AKHIRNYA...INDONESIA TELAH MENUJU MASYARAKAT TAHAP POSITIVISTIK DALAM MENYIKAPI FENOMENA GERHANA MATAHARI DI TAHUN 2016
Cuplikan rekaman TVRI tahun 1983 terkait fenomena gerhana waktu itu....
Oh ya ...Mas Mbak semuanya, berbicara mengenai fenomena kemunculan gerhana matahari yang sangat fenomenal di Bulan Maret 2016 kali ini...Mas Blogger ingin mencoba mengaitkan sejenak kemunculan fenomena gerhana matahari dengan teori tahap perkembangan masyarakat menurut tokoh Sosiologi Auguste Comte yang melakukan pencerahan pemahaman
masyarakat secara bertahap. Dia berpendapat untuk pemahaman
masyarakat ia sebut sebagai “Hukum Tiga Tahapan.” Yang pertama adalah
tahap teologis di mana orang mengambil pandangan keagamaan masyarakat.
Yang kedua adalah tahap metafisik di mana orang memahami hal-hal supranatural atau klenik sebagai bagian hidup masyarakat. Tahap akhir Comte adalah tahap
ilmiah atau positifisme, yang ia percaya untuk menjadi puncak
pembangunan sosial. Pada tahap ilmiah, masyarakat akan diatur oleh
pengetahuan yang handal dan akan dipahami dalam terang pengetahuan yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan, terutama sosiologi. Meskipun
pendekatan Comte saat ini dianggap sebagai cara yang sangat sederhana
dan tidak berdasar untuk memahami pembangunan sosial, hal itu tetap
menunjukkan wawasan penting dalam pemikirannya tentang cara di mana
sosiologi, sebagai bagian dari tahap ketiga, akan menyatukan ilmu dan
memperbaiki masyarakat.
Ilustrasi Batara Kala memakan Matahari
Di dekade 80-an lalu, Pemerintah Orde baru justru menebarkan berita yang seakan-akan mencekam untuk semua rakyat terkait kemunculan fenomena gerhana matahari ..Pada masa itu, semua warga justru dihimbau untuk tidak keluar rumah guna menghindari dampak negatif dari efek gerhana matahari..berita di TVRI waktu itu menebarkan informasi bahwa efek sinar ultarviolet dari gerhana matahari dapat menyebabkan kebutaan permanen yang dapat menimpa warga yang berani menyaksikan fenomena alam langka ini, bahkan dikawasan pedesaan terpencil, Pihak kepala desa justru mengumukan kepada seluruh warganya bahwa selama gerhana semua warga harus berada didalam rumah dan mengunci pintu dan semua lubang udara yang dapat dimasuki oleh sinar matahari..bahkan untuk ibu-ibu yang sedang hamil dan para ibu yang memiliki bayi-bayi yang masih kecil juga dianjurkan untuk bersembunyi dibawah kolongan meja atau tempat tidur guna menghindari dampak negatif dari kemarahan Batara Kala yang sedang murkadan sedang memakan matahari...Pada waktu itu, kemunculan gerhana justru lebih dipenuhi oleh unsur-unsur mitos masyarakat lokal yang lebih banyak berpendapat bahwa fenomena tersebut dapat mendatangkan marabahaya, penyakit, dan pertanda bencana alam...
Masyarakat di masa lalu,bersembunyi di bawah meja atau kolongan tempat tidur guna menghindari efek negatif dari kemarahan Batara Kala di langit...
Ritual menumbuk lesung di tanah pasundan dan sebagain wilayah jawa
guna mengusir Batara Kala
Tapi tenang kawan-kawan... tahapan metafisik di masyarakat Indonesia itu kini telah berlalu dan digantikan oleh tahapan positivistik yang justru menganggap fenomena gerhana matahari sebagai fenomena alam langka yang wajib untuk disaksikan dengan kacamata gerhana maupun media lain yang mendukung...Bahkan pihak pengelola LAPAN, Planetarium Jakarta, dan Observatorium Boscha telah mempersiapkan diri secara matang guna menyambut kehadiran gerhana matahari di tahun 2016 ini....Dalam fenomena gerhana ini, Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla juga turut memantau fenomena alam yang langka ini dari tempat yang berbeda.....Memang masyarakat kita kini telah mengalami perubahan pola pikir dari pandangan tradisionilnya yang dipenuhi dengan mitos-mitos irrasional dan tidak ilmiah berbalut klenik didalam menyikapi fenomena gerhana matahari menuju masyarakat modern positivistik yang mulai menggunakan ilmu pengetahuan sebagai landasan kehidupan mereka......
Gerhana Matahari 2016
No comments:
Post a Comment