Saturday, June 1, 2013

Wayahe Ngangon Putu......

                         

                                         Tradisi ’Angon Putu’ ke Pasar

                                                     Written By enggar ervanto on Senin, 21 Januari 2013 | 09.13

Semua anak, cucu dan bahkan buyut digiring ke pasar tradisional. Dengan membawa cambuk, sang eyang mengajak anak cucu dan buyut keliling pasar. Membeli jajajan pasar, lalu minum es dawet sebelum kemudian diajak bermain di lapangan.
Itulah yang terjadi ketika keluarga besar trah Morocarito asal Dukuh Karangrejo, Desa Sukorame, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali menggelar acara tradisi angon putu. Acara tradisi masyarakat Jawa yang cukup menarik tersebut diselenggarakan di Pasar Sunggingan, Boyolali, Minggu (20/1) pagi.
''Cucu saya sudah banyak, bahkan sudah ada buyut. Jadi sudah saatnya saya menggelar acara angon putu,'' kata Sumarmi Morocarito selaku eyang.
Dari perkawinannya dengan Morocarito (almarhum), Sumarmi dikaruniai 10 anak, 21 cucu dan 9 buyut. Ditambah dengan menantu, jumlah keturunan perempuan berusia 71 tahun tersebut ada 50 orang. Semua anak, cucu dan buyut itu hadir mengikuti acara tradisi angon putu. 
''Saya menyelenggarakan acara ini untuk melestarikan tradisi nenek moyang kami. Sekaligus untuk mengajak kepada anak cucu untuk mencintai budayanya sendiri,'' ujarnya. 
Acara dimulai pada pukul 09.00. Diawali dengan eyang Sumarmi Morocarito membawa putra, cucu dan buyut dari Dukuh Karangrejo ke Pasar Sunggingan. Di pasar, dia kemudian memohon ijin lurah pasar Sriyanto. Setelah memperoleh ijin, eyang Sumarmi mengajak rombongan keliling pasar. Dia lalu membelikan jajanan pasar kepada para cucu dan buyut.
Dengan jumlah yang mencapai puluhan, tak urung kehadiran rombongan menarik perhatian masyarakat yang sedang berada di pasar. Apalagi anak cucu dan buyut yang laki-laki mengenakan seragam khusus lengkap dengan udeng sebagai ikat kepalanya. Sementara eyang putri membawa cambuk dalam mengiringinya.
Setelah keliling pasar, rombongan kemudian menuju ke lapangan Sunggingan di timur pasar. Di sana anak cucu dan buyut dibelikan dawet yang juga menjadi ciri khas dari angon putu. Setelah minum dawet selesai, acara dilanjutkan dengan hiburan. Yakni membeli kado di pasar dengan harga tidak boleh lebih dari Rp 5000.
Kemeriahan kemudian mengemuka saat kado saling ditukar. Sebab kadonya ternyata berupa barang-barang yang murah tapi menarik. Ada yang mendapatkan kuas untuk mengecat, ada yang mendapat uleg-uleg untuk membuat sambal dan ada juga yang mendapat mobil-mobilan dari plastik.
''Kami mendukung keinginan dari ibu kami yang tercinta. Harapannya agar ibu bisa senang dan bahagia. Kami berdoa semoga ibu selalu diberikan kesehatan, panjang usia untuk menunggui anak cucu,'' tandas Edi Cahyono (54) mewakili anak. 
Sementara malam sebelumnya, Sabtu (19/1) malam, sesuai tradisi juga dilakukan acara sungkeman dan melepaskan kupat luar. acara tersebut dilakukan di rumah eyang sumarmi. Kecuali menghadirkan handai taulan, acara juga dimeriahkan dengan pergelaran seni karawitan.(Wisnu Kisawa, Setyo Wiyono/SMNetwork/njs)  

No comments: