Gambang Semarang lebih menampakkan
nuansa ke-Jawa-annya.
Perlu
diketahui bahwa Gambang Semarang mencakup berbagai aspek seni tidak hanya seni
musik saja akan tetapi juga seni tari, vokal bahkan seni lawak.
Sedangkan macam alat-alat Musik Gambang Semarang terdiri
dari :
1. Kendang (Jawa Barat)
2. Bonang
3. Kempul
4. Suling
5. Kempyang
6. Gambang
8. Konghayan
9. Balungan (Saron, Demung )
Catatan: Biasanya kalau tidak ada alat
Sukong atau Konghayan kadang diganti dengan alat musik Siter , Cuk Keroncong
atau flute.
Gambang Semarang telah memiliki nilai
historis di kota Semarang , karena itu lazim pula apabila diangkat dan
dilestarikan sebagai suatu karya seni tradisi kota Semarang yang mengandung nilai
estetika serta nilai - nilai simbolik tradisional yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan seni masyarakat Semarang pada khususnya yaitu dengan
pertimbangan dapat mewujudkan sebuah karya seni yang dapat diterima sebagai
sosok budaya kota pesisir Jawa Tengah
9.
Tradisi Sedekah Rewondo di
Gua Kreo
Liputan6.com, Semarang: Warga Kota Semarang, Jawa Tengah, memiliki
tradisi unik menghormati leluhur seiring Lebaran. Hari ketiga Idulfitri saat
warga tidak lagi sibuk halal-bihalal, mereka bersedekah kera atau dikenal
dengan sedekah rewondo. Tradisi yang digelar di kawasan wisata Kompleks Gua
Kreo, Manyaran, ini dilakukan untuk menghormati jasa kera setempat.
Konon Sunan
Kalijaga, salah seorang Wali Songo pernah berada di kawasan hutan ini. Dengan
bantuan empat ekor kera penghuni Goa Kreo, Sunan Kalijaga mendapatkan kayu
untuk penyangga bangunan Masjid Agung Demak.
Dengan mengenakan busana tradisional, warga lalu beriring-iringan mengikuti
prosesi sedekah. Mereka membawa tiga buah gunungan berisi makanan kesukaan kera
seperti ketimun, jagung, kacang serta sejumlah sayuran. Prosesi lalu diakhiri
dengan meletakkan ketiga gunungan yang langsung diserbu kera liar. Selain
gunungan, disertakan pula replika kayu jati besar. Kayu jati itulah yang
diyakini pernah dibawa Sunan Kalijaga untuk tiang penyangga Masjid
Agung.(MAK/Yudi Sutomo dan Taufan Yudha)
10.
Festival Dugderan
Tradisi
Dugderan, Dugderan adalah sebuah upacara yang menandai
bahwa bulan puasa telah datang, dulu dugderan merupakan sarana informasi pemerintah
kepada masyarakatnya tentang datangnya bulan Ramadhan. Dugderan dilaksanakan tepat 1 hari
sebelum bulan puasa. Kata Dugder,
diambil dari perpaduan bunyi dugdug,
dan bunyi meriam yang mengikuti kemudian diasumsikan dengan derr….. pada tahun 1881
dibawah Pemerintah Kanjeng Bupari RMTA Purbaningrat…..menentukan mulainya hari
puasa, yaitu setelah Bedug Masjid Agung dan Meriam di halaman Kabupaten
dibunyikan masing-masing tiga kali. Sebelum membunyikan bedug dan meriam
tersebut, diadakan upacara dihalaman Kabupaten…..Adanya upacara Dug Der tersebut makin lama makin menarik
perhatian masyarakat Semarang dan sekitarnya, menyebabkan datangnya para
pedagang dari berbagai daerah yang menjual bermacam0macam makanan, minuman dan
mainan anak-anak seperti yang terbuat dari tanah liat ( Celengan, Gerabah),
mainan dari bambu ( Seruling, Gangsingan), mainan dari kertas (Warak
Ngendog)….. -Disarikan dari Situs Pemkot Semarang.
Kas.... cerito ing dhuwur mau nyeritakno sithik bab kabudayan sing ono ning
kutho Semarang sing jejuluk Kutho Lumpia lan Venesia Van Java........Yen kowe
ono wektu..ayo podo plesir lan mampir ning Semarang.....dijamin bakal ora
nyesel lan dongkol amargo akeh panggonan
wisata lan wujud maneka werno panganan sing ciamikkkkkk lan jos Gandossss
tumplek blek ning Kutho Lumpia iki..........( Teman.....cerita diatas tadi
menceritakan tentang sedikit kebudayaan yang berada di kota Semarang yang
dijuluki sebagai Kota Lumpia dan Kota Venesia Van Java........yang berkunjung
dijamin tidak menyesal dan kecewa
dikarenakan banyak tempat wisata dan berbagai macam sajian kuliner yang
rasanya enak dan josss gandosssss)
AYO WISATA NING KUTHA SEMARANG
No comments:
Post a Comment