PACITAN
: SEBUAH SURGA EKSOTIS NAN
TERSEMBUNYI DI PULAU JAWA
Oleh
: Sae Panggalih
Pada hari Kamis,
seusai pulang kuliah...terbesit di pikiran Saya untuk mengisi liburan paskah
dengan cara berliburan ke suatu tempat yang jarang dikunjungi oleh wisatawan lokal
( dibaca : eksklusif ) …Lalu setelah
browsing sana-sini , akhirnya nemulah Saya
nama suatu tempat yang dikenal akan daerah wisata pantainya yang eksotis dan
kerap dikunjungi oleh para wisatawan asing yang gemar akan hobi berselancar
ria….tapi setelah membaca nama daerah wisatanya, sejenak Saya sempat terkaget -
kaget dan terheran sejenak, karena yang muncul bukanlah nama daerah wisata
Pantai yang ternama sekelas Bali, Karimun Jawa, apalagi Raja Ampat …tetapi yang
tertulis di kebanyakan website justru tertuju pada sebuah kota berjuluk “ Pacitan “ yang selama ini hanya Saya
kenal sebagai tempat dimana Pak Susilo Bambang Yudhoyono dibesarkan dan ditempa
untuk menjadi negarawan sukses seperti sekarang ini….selain kisah kelahiran Pak
Beye itu, tak ada hal lain yang Saya ketahui tentang bumi Pacitan dikarenakan
pesona wisatanya tak terlalu kurang begitu diekspose oleh media maupun
Kementrian Pariwisata… Penasaran akan pesona pantainya yang indah bak nirwana
di akhirat sana… akhirnya tepat malam harinya, masih dihari yang sama yaitu
Kamis, 17 April 2014, Saya dan teman-teman ayah Saya yang mempunyai hobi travelling dan memancing memutuskan
untuk menjelajah dan bertualang sejenak (
maaf bahasanya terlalu ekstrim ) ke Tanah Pacitan hingga hari Jumat
besoknya ( tepatnya di tanggal 18 April
2014 )
Malam itu, tepat
hari Kamis jam 23.00 ( dikala Saya sedang
asyik-asyiknya menyaksikan penampilan absurd para komik di acara stand up
comedy di Kompas TV ) , terdengarlah suara klakson mobil avanza berwarna
hitam di depan rumah Saya, dan benar saja ternyata yang membunyikan klakson
adalah mobilnya para rombongan traveller
absurd yang hendak pergi ke beberapa daerah wisata di wilayah Pacitan ….perjalanan
ke Pacitan-pun dimulai dari jam 23.00
malam yang menurut Saya dapat memberikan suatu cerita pertualangan tersendiri
yang seru dikala semua orang telah mempersiapkan diri untuk terlelap tidur, namun
Saya malah memutuskan diri untuk
berwisata dan tak tertidur lelap ditemani seperangkat guling dan bantal
cantik..ha..ha..ha..3x ( sungguh absurd memang, tapi ra’popolah …),
Perjalanan menuju Pacitan-pun Saya habiskan dengan menyaksikan gelapnya langit
tanah Jawa di malam hari yang diselingi dengan temaram lampu jalanan, sorot
lampu kendaraan, dan lambaian daun-daun dari
manekarupa pohon beragam species ….Semakin memasuki wilayah bernama
Wonogiri ( tenang mas bro dan mbak sis,
masih ada hubungannya sama cerita Pacitan kok, soalnya kalo mau ke Pacitan ya
harus melewati wonogiri dahulu sebagai rute jalur perjalanannya ) , suasana jalanan khas pedesaanpun semakin
terasa, ratusan rumah joglo tradisional beraneka model berjejer dengan rapi di
pinggiran jalan raya yang mulai bergronjal-gronjal
dan tentunya membuat perut para
penumpang mobil menjadi terasa diguncang-guncang tak karuan . Selain dihiasi
jejeran bangunan joglo nan eksotis , hamparan sawahpun terbentang di depan mata
yang ditemani pula oleh ribuan sinar bintang dan temaram lampu senter para
pencari kodok dan belut sawah yang serasa tak mau kalah menyambut perjalanan
kami menuju ke bumi Pacitan …..
Selama kurang lebih 3 jam Saya menyaksikan keelokan alam khas Wonogiri tersebut dan hingga akhirnya Saya beserta rombongan mulai memasuki wilayah Pacitan bersamaan dengan suara kluruk ( dibaca : kokok ) ayam jago yang saling bersahutan tepat pukul 3 pagi….semakin mendekati daerah wisata pantai yang ingin kami tuju di wilayah desa Watu Karung , jalanan desa yang kami lalui-pun semakin tak bersahabat dan menantang , luas jalanan yang kami lewati mulai menyempit , berkelok-kelok, dan bergronjalan disana-sini …. Tapi Saya rasa, semua rasa ketidaknyamanan di perjalanan itu terbayar setimpal, ketika mobil Kami Mulai memasuki gapura selamat datang di Wilayah wisata Pantai Watu Karung…semerbak bau khas pantai menyeruak menusuk hidung Saya ditemani dengan suara deburan suara ombak pantai di kejauhan….dan benar Saja, rasa takjub semakin meningkat ke level tertinggi ketika Saya bisa dengan mata kepala sendiri menyaksikan 3 gugusan batu karang raksasa terbentang di kejauhan ( seperti batu karang di Tanah lot Bali, tetapi yang ini lebih natural dan eksotis menurut Saya pribadi )…Pokoknya top markotop deh….
Jadi teringat Video di lagu rayuan Pulau Kelapa nan amat legendaris
Lalu tepat
Jam 4.30 pagi, Para turis asing ( dibaca : Bule ) mulai menampakkan dirinya dan
keluar dari home stay-nya masing-masing dengan membawa piranti berupa papan
selancar lengkap dengan olesan sun block di wajahnya…satu-persatu dari mereka
mulai mengarahkan laju papan surfing kearah ombak pantai yang menantang dan
mulai menunjukkan atraksi berselancarnya yang keren abizzz….di lain pihak,
rombongan kami yang baru tiba, justru menunjukkan aktivitas yang berbeda dengan
para turis pecinta surfing, peralatan pancing yang kami bawapun mulai
dikeluarkan dari tas dan setelah semua siap kamipun mulai terjun ke TKP ( tepatnya di tepian pantai Watu Karung yang
berselimutkan hamparan pasir putih nan mempesona ) …beraneka
macam umpan bawaan dari Semarang berupa potongan ikan kecil-kecilpun mulai kami
lemparkan ke lautan dengan berharap semoga kail yang kami pasang dimakan oleh
ikan berukuran besar, tapi ternyata harapan tinggal harapan, hingga pukul 10
pagi bersamaan dengan berakhirnya aksi
berselancar para turis bule ..satu ikan-pun tak kami dapatkan dan hingga
akhirnya memutuskan untuk bermain air sepuasnya saja di pantai tanpa
melanjutkan aktivitas memancing yang menurut Saya membosankan…Tepat pukul 10.30 Siang, acara pakpung ( dibaca : mandi ) dilaut
kami sudahi, dikarenakan pancaran sinar matahari yang terik mulai terasa tak
nyaman di kulit dan rasa keroncongan diperut
akibat lapar mulai melanda.
Lalu, setelah itu , kami melangkahkan arah kaki
kecil ini menuju ke rumah makan sederhana milik seorang warga, disana kami
berjumpa dengan berbagai macam sajian kuliner khas laut buatan Pak Rarik ( nama si pemilik Rumah makan ) yang
mulai menggoda lidah..sebanyak dua piring ikan barracuda goreng dan bakar tersaji
dengan begitu nikmatnya di depan mata kami dengan ditemani oleh satu mangkuk
oseng-oseng kangkung beserta sambal ikannya….sembari menikmati acara santap
siang, Pak Rarik pun sempat curhat kepada kami tentang keberadaan pantai Watu
Karung yang menurutnya kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah Kota
Pacitan yang seakan-akan abai akan kekayaan alamnya yang mempesona ini…”Baru tau rasa nanti , kalo udah dibeli sama
om bule atau pihak swasta “ ujar Pak Rarik dengan logat maduranya yang
kental kepada kami semua, menurutnya pula, selama ini tempat ini akan ramai
dikunjungi oleh para wisatawan lokal dikala mendekati pemilu seperti sekarang
ini , “ nanti kalo dekat waktu calegan
kayak sekarang , tempat ini bakal rame sama turis lokal dek “ ujarnya.. dan
ternyata turis lokal yang dimaksud yaitu para caleg dan tim suksesnya dari
dapil wilayah watu karung yang datang dengan menawarkan sejuta janji berbalut
mimpi….dan benar saja, ketika sudah jadi , kebanyakan dari mereka lupa dengan
janji manisnya untuk membantu warga watu karung didalam memajukan wisata pantai
yang tersembunyi ini “ ya gitulah ulahnya
para caleg, kalo udah janji ya bakal lupa diakhirnya, sudah beberapa kali era
coblosan ya fenomena penipuan ini yang kedaden dek “ ujarnya .
Gua Kalak yang terlihat eksotis bak tempat pertapaan para dewa
Teringat lokasi syuting film kyai Santang di MNCTV
Mak Lampir..dimanakah engkau berada..aku akan mencarimu hingga tertangkap..ha3x ( abaikan!!!)
Akhirnya..setelah menempuh perjalanan panjang, tiba pula daku dibumi Pacitan
Selama kurang lebih 3 jam Saya menyaksikan keelokan alam khas Wonogiri tersebut dan hingga akhirnya Saya beserta rombongan mulai memasuki wilayah Pacitan bersamaan dengan suara kluruk ( dibaca : kokok ) ayam jago yang saling bersahutan tepat pukul 3 pagi….semakin mendekati daerah wisata pantai yang ingin kami tuju di wilayah desa Watu Karung , jalanan desa yang kami lalui-pun semakin tak bersahabat dan menantang , luas jalanan yang kami lewati mulai menyempit , berkelok-kelok, dan bergronjalan disana-sini …. Tapi Saya rasa, semua rasa ketidaknyamanan di perjalanan itu terbayar setimpal, ketika mobil Kami Mulai memasuki gapura selamat datang di Wilayah wisata Pantai Watu Karung…semerbak bau khas pantai menyeruak menusuk hidung Saya ditemani dengan suara deburan suara ombak pantai di kejauhan….dan benar Saja, rasa takjub semakin meningkat ke level tertinggi ketika Saya bisa dengan mata kepala sendiri menyaksikan 3 gugusan batu karang raksasa terbentang di kejauhan ( seperti batu karang di Tanah lot Bali, tetapi yang ini lebih natural dan eksotis menurut Saya pribadi )…Pokoknya top markotop deh….
Gapura Selamat Datang di Pantai Pasir Putih Watu Karung
Alamaak..indah nian karya Sang Khalik di sudut tersembunyi dari bumi Pacitan tercinta
Jadi teringat Video di lagu rayuan Pulau Kelapa nan amat legendaris
ada Joglo di tengah-tengah keindahan Pantai Watu Karung..njawani buangetss
Pola Pemukiman warga di kawasan Pantai Watu Karung
Foto Pak Rarik dengan peselancar top Indonesia di depan rumahnya di Desa Watu Karung
Kendaraaan wajib para bule yang gemar akan olahraga surfing
Warung makan sederhana Pak Rarik yang menyajikan hidangan laut yang maknyuss..
Pak Rarik sedang menyajikan hidangan laut yang baru dimasak oleh istrinya...iseh panas sego lan lawuhe nang...monggo dicobi
Iwake..iwake....iwak barracuda wuasli dari laut Watu Karung
Gua Kalak yang terlihat eksotis bak tempat pertapaan para dewa
Teringat lokasi syuting film kyai Santang di MNCTV
Mak Lampir..dimanakah engkau berada..aku akan mencarimu hingga tertangkap..ha3x ( abaikan!!!)
Setelah perut
kami kenyang , kamipun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi
wisata berikutunya ke Pantai Banyu Tibo yang katanya mirip pantai Dream Land di
Bali, di sepanjang perjalanan menuju ke destinasi wisata kedua , kami disuguhi
oleh pemandangan desa yang berada di lahan batu kapur dan diselingi dengan
perbukitan batuan karang di beberapa titik …..tapi baru 25 menit mobil kami
melaju , perjalananpun mendadak berhenti
sejenak , dikarenakan di pinggir jalan , rombongan kami tak sengaja menjumpai
objek wisata yang tidak terdaftar di list perjalanan, destinasi ini bernama gua
Kalak yang terletak di Desa Ngadirejo ,
hamparan batu stalatmit dan stalatik raksasa tersaji di depan mata kami ibarat
tempat-tempat pertapaan para Dewa , selama 10 menit kami mengeksplor keunikan
bebatuan raksasa di dalam gua Kalak dan tertakjub dibuatnya dikarenakan
lagi-lagi objek wisata seeksotis ini tidak dikelola oleh Pemerintah setempat dan
terlihat seperti tempat angker yang terbengkalai “ kalo ada di Semarang, pasti udah jadi objek wisata andalan” celetuk
Saya pribadi …
Welcome to Goa Gong...
akik...akik...cari model yang mana...monggo dilihat-lihat
Welcome to Goa Gong...
akik...akik...cari model yang mana...monggo dilihat-lihat
Setelah
menikmati wisata gua yang tak terduga di Goa Kalak, rombongan kamipun mampir
sejenak ke wisata pasar batu akik di Goa Gong , disana kami disuguhi oleh
hamparan penjual batu akik yang menjajakan berbagai macam model batu akik
beraneka warna ..ada yang berupa cincin, kalung , gelang , dan kerajinan tangan dari batu akik lainnya
, di wahana wisata Goa Gong terlihat tempatnya lebih ramai dikunjungi dan
tampak lebih terawat dikarenakan telah dikelola oleh Kementrian Pariwisata dan
sepertinya sudah mendapatkan perhatian khusus dari Pak Beye..perhatian itu
tampak dari terlihatnya poster raksasanya pak Beye dan Bu Ani yang terpampang
jelas di depan gerbang masuk Goa Gong yang bertulskan “Ayo kunjungi wisata Goa Gong yang mempesona dari Timur Jawa “ Jika
bukan kita Siapa lagi ? ujar slogan di poster itu….
Baru pertama kali..lihat lautan lepas ada air terjunnya..cuma ada di Pacitan rek
Tepat pukul
13.30 Siang , mobil rombongan kami tiba di lokasi pantai Banyu Tibo dan benar
saja tempatnya sangat mirip dengan Dreamland-nya Bali dikarenakan letaknya yang
berada di bawah tebing perbukitan kapur yang terjal ….Dari atas bukit , Saya
bisa melihat hamparan saujana lautan biru terbentang luas komplit dengan
ombaknya, dari kejauhan ( tepatnya diatas
bukit kapur Banyu Tibo ) Saya dapat menyaksikan batu karang di Pantai
Klayar yang mirip dengan bentuk kapal selam…sungguh indah pantai Banyu tibo ini
dan tak kalah bersaing dengan wahana wisata pantai lain di Indonesia….tapi
Sayang lagi-lagi wisata ini kurang mendapat perhatian dikarenakan akses jalanan
terjal dan sempit menuju ke destinasi ini terbilang cukup menantang dan menguji
adrenalin…Akhirnya tepat pukul 4 sore, kunjungan wisata absurd ke Pacitan kami
akhiri dan balik lagi ke Semarang
dengan membawa sejuta kenangan tentang wisata Pacitan yang tersembunyi dibalik
gegap gempitanya program visit Indonesia dan Visit East Java 2014….Saya
berharap, Semoga di tahun-tahun mendatang..banyak destinasi wisata di Pacitan
yang semakin mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah setempat ... akhir
kata Selamat berkunjung ke Pacitan dan Kon
Kabeh ndang mampiro ning Pacitan rek …..wuapik tenan nggone..aku gag ngapusi …
Selamat tinggal pacitan..kapan-kapan tak mbalik maneh yo.....
No comments:
Post a Comment