Pertanyaan diatas kerap kali muncul dalam sesi penyisihan peserta duta wisata Kota Semarang di setiap tahunnya, tetapi anehnya banyak peserta yang tidak mengetahui jawaban pastinya, beragam jawaban yang meleset dan pastinya salahpun muncul silih berganti, ada yang menjawab di Lawang Sewu , ada yang menjawab di Tugu Muda,bahkan ada pula yang menjawab di Pasar Johar yang menurut Penulis Meleset terlalu jauh dan terkesan seperti jawaban ngawur.....Lalu secara pasti dan benar, Dimanakah letak titik 0 kota Semarang yang sesungguhnya?
Maka Jawabannya adalah.......( diiringi iringan musik menegangkan ibarat acara eliminasi di acara-acara pencarian bakat...)
Sebagian besar masyarakat mengira bahwa pusat Kota Semarang adalah Kawasan Simpang Lima. Dengan segala kekhasan yang dimilikinya, Kawasan Simpang Lima memang selalu mampu menarik perhatian masyarakat untuk datang mengunjunginya. Sebuah hal yang lazim jika lapangan luas, atau yang biasa disebut juga sebagai alun-alun, merupakan ikon sekaligus sentral kegiatan masyarakat sebuah kota. Dan karena itu pula, Kawasan Simpang Lima mampu menjadi ikon tersendiri bagi Kota Lumpia ini.
Namun ternyata, pusat Kota Semarang yang sebenarnya tidak terletak di Kawasan Simpang Lima. Bukan pula terletak di Kawasan Tugu Muda yang selalu ramai dikunjungi masyarakat, terutama saat malam hari dan akhir pekan. Lalu dimanakah letak pusat Kota Semarang yang sebenarnya? Hanya sedikit masyarakat yang tahu bahwa pusat Kota Semarang sebenarnya justru berada di Kawasan Kota Lama. Tepatnya di ujung timur Jalan Pemuda, di depan Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah dan Gedung Keuangan Negara Semarang.
Di tengah taman di depan Gedung Keuangan Negara Semarang inilah terdapat sebuah tengara berupa tugu mungil yang bertuliskan “Semarang Nol Kilometer”. Tugu mungil inilah yang menjadi penanda letak Titik Nol Kilometer Kota Semarang. Ketika kita menyebut kata titik, pastilah kita membicarakan sebuah sentral. Titik Nol Kilometer adalah titik sentral atau titik pangkal dimulainya hitungan jarak antara sebuah kota dengan kota yang lain.
Mungil
Bentuk Tugu Semarang Nol Kilometer yang tidak terlalu besar dan tergolong “mungil” untuk ukuran sebuah tugu, menjadikan tetenger ini tidak terlalu mencolok keberadaanya. Berbeda dengan Tugu Muda yang memiliki daya pikat tersendiri, Tugu Semarang Nol Kilometer ini justru kerap luput dari perhatian masyarakat yang hampir setiap harinya melintas di ujung Jalan Pemuda.
Tahun pembuatan tugu tersebut tidak diketahui dengan pasti. Namun yang jelas, tanda itu telah ada sejak zaman penjajahan Belanda, beberapa saat setelah Semarang dinyatakan sebagai sebuah gementee tsaad alias kota praja. Titik sentrum pun ditetapkan sebagai tanda. Pemerintah Hindia Belanda kala itu mengacu pada tradisi Eropa dimana titik sentrum kota adalah kantor pos. Acuan titik sentrum ini berbeda dengan yang diberlakukan di Amerika Serikat, dimana titik pusat kota adalah gedung kantor pemerintah, Maka jadilah Tugu Semarang Nol Kilometer dibangun di depan Kantor Pos Besar Semarang, di ujung Jalan Bojong yang sekarang menjadi Jalan Pemuda.
Awalnya bentuk Tugu Semarang Nol Kilometer tersebut masih berupa balok dengan tinggi sekitar satu meter, namun dalam perkembangannya telah diubah. Oleh Pemerintah Kota Semarang, atap tugu dibuat berbentuk joglo, sedangkan keempat sisinya berhiaskan lambang Kota Semarang. Meski kini tampak lebih indah, tapi toh tetap saja masyarakat masih acap menafikkannya. Namun demikian, keberadaan Tugu Semarang Nol Kilometer seharusnya tetap harus diperhatikan karena merupakan tetenger bagi Kota Semarang.
Fungsi
Masyarakat yang abai terhadap keberadaan Tugu Semarang Nol Kilometer ini bisa jadi disebabkan karena tidak mengetahui fungsi dibangunnya tetenger tersebut. Tugu Semarang Nol Kilometer memiliki fungsi sebagai penanda pusat kota. Tugu tersebut merupakan sebuah awal dimulainya penghitungan jarak dari Kota Semarang ke luar kota. Untuk menentukan jarak antara kota Semarang dengan Kota Kendal misalnya, hitungan awal jarak kedua kota tersebut dimulai dari Tugu Semarang Nol Kilometer.
Fungsi lain dari Tugu Semarang Nol Kilometer adalah untuk memudahkan orientasi seseorang yang berada di dalam kota. Dulu, penomoran jalan juga berpatokan pada titik nol tersebut. Semakin dekat dengan tugu maka nomor jalan semakin kecil dan sebaliknya semakin jauh dengan tugu tersebut maka nomor jalan akan semkin besar. Dengan demikian, orang yang berada di tengah kota bisa melakukan orientasi. Sayangnya saat ini penomoran jalan di Semarang tidak lagi mengacu pada tugu mungil tersebut.
Titik Rob
Hal lain yang juga patut disayangkan adalah di saat masyarakat terlupa dengan keberadaan Tugu Semarang Nol Kilometer, kawasan di ujung jalan Pemuda ini justru sangat terkenal sebagai langganan banjir rob. Terlebih lagi di saat musim hujan seperti bulan Januari sampai Februari di awal tahun ini, keadaan di seputar titik nol Kota Semarang ini sungguh memprihatinkan. Bahkan meski cuaca terang, namun ketika air laut pasang, terjadilah banjir di kawasan titik nol tersebut. Banjir yang terjadi karena pasangnya air laut itu lazim disebut masyarakat sekitar dengan banjir rob.
Saat banjir datang, lalu lintas di kawasan ini pun menjadi macet. Jalan beraspal di sekitar Tugu Semarang Nol Kilometer itu pun menjadi becek dan berlumpur ketika banjir mulai surut. Upaya pemerintah daerah untuk menanggulangi banjir di kawasan tersebut memang belum menyelesaikan masalah secara keseluruhan. Hal ini terbukti ketika jalan di depan gedung Kantor Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah ditinggikan, banjir rob justru beralih ke jalan depan Gedung Keuangan Negara.
Kawasan titik nol kilometer yang menjadi langganan banjir tersebut tentu saja mengganggu kenyamanan dan jelas merugikan masyarakat pengguna jalan. Kendaraan yang tergenang banjir rob pun menjadi cepat karatan dan keropos. Masalah rob dan banjir memang butuh keseriusan dan komitmen besar untuk menyelesaikan masalah banjir secara komprehensif, baik yang terjadi di kawasan titik nol kilometer Kota Semarang maupun kawasan-kawasan lain di Kota Semarang.
Pesona yang Terlupa
Penataan keindahan kawasan titik nol kilometer kota Semarang hendaknya mendapat prioritas dari pemerintah kota dan masyarakat setempat. Sungguh disayangkan jika kawasan yang memiliki potensi besar untuk menjadi daya tarik pariwisata Kota Semarang justru diabaikan dan dibiarkan tampak kumuh karena banjir yang kerap datang. Masyarakat luar kota yang berkunjung ke Semarang tentunya banyak yang ingin bisa berkunjung ke jantung Kota Lumpia, sama halnya ketika masyarakat beramai-ramai berwisata di Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta di depan Kantor Pos Besar yang memang telah menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata Kota Gudeg tersebut.
Air rob dan “becak air” bisa jadi memang sebuah fenomena dan keunikan yang hanya dimiliki oleh kawasan titik nol kilometer Ibu Kota Jawa Tengah. Tapi alangkah tidak bijaknya, jika banjir rob tersebut dibiarkan menjadi “pesona” tersendiri dalam rangkaian kegiatan Semarang Pesona Asia 2010. Butuh perhatian besar untuk menanggulangi permasalahan lingkungan di kawasan titik nol kilometer Kota Semarang. Selalu ada awal untuk sebuah langkah perbaikan, namun tak pernah ada akhir. Masyarakat tentu saja mendamba kawasan titik nol kilometer kota Semarang yang bersih dan bebas banjir, sehingga potensi pariwisata Tugu Semarang Nol Kilometer bukan sekedar menjadi sebuah pesona yang terlupa. (blog.akusukamenulis)
No comments:
Post a Comment